Inibaru.id – Waktu baru menunjukkan 05.45 WIB di hari terakhir 2024. Tapi Alun-alun Bandungan, Kabupaten Semarang sudah dipenuhi dengan banyak orang. Nggak hanya sepeda motor dan mobil yang berjejeran dan menunjukkan kalau sebagian besar pengunjung berasal dari luar kota, tapi terlihat juga banyak orang berjalan kaki dari hotel terdekat untuk datang ke sana.
Di Alun-Alun Bandungan yang berkontur miring tersebut, pemandangan alamnya memang menakjubkan. Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Andong terlihat jelas. Rawa pening yang ada persis di bawah sekumpulan gunung tersebut juga memantulkan cahaya matahari pagi yang hangat. Wisatawan banyak yang mengambil foto sebelum wisata kuliner di sekitar alun-alun yang sudah dipenuhi dengan puluhan penjaja makanan.
Salah seorang dari sekian banyak pengunjung hotel untuk berlibur Nataru adalah Andri Novianto. Bersama dengan istri dan dua anaknya, dia sudah memesan hotel di Bandungan jauh-jauh hari. Alasannya hanya sesederhana pengin melihat pemandangan Alun-Alun Bandungan yang indah, merasakan suhu udara yang sejuk dan bersih, serta menikmati ketenangan yang nggak dia dapatkan di rumahnya yang ada di kawasan Tlogosari, Kota Semarang.
Sebenarnya, dia juga tahu kalau Bandungan bakal jadi salah satu titik keramaian malam Tahun Baru 2025 dan pasti akan dijejali wisatawan dari berbagai wilayah jelang detik-detik pergantian tahun. Tapi, baginya hal ini nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan suasana pergantian tahun yang dia rasakan sebelumnya di dekat rumahnya.
“Pas malam Tahun Baru kita cuma mau di penginapan. Paling ramainya ya pas itu saja. Besoknya kita bisa mendapatkan ketenangan seperti sekarang ini,” ucapnya saat saya temui di Alun-alun Bandungan, Selasa pagi (31/12/2024).
Beda dengan Andri yang sampai effort memesan hotel di kawasan pegunungan demi menikmati ketenangan pada tahun baru, pekerja kantoran Arhan dan Annisa memilih untuk tetap di kamar kos mereka masing-masing yang nggak jauh dari Jalan Imam Bonjol, Kota Semarang. Mereka lebih memilih untuk beristirahat dengan tenang selagi punya kesempatan libur beberapa hari.
“Sebenarnya kalau mau jalan ke kawasan Tugu Muda bisa ya. Dulu pas masih kuliah juga pernah ikut bakar-bakaran sama teman pas malam tahun baru. Tapi kayaknya semakin tua jadi semakin malas melihat keramaian. Mau pulang kampung juga nanggung karena Jumat sudah kerja lagi. Jadi mending di kamar kos saja, tidur seperti biasa,” ucap keduanya bergantian saat istirahat makan siang di tempat kerjanya, Selasa (31/12).
Selain demi menghindari keramaian, faktor cuaca juga jadi alasan sejumlah orang untuk memilih untuk nggak ngapa-ngapain pas malam tahun baru. Hal inilah yang diungkap Bagus, ASN sebuah kementerian di Jakarta yang sudah mendaki belasan gunung di berbagai pulau di Indonesia. Jika pada momentum tahun baru ini biasanya puncak gunung dipenuhi para pendaki, dia justru memilih untuk menghindarinya.
“Musim hujan bakal bikin pendakian jadi lebih berat. Apalagi, pasti gunung juga dipenuhi pendaki. Belum tentu juga bisa melihat matahari pertama tahun baru karena terkadang di puncak gunung malah berkabut. Jadi ya saya di kos saja,” ucapnya via pesan WhatsApp, Senin (30/12).
Yap, nggak semua orang ternyata antuasias dengan perayaan tahun baru dengan berbagai alasannya masing-masing. Kalau kamu sendiri, tetap pengin merayakannya di luar rumah atau bergabung dengan orang-orang, Millnes? Atau kamu justru menepi untuk mencari ketenangan? (Arie Widodo/10)