BerandaTradisinesia
Jumat, 15 Sep 2022 09:00

Cerita tentang Makam Kiai Baedhowi yang Kini Terancam Digusur

Selokan Mataram dibangun sebagai saluran irigasi di Yogyakarta. (RRI/Wahyu Suryo)

Saat kali pertama Selokan Mataram dibangun, warga nggak berani menggusur makam Kiai dan Nyai Baedhowi. Ketimbang menggusur, para warga memilih untuk membelokkan alirannya. Sayangnya, kini makam tersebut terancam digusur proyek pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen.

Inibaru.id – Selokan Mataram yang membentang dari Kabupaten Sleman sampai Kota Yogyakarta memang punya banyak cerita. Salah satunya adalah keberadaan Makam Kiai dan Nyai Baedhowi yang membuat pembangunan selokan ini berbelok. Seperti apa sih cerita dari makam tersebut?

Meski namanya adalah selokan, sebenarnya aliran air ini lebih cocok disebut sebagai saluran irigasi. Selokan yang dibangun sejak 1943, tepatnya saat Yogyakarta masih di bawah pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ini menghubungkan Sungai Opak dan Sungai Progo. Konon pembangunan selokan ini demi mencegah warga Jogja menjadi korban romusha pada masa penjajahan Jepang.

Balik lagi ke cerita Makam Kiai dan Nyai Baedhowi, Millens. Jadi, makam ini bisa kamu temui di Kelurahan Margokaton, Seyegan, Kabupaten Sleman. Dari kejauhan, terlihat jelas jika aliran Selokan Mataram berbelok demi nggak ‘mengganggu’ keberadaan makam tersebut.

Dilansir dari Mojok, Rabu (14/9/2022), Murtadho, salah seorang keturunan dari Kiai dan Nyai Baedhowi menceritakan sejarah awal pembangunan Selokan Mataram. Saat itu, makam Kiai dan Nyai Baedhowi sudah eksis di area yang jadi titik awal Selokan Mataram tersebut.

“Menurut bapak saya, waktu itu kan mau diluruskan (pembangunan Selokan Mataram), tapi masyarakat menolak. Nggak berani. Soalnya Mbah saat hidup dulu dianggap pemuka agama,” ungkap laki-laki berusia 58 tahun tersebut.

Membantu Pangeran Diponegoro

Makam Kiai dan Nyai Baedhowi, tokoh agama yang memberikan bantuan di masa Perang Jawa yan dikobarkan Pangeran Diponegoro. (Mojok/Hammam Izzudin)

Kiai Baedhowi kabarnya adalah saksi hidup Perang Jawa yang dikobarkan Pangeran Diponegoro pada 1825-1830. Dari cerita turun-temurun di keluarga Murtadho menyebut, Pangeran Diponegoro sempat mengutus sejumlah orang untuk menemui Kiai Baedhowi. Utusan Diponegoro menemui tokoh agama itu untuk meminta bantuan beras guna kebutuhan prajurit Diponegoro.

“Entah mengapa minta bantuan ke beliau, padahal Mbah bukan orang berada,” lanjutnya.

Yang mengherankan, Kiai Baedhowi meminta utusan Diponegoro untuk mengisi karung dengan pasir, bukannya beras. Mereka menuruti permintaan sang kiai meski bingung. Saat sudah dibawa pulang, ternyata pasir di dalam karung tersebut berubah menjadi beras.

Terancam Digusur Proyek Tol Yogyakarta-Bawen

Nggak ada kejelasan tentang kapan Kiai Baedhowi wafat dan sejak kapan makam tersebut ada di sana. Satu hal yang pasti, keturunan sang kiai, termasuk kakek, ayah, ibu, dan anggota keluarga lain dari Murtadho juga dimakamkan di sana.

Sayangnya, makam bersejarah tersebut kini terancam pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen. Memang, sampai sekarang makam tersebut belum digusur. Tapi, tanah di sebelahnya sudah diratakan demi mendukung pembangunan seksi 1 jalan tol yang direncanakan rampung pada 2024 tersebut.

Sebagai keluarga, Murtadho sebenarnya juga berharap makam nggak sampai dipindahkan sebagaimana saat pembangunan Selokan Mataram dulu. Tapi, karena tanah tempat makam tersebut adalah miliki Sultan, dia nggak bisa berbuat apa-apa.

Jadi atau nggak jadi digusur, sosok Kiai dan Nyai Baedhowi bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya tetaplah spesial dan nggak akan pernah tergusur dan tergeser sedikit pun. Iya, kan? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: