BerandaTradisinesia
Selasa, 4 Nov 2024 09:15

Cerita Kode Pos Indonesia yang Baru Dipakai pada Tahun 1985

Kode pos Indonesia baru dipakai pada 1985. (advertisingdisemarang.blogspot)

Jika dibandingkan dengan negara barat yang sudah mengadopsi kode pos sejak 1930-an, Indonesia baru mengadopsi kode pos pada 1985. Tapi, tetap saja, kode pos ini sangat berguna bagi penyortiran surat dan paket di Tanah Air.

Inibaru.id – Di zaman saat berkirim surat sudah sangat jarang dilakukan di luar kepentingan bisnis, kini kita sering menggunakan jasa pos atau ekspedisi lainnya untuk berkirim barang, belanja daring, dan keperluan lainnya. Nah, saat menuliskan alamat yang dituju, kita biasanya juga nggak lupa menuliskan kode pos agar paketan benar-benar sampai ke tujuan. Nah, kamu tahu nggak seperti apa sih sejarah kode pos Indonesia?

Sebenarnya, layanan pos sudah eksis di Indonesia sejak berabad-abad lalu, tepatnya saat VOC menguasai Indonesia. Yang pasti, kantor pos pertama di Nusantara didirikan pada Agustus 1746 di Batavia dan kemudian dilanjutkan dengan pendirian kantor-kantor di kota lainnya. Yang pasti, layanan pos dari zaman kolonial ini jadi dasar layanan pos Indonesia pasca-kemerdekaan.

Meski begitu, soal penggunaan kode pos, bisa dikatakan Indonesia sangatlah terlambat. Jika di negara-negara barat hal ini sudah diadopsi sejak 1930-an, Indonesia baru menggunakannya pada 1985, tepatnya saat Marsoedi Mohamad Paham, laki-laki yang kemudian jadi Direktur Utama Pos dan Giro dari 1987 sampai 1995 memberikan ide penggunaan 5 digit angka sebagai kode pos di Indonesia.

“Dengan adanya angka-angka ini, petugas pos jadi lebih mudah menyortir surat itu ditujukan ke mana,” ucap Marsoedi sebagaimana dinukil dari Bbc, Sabtu (2/11/2024).

Digit pertama menandakan kode wilayah yang mencakup sejumlah provinsi. Terdapat urutan angka 1 sampai 9 untuk digit pertama ini dengan rincian sebagai berikut

  1. Angka awalan 1 untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi
  2. Angka awalan 2 untuk wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau
  3. Angka awalan 3 untuk wilayah Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan
  4. Angka awalan 4 untuk wilayah Banten dan Jawa Barat
  5. Angka awalan 5 untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY
  6. Angka awalan 6 untuk wilayah Jawa Timur
  7. Angka awalan 7 untuk wilayah Kalimantan
  8. Angka awalan 8 untuk wilayah Bali, NTT, dan NTB
  9. Angka awalan 9 untuk wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua
Marsoedi Mohamad Paham, pencipta kode pos Indonesia pada dekade 1980-an. (BBC/Silvano Hajid)

Setelah digit pertama kode depan itu, digit kedua dan ketiga menunjukkan wilayah kabupaten dan kota yang masuk dalam lingkup wilayah pada digit pertama. Sementara itu, digit keempat menunjukkan wilayah kecamatan yang ada dalam wilayah yang terungkap dalam digit ketiga. Terakhir, digit kelima menunjukkan kode kelurahan yang ada dalam wilayah yang terungkap dalam digit keempat.

“Kalau tanpa angka-angka itu, bakal sulit untuk menyortir surat. Simpelnya, ada paket kode awalnya 6, berarti ke Jawa Timur, lalu tinggal menentukan lokasi lainnya di kode-kode digit berikutnya,” ucap laki-laki yang mengaku menawarkan ide ini usai mempelajari bagaimana sistem kerja kode pos di Belanda, Jepang, Prancis, dan Italia tersebut sejak 1981.

Lantas apakah kode pos masih dipakai pada masa sekarang di mana Google Maps dan GPS bisa dipakai siapa saja dengan ponsel? Banyak petugas kurir paket yang mengaku nggak lagi memakainya. Banyak juga orang yang mengirim paket tanpa menulis kode pos lagi. Tapi, bagi petugas pos atau penyortiran paket, kode pos masih berguna, Millens.

Alasannya, banyak wilayah dengan nama yang mirip. Contohlah, Jalan Pemuda bisa kamu temukan di Ungaran, Kabupaten Semarang dan juga di Kota Semarang. Dengan adanya kode pos, kebingungan soal alamat ini bisa langsung dipecahkan, deh.

“Dengan kode pos, penyortiran semakin mudah dilakukan khususnya untuk paket ekspres yang harus dikirim secepat mungkin,” terang Human Capital Business Partner PT Pos Indonesia Iwan Budi Santosa.

Nggak disangka ya, 5 digit kode pos Indonesia bisa begitu berguna? Kalau kamu sendiri, masih sering menulisnya saat mengirim surat atau paket nggak, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT