BerandaTradisinesia
Senin, 23 Apr 2023 17:00

5 Tradisi Syawalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta

Tradisi syawalan di Jawa Tengah yang memeriahkan Idulfitri. (Demaksumilir/blogspot)

Seminggu setelah Idulfitri, masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta biasanya menggelar tradisi Syawalan. Seperti apa sih kemeriahan tradisi ini?

Inibaru.id – Bagi masyarakat Indonesia, Lebaran lebih dari sekadar menjalankan salat Id dan melakukan halal bihalal. Terdapat sejumlah tradisi yang digelar agar perayaan Hari Raya Idulfitri jadi semakin meriah.

Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, tradisi yang dikenal sebagai syawalan tersebut masih lestari hingga sekarang. Bagi masyarakat, tradisi ini patut dinanti-nanti setiap tahunnya.

Nggak jarang, tradisi ini juga menjadi magnet bagi wisatawan yang berlibur dan ajang mengais rezeki bagi warga.

Nah, buat kamu yang penasaran dengan tradisi Syawalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, berikut adalah daftarnya. Simak baik-baik, ya, Millens!

1.       Tradisi Lopis Raksasa di Krapyak, Pekalongan

Tradisi lopis raksasa di Krapyak, Pekalongan. (kec-utara.pekalongankota.go.id)

Setiap kali Lebaran, warga Krapyak, Kota Pekalongan bagian utara menggelar tradisi Syawalan yang sangat unik. Bagaimana nggak, mereka membuat lopis raksasa dengan ukuran tinggi 2 meter, diameter 1,5 meter, dan berat lebih dari 100 kilogram. Lopis raksasa ini biasanya jadi rebutan warga setempat karena dianggap membawa berkah.

Tradisi yang diyakini sudah ada sejak 1855 ini biasanya berlangsung pada tanggal 8 bulan Syawal. Soalnya, pada tanggal 2 sampai 7 Syawal, masyarakat Pekalongan masih disibukkan dengan kunjungan saudara, tetangga, atau rekan-rekannya.

Setelah lopis dibagikan ke warga, masyarakat Pekalongan biasanya langsung menuju Panti Pasir Kencana dan Pantai Slamaran untuk berwisata. Benar-benar meriah, ya, Millens tradisi ini?

2.       Tradisi Kupatan di Kudus

Tradisi kupatan di Kudus. (Tribun Jateng/ Yayan Isro Roziki)

Layaknya tradisi lopis raksasa di Pekalongan, tradisi kupatan di Kudus, Jawa Tengah, juga dilakukan seminggu setelah Idulfitri. Dalam tradisi ini, kamu bisa melihat kirab sewu kupat atau kirab seribu ketupat menuju Masjid Sunan Muria.

Nggak hanya itu, juga digelar pesta rakyat yang cukup meriah di Taman Ria Colo. Di sana, masyarakat berkumpul untuk memperebutkan isi gunungan yang diarak.

3.       Tradisi Larungan di Demak

Tradisi larungan. (Medcom.id/ Rhobi Shani)

Setelah membahas tradisi Syawalan di Kudus, kita bergeser ke kabupaten sebelahnya, yaitu Demak. Di sini, tradisi syawalannya digelar di Moro, Demak. Nama tradisinya adalah Larungan. Tradisi ini dimulai dengan arak-arakan nasi tumpeng dan aneka hasil laut yang dimasukkan ke dalam miniatur perahu. Arak-arakan ini kemudian dilarung di tengah lautan.

4.       Tradisi Kupat Jembut di Kota Semarang

Tradisi kupat jembut Semarang. (g-news.id)

Sejak 1950-an, warga Kota Semarang mengenal tradisi syawalan berupa saling berbagi kupat jembut, penganan yang berupa ketupat dengan isian tauge. Penganan ini dianggap sebagai simbol keprihatinan dan kesederhanaan usai perang kemerdekaan.

5.       Grebeg Syawal Yogyakarta

Tradisi grebeg syawal Jogja. (Suara/Arendya)

Grebeg Syawal sudah eksis sejak 1725, tepatnya saat Sri Sultan Hamengku Buwono I masih bertahta. Tradisi ini disebut-sebut sebagai perpaduan antara budaya Jawa dengan ajaran Islam, Millens.

Di sini, ada lima gunungan yang berisi berbagai macam hasil bumi yang diarak oleh prajurit keraton. Angka lima disimbolkan perintah salat 5 waktu sebagaimana perintah dalam Islam.

Menarik juga ya tradisi Syalawan yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Apakah di tempat tinggalmu juga ada tradisi seperti ini, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Jokowi dalam Jajaran Tokoh Terkorup di Dunia

1 Jan 2025

Menko Pangan Zulhas: 2025, Bulog akan Serap Hasil Pertanian Indonesia

1 Jan 2025

Untuk Perikanan Jateng, Menteri KKP Revitalisasi Tambak di Pantura Jawa

1 Jan 2025

Tahun Baru 2025, Begini Tantangan Berat Pers di Masa Depan Menurut Dewan Pers

1 Jan 2025

Tentang Dua Film 'Last Letter' yang Digarap Seorang Sutradara

1 Jan 2025

Libur Sekolah Selama Ramadan 2025; Mendikdasmen: Belum Jadi Keputusan

1 Jan 2025

AQ, Faktor Penting Penentu Kesuksesan Selain IQ

1 Jan 2025

Pemerintah Revisi Aturan PPN 12 Persen, Apa yang Terjadi?

1 Jan 2025

Kata Guru dan Orang Tua Siswa tentang Rencana UN yang Akan Diadakan Kembali

2 Jan 2025

Ttangkkeut, Tempat Warga Korea Melihat Matahari Terbit Pertama di Awal Tahun

2 Jan 2025

YOLO; Filosofi Hidup Sekali yang Memacu Kebahagiaan Plus Risiko

2 Jan 2025

Ada Sampah di Planet Mars, Arkeolog: Jangan Dibuang tapi Dilestarikan!

2 Jan 2025

Hari Pertama 2025: KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 25 Ribu Penumpang, Paling Banyak di Stasiun Tawang

2 Jan 2025

Memagari Kicau Merdu Burung Pleci di Pegunungan Muria

2 Jan 2025

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

2 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025