inibaru indonesia logo
Beranda
Pasar Kreatif
Inovasi Desa Sidorekso Antisipasi TPS Penuh; Konversi Sampah Plastik Jadi BBM
Kamis, 3 Okt 2024 17:00
Penulis:
Bagikan:
Warga Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kudus mengolah sampah plastik menjadi gasolin dan solar. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Warga Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kudus mengolah sampah plastik menjadi gasolin dan solar. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Dalam beberapa tahun terakhir, upaya mengelola sampah plastik jadi BBM telah berhasil mengantisipasi TPS penuh di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.

Inibaru.id - Tempat pembuangan sampah (TPS) yang membludak masih menjadi isu besar di pelbagai daerah. Pengelolaan dan penyortiran sampah, khususnya sampah plastik yang sulit terurai, di negeri ini memang belum bisa dibilang baik. Inilah salah satu faktor yang membuat TPS cepat penuh.

Mengantisipasi kondisi tersebut, warga Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus pun mencoba berinovasi dengan membuat program pengelolaan sampah sejak beberapa tahun silam. Salah satunya dengan mengubah plastik bekas menjadi bahan bakar minyak (BBM).

Rasa penasaran menyaksikan sendiri proses konversi sampah menjadi BBM jenis minyak, bensin, dan solar ini pun segera menuntun saya ke pusat pengelolaan sampah di Desa Sidorekso beberapa waktu lalu. Proses konversi ini menggunakan mesin pirolisis plastik (plastic pyrolysis).

Sedikit informasi, pirolisis adalah proses pemanasan bersuhu tinggi dalam ruangan kedap udara yang membuat suatu benda terurai menjadi molekul yang lebih kecil. Nah, plastik yang dibuat dari minyak mentah bisa "terurai" menjadi minyak sintesis menggunakan mesin pirolisis tersebut.

Beroperasi Sejak 2022

Operator memasukkan sampah plastik ke mesin pirolisis untuk dimasak menjadi gasolin dan solar. (Inibaru.id/ Sekarwati) 
Operator memasukkan sampah plastik ke mesin pirolisis untuk dimasak menjadi gasolin dan solar. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Di berbagai wilayah di dunia, proses pirolisis pada plastik dianggap sebagai solusi untuk dua isu besar sekaligus, yakni sampah plastik dan energi fosil. Namun, aroma pembakaran yang kuat saat saya mendekati mesin pirolisis yang tengah beroperasi di Desa Sidorekso membuat saya sedikit khawatir.

Luqman Setyo Budi, operator mesin pirolisis yang saya temui mengatakan, produksi BBM berupa bensin dan solar dengan memanfaatkan sampah plastik di Desa Sidorekso sudah dimulai sejak 2022. Inovasi ini merupakan ide kepala desa yang melihat kondisi TPS di desanya yang mulai kelebihan muatan.

"Pemerintah desa pun kemudian membeli alat pirolisis," tutur Luqman sembari menunjukkan mesin yang dimaksud. “Alhamdulillah, sejak ada mesin ini, TPS Sidorekso nggak pernah kelebihan muatan lagi."

Menurut pengakuannya, semenjak mesin pirolisis beroperasi TPS Sidorekso hanya sekali dalam setahun membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) Tanjungrejo yang berlokasi di Kecamatan Jekulo, Kudus.

Sampah Nggak Laku

Sampah yang diproses menjadi BBM adalah plastik bekas yang sudah nggak memiliki nilai jual atau tukar lagi. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Sampah yang diproses menjadi BBM adalah plastik bekas yang sudah nggak memiliki nilai jual atau tukar lagi. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Luqman menerangkan, pembuatan BBM di Desa Sidorekso menggunakan sampah plastik yang sudah nggak punya nilai jual seperti kresek, kemasan produk, dan styrofoam. Sampah ini didapatkan dari rumah warga serta para pengepul sampah di TPS Sidorekso.

"Sampah yang terkumpul kemudian dicuci bersih, lalu dikeringkan," paparnya. "Setelah itu, sampah dimasukkan dalam mesin pirolisis dan dimasak selama delapan jam."

Hasil akhir dari proses ini, lanjut Luqman, nantinya berbentuk cairan. Menurutnya, cairan ini bisa dalam bentuk minyak tanah, bensin (gasolin), dan solar, tergantung karakteristiknya.

"BBM yang dihasilkan mempunyai kualitas yang bagus, lo, Mbak!" serunya semringah.

Murah dan Lebih Bagus

Mesin pirolisis digunakan untuk membakar sampah plastik jadi BBM. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Mesin pirolisis digunakan untuk membakar sampah plastik jadi BBM. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Dalam sehari, mesin pirolisis di Desa Sidorekso mampu meleburkan sekitar 30-40 kilogram sampah. Selama proses tersebut, mereka umumnya mampu memperoleh sekitar 30 liter solar dan lima liter bensin.

Seperti kata Luqman, mereka mengklaim bahwa BBM yang dihasilkan melalui proses ini memiliki kualitas yang bagus. Untuk gasolin, kadarnya bisa mencapai 98 oktan (setara Pertamax Turbo), lebih baik ketimbang produk-produk reguler yang dikeluarkan Pertamina.

"Kalau besin (gasolin), setara dengan Pertamax (92 oktan) lah, sedangkan untuk solar mungkin sebagus Pertamax Dex," sahutnya. "Harganya juga lebih murah, jadi produk kami banyak peminatnya."

Luqman memaparkan, seliter gasolin pirolisis dibanderol dengan harga Rp10 ribu saja, sedangkan untuk solar Rp8.000. Namun, karena produknya terbatas, mereka baru memasarkan BBM ini di sekitar wilayah Desa Sidorekso.

Solar satu liter dari sampah plastik siap dijual ke konsumen. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Solar satu liter dari sampah plastik siap dijual ke konsumen. (Inibaru.id/ Sekarwati)

"Untuk saat ini (produk) masih terbatas, karena kapasitas maksimal mesin dan keterbatasan tenaga. Jadi, sementara kami fokus ke Desa Sidorekso dulu," tandasnya.

Terlepas dari aroma pembakarannya yang cukup kuat, inovasi Desa Sidorekso mengonversi sampah plastik menjadi BBM ini tetap harus diapresiasi. Di tempatmu, adakah yang seperti ini juga, Millens? (Sekarwati/E03)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved