Inibaru.id – Nggak cuma pendaki gunung di Indonesia yang pengin melihat matahari terbit pertama di awal tahun di puncak gunung, orang Korea juga punya tradisi yang mirip. Meski begitu, lokasi melihat matahari terbitnya nggak harus di puncak gunung. Salah satu dari lokasi tersebut adalah di Desa Ttangkkeut yang ada di Kabupaten Haenam, Provinsi Jeollanam-do.
Berjarak sekitar 29 kilometer dari Haenam-eup (pusat pemerintahan Haenam), Ttangkkeut dikenal dengan julukan ‘tomal’ yang bermakna ‘ujung daratan’. Realitanya, desa tersebut memang titik paling selatan dari Semenanjung Korea, Millens.
Karena lokasinya yang menarik, ditambah dengan adanya pemandangan lautan lepas yang indah, wajar jika warga Korea berbondong-bondong mendatangi Ttangkkeut sejak Selasa (31/12/2024) sore demi bisa melihat matahari terbit di sana pada pukul 07.40 waktu setempat.
Suhu udara musim dingin yang bisa menembus kurang dari 5 derajat Celcius nggak menghentikan antusiasme warga setempat. Salah satunya adalah Arum dan keluarganya yang baru kali pertama datang ke sana. Maklum, meski cukup terkenal bagi warga Haenam dan sekitarnya, lokasi untuk melihat matahari pertama di Ttangkkeut sebenarnya masih kalah populer dibanding dengan Homigot yang ada di Kota Pohang yang memiliki pantai menghadap ke timur, Jeongdongin di Gangneung, atau Pantai Seongsan yang ada di Jeju.
“Dari kota tempat kami tinggal, Suwon, jaraknya sekitar 370 kilometer. Haenam juga bukan destinasi wisata populer di Korea. Tapi, kami pengin merasakan pengalaman melihat matahari pertama awal tahun di ujung paling selatan Korea,” ucap Arum lewat DM Instagram pada Rabu (1/1/2025).
Untungnya, di Ttangkkeut, salju jarang turun dan suhu udaranya jarang menembus titik beku. Makanya, pengunjung, termasuk Arum dan keluarganya, nggak begitu kedinginan meski berjam-jam di luar ruangan. Setelah melihat sejumlah penampilan seni tradisional yang digelar di Pelabuhan Galduhang sejak Selasa (31/12/2024) pukul 18.00, mereka pun bisa beristirahat sebelum datang pada dini hari ke lokasi yang sama.
“Sayangnya awan cukup tebal. Jadi kami nggak bisa melihat matahari terbit di celah formasi bebatuan Hyeongjebawi yang legendaris itu. Tapi setelah itu matahari tampak. Setidaknya kita bisa melihat matahari pertama tahun ini dengan pemandangan indah,” lanjut Arum.
Hal lain yang bikin Arum senang adalah nggak begitu banyak orang datang ke lokasi tersebut sebagaimana lokasi serupa lainnya yang jauh lebih populer. Mereka pun bisa dengan tenang mencari makanan dan minuman hangat tanpa khawatir spot melihat matahari terbitnya diambil orang lain.
Wah, ternyata di Korea ada juga tradisi melihat matahari terbit pertama di awal tahun ya? Kalau di Indonesia, selain di puncak gunung, ada nggak sih lokasi dengan fungsi yang serupa, Millens? (Arie Widodo/E10)