BerandaTradisinesia
Senin, 11 Okt 2020 12:00

Batik Truntum dan Kisah Cinta Rara Beruk dengan Penguasa Surakarta

Instalasi The Spectrum of Batik mengangkat filosofi truntum yang bermakna cahaya. (Cnnindonesia/Endro Priherdityo)

Kalau kamu bertanya siapa pencipta motif batik truntum, jawabannya adalah Rara Beruk. Dia adalah permaisuri kedua Sinuhun Paku Buwono III. Nggak cuma indah, kisah di balik penemuannya juga patut disimak.

Inibaru.id – Ada berbagai motif batik di Indonesia. Salah satu yang cukup digandrungi adalah batik truntum. Ciri khasnya, kain hitam bertabur bunga tanjung. Konon, batik ini menggambarkan rasa cinta yang semakin tumbuh (nruntum) di hati Sinuhun Paku Buwono III kepada Rara Beruk.

Dikisahkan Rara Beruk, selir Paku Buwono III sangat suka membatik. Saking senangnya, dia sering mencuri waktu untuk membatik. Dia juga yang secara nggak sengaja menciptakan motif bunga-bunga kecil yang kita kenal sebagai Truntum.

Rara hanya melihat bunga-bunga tanjung yang berjatuhan di halaman keputren dan melukisnya di atas kain hitam. Sinuhun yang melihatnya ketika itu bertanya apa nama motif indah itu. Rara pun menjawab bahwa dia belum memberinya nama.

Akhirnya, Paku Buwono-lah yang memberinya nama truntum, sesuai gambaran hatinya saat itu. FYI, secara harfiah truntum memiliki makna bersemi. Motif batik menawan ini juga memiliki makna lain, yaitu manusia nggak akan lepas dari kegelapan, tapi setidaknya selalu ada terang dari bintang-bintang.

Peran Besar Rara Beruk

Batik Art Fashion 2018 mengambil tema "Niwasana Truntum". (Soloevent)

Rara Beruk bukan hanya selir biasa. Dia terkenal cerdas, cekatan serta pandai melayani raja. Raja bahkan memintanya menjadi permaisuri kedua setelah Kanjeng Ratu Hemas.

Menurut cerita, Rara Beruk mau menjadi permaisuri jika putranyalah yang diangkat menjadi putra mahkota. Meski Paku Buwono telah memiliki 16 keturunan, semuanya lahir dari rahim para selir. Sementara, Kanjeng Ratu Hemas belum kunjung memberi keturunan.

Atas pertimbangan ini, PB III menyanggupi permintaan Rara Beruk. Setelah diangkat menjadi permaisuri, Rara Beruk bergelar Kanjeng Ratu Kencono. Dari rahimnya lahir Kanjeng Pangeran Purboyo, yang nantinya menjadi Paku Buwono IV (1788).

Peran besar Rara Beruk terlihat ketika Kasunanan Surakarta pecah menjadi dua melalui perjanjian Giyanti. Dalam perjanjian, kerajaan harus dibagi menjadi dua. Bukan cuma pundi-pundi emas, permata, dan pusaka, tapi kekayaan seni budaya juga harus dibagi.

Sayangnya, semua koleksi batik dibawa ke keraton baru yaitu Kasultanan Yogyakarta. Rara Beruk nggak berpangku tangan. Dia membawa tradisi membatik ke lingkungan keraton. Jika dulunya membatik hanya dilakukan di luar keraton, Rara kemudian mengajari para abdi dalem.

Yang menarik, gaya dan motif batik tradisi baru ini tampak sangat berbeda dengan batik-batik sebelumnya. Batik-batik yang dibawa Rara Beruk ini menjadi khas Solo yang menekankan bulatan. Sementara, motif batik sebelumnya, yang ciri khas batik Yogyakarta, adalah geometri.

Yap, rupanya ada peran besar Rara Beruk di dunia perbatikan Jawa Tengah ya, Millens. Kamu punya batik truntum nggak nih? (Tum/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: