BerandaTradisinesia
Kamis, 10 Apr 2024 18:00

Cerita Kampung Sekayu di Kota Semarang, Lokasi Pengumpulan Kayu untuk Masjid Agung Demak

Di Kampung Sekayu, dulu kayu-kayu untuk pembangunan Masjid Agung Demak dikumpulkan. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Siapa sangka, nama Kampung Sekayu terkait dengan sejarah pembangunan Masjid Agung Demak pada abad ke-15. Seperti apa ya kisahnya?

Inibaru.id – Nggak jauh dari ramainya orang-orang yang mendatangi sejumlah mall di sekitar Jalan Pemuda Semarang, terdapat sebuah kelurahan padat permukiman bernama Sekayu. Meski terkesan sebagai kampung biasa pada umumnya, nyatanya Sekayu punya kaitan sejarah dengan pembangunan Masjid Agung Demak.

Asal kamu tahu saja, Masjid Agung Demak berdiri pada 1479 alias lebih dari 5 abad yang lalu. Beda dengan zaman sekarang di mana banyak bangunan memakai bahan modern, pada zaman dahulu, sebagian besar bangunan masih memakai bahan kayu. Hal ini juga berlaku untuk Masjid Agung Demak, Millens.

Nah, proses pengumpulan kayu untuk Masjid Agung Demak pada saat itu ternyata terjadi di Kampung Sekayu, Kota Semarang, lo. Bagaimana ceritanya, ya?

Untuk mengetahui kisahnya, kita bisa menilik Masjid Sekayu yang berlokasi di RT 05 RW 01. Masjid ini berusia lebih tua dari Masjid Agung Demak karena dibangun pada 1413. Di kompleks masjid inilah, dulu kayu-kayu dikumpulkan dari banyak daerah untuk keperluan pembangunan Masjid Agung Demak.

“Masjid Sekayu dulu adalah tempat untuk mengumpulkan kayu atau sebutannya pekayuan. Kayu-kayu jati ini dikumpulkan dari Kedungjati, Ungaran, dan Ambarawa yang sekarang ada di Kabupaten Semarang, Kendal, hingga Purwodadi. Tokoh yang mengorganisasi pengumpulan kayu ini adalah Kiai Kamal,” ujar takmir Masjid Sekayu Achmad Arief sebagaimana dilansir dari Jatengprov, Rabu (13/4/2024).

Relief yang menggambarkan cerita pengiriman kayu untuk pembangunan Masjid Agung Demak. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

FYI nih, Kiai Kamal adalah murid Sunan Gunung Jati yang juga dilibatkan dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Sang Sunan itu pulalah yang memerintahkan Kiai Kamal untuk mengumpulkan kayu di lokasi tersebut.

“Setelah kayu-kayu ini dikumpulkan, dikirim ke Demak lewat lautan menuju Morodemak pakai gethek (rakit),” lanjut Achmad.

Nggak hanya terkait dengan pembangunan Masjid Agung Demak, Masjid Sekayu juga disebut-sebut terkait dengan perjalanan hidup Pangeran Diponegoro. Konon, sang pangeran sempat singgah untuk beristirahat dan beribadah di sana. Meski begitu, nggak jelas kapan dia melakukannya.

Bentuk Masjid Sekayu memang sudah berubah jika dibandingkan dengan aslinya. Tapi, setidaknya empat tiang dan mustakanya masih asli sebagaimana 600 tahun yang lalu.

“Tiangnya masih asli, tapi dibungkus kayu lagi. Mustaka atau kubahnya di atas masjid juga masih asli,” pungkas Achmad.

Nggak disangka ya, ternyata Masjid Sekayu di Kampung Sekayu punya sejarah panjang. Tertarik nggak untuk mengunjungi kampung yang ada di tengah Kota Semarang ini? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT