Inibaru.id - Kita pasti terganggu jika ada sampah berserakan di lingkungan sekitar. Biasanya respons yang kita lakukan adalah menyapu, membuang sampah ke tempatnya, atau kita menjauh dari area tersebut. Tapi lain hal jika sampah-sampah itu bertebaran di Planet Mars, Millens.
Yap, kamu nggak salah dengar. Di planet yang mendapat julukan Planet Merah itu memang terdapat sampah meski kenyataannya belum ada satu pun astronot yang menginjakkan kaki di sana. Namun kenyataannya, jejak manusia sudah tertinggal di Mars sejak lama. Kok bisa?
Sampah-sampah yang dimaksud adalah puing-puing pesawat luar angkasa, parasut yang nggak terpakai, hingga jejak roda rover. Bahkan, bakteri dari Bumi secara nggak sengaja turut terbawa ke Mars.
Maka dari itu, kini para antropolog, dipimpin oleh peneliti dari Universitas Kansas Justin Holcomb mendesak badan antariksa seperti NASA untuk membuat katalog objek-objek yang tersebar di Mars. Sebab, menurut mereka, sampah-sampah itu bukanlah sampah biasa, melainkan warisan berharga yang perlu dilestarikan.
"Solusi untuk sampah adalah pembuangan. Tapi solusi untuk warisan adalah pelestarian. Ada perbedaan besar," kata Holcomb, melansir Mashable, Kamis (21/12/2024). Dia menekankan pentingnya perbedaan tersebut dalam konteks eksplorasi antariksa.
Inventarisasi untuk Warisan Budaya
Selama ini, "sampah antariksa" artinya mengacu pada puing-puing yang mengorbit Bumi dan dapat membahayakan satelit maupun astronot. Tapi, di Mars, sampah antariksa memiliki makna yang berbeda. Puing-puing di sana lebih dianggap sebagai catatan arkeologis tentang kehadiran manusia.
Sampah antariksa yang serupa itu sebelumnya sudah pernah ada. Pada tahun 2012, NASA menerbitkan inventarisasi sekitar 800 benda yang ditinggalkan di Bulan, termasuk peralatan ilmiah, kamera, sepatu, bola golf, hingga kantong kotoran manusia milik para astronot misi Apollo.
Tujuan dari menuliskan dalam daftar inventarisasi bukan untuk mencatat "kekacauan" yang ditinggalkan manusia, melainkan untuk melestarikan artefak bersejarah.
Namun, karakter Planet Mars ini unik, Millens. Lingkungan yang ekstrem dengan radiasi kosmik, badai debu, dan perubahan suhu dapat merusak atau mengubur artefak dengan cepat. Contohnya, rover Spirit yang berhenti beroperasi pada 2010 kini berada di dekat gundukan pasir yang terus bergerak dan berpotensi mengubur sepenuhnya.
Badai debu dan angin kencang merupakan ancaman utama terhadap pelestarian artefak di Mars. Pada tahun 2012, Orbiter Mars Reconnaissance menangkap fenomena "devil dust" dengan ketinggian mencapai 12 mil. Meski kadang-kadang mampu membersihkan panel surya, badai ini seringkali justru memperparah kerusakan.
"Setelah terkubur, (benda-benda tersebut) menjadi sangat sulit untuk ditemukan kembali," ujar Holcomb.
Lalu, sebenarnya kenapa sih sampah-sampah itu harus dicatat? Ya, karena artefak-artefak itu memiliki nilai arkeologis. "Mereka (benda-benda tersebut) mewakili kehadiran pertama, dan dari perspektif arkeologis, mereka adalah poin penting dalam garis waktu migrasi historis kami," tambah Holcomb.
Hm, untuk sementara ini, NASA dan badan antariksa lain belum memiliki rencana untuk membuat inventaris terpusat tentang benda-benda di Mars. Namun, setiap tim misi sebenarnya selalu mencatat posisi perangkat keras yang mereka kirimkan. Menurutmu, para arkeolog bisa menggunakan data yang sudah dicatat oleh tim astronot yang pernah ke luar angkasa nggak? (Siti Khatijah/E07)