inibaru indonesia logo
Beranda
Pasar Kreatif
Tips Memulai Bisnis Thrifting: Produk, Harga, dan Supplier
Selasa, 20 Agu 2024 17:31
Bagikan:
Toko thrift Brand Hunter Pati menjual berbagai macam pakaian dengan harga murah meriah. (Dok Irwan Setya Pambudi)

Toko thrift Brand Hunter Pati menjual berbagai macam pakaian dengan harga murah meriah. (Dok Irwan Setya Pambudi)

Siapa bilang barang bekas tidak bisa jadi berkah? Di tangan yang tepat, bisnis barang-barang second hand justru bisa jadi ladang emas yang menguntungkan.

Inibaru.id - Kepopuleran tren fesyen berkelanjutan di kalangan muda di Indonesia membuat bisnis thrift store menjamur di mana-mana. Keduanya memang berkaitan. Thrift store yang merupakan representasi thrifting atau "berburu barang bekas" adalah bagian dari kampanye fesyen berkelanjutan.

Oya, untuk yang belum tahu, thrifting sejatinya berasal dari kata berbahasa Inggris "thrift" yang berarti penghematan untuk menghindari pemborosan. Namun, dalam perkembangannya, thrifting mengalami pergeseran makna menjadi kegiatan berburu barang bekas, termasuk item fesyen.

Nah, lapak berjualan barang thrift (thrift stuff) biasa dikenal sebagai thrift store atau thrift shop. Di pelbagai kota di Indonesia, kamu bisa menemukan ratusan bahkan mungkin ribuan toko barang bekas ini. Ada yang hanya jualan daring, tapi nggak sedikit pula yang membuka lapak fisik.

Barang yang dijual macam-macam, mulai dari tas, baju, celana, jaket, jumper, topi, hingga sepatu bekas; biasanya branded, yang dibeli bal-balan, lalu dijual eceran. Beberapa toko menjual apa adanya, tapi banyak pula yang menjadikannya lebih menarik dengan me-laundry atau memermaknya dulu.

Bisnis yang Menggoda

Seiring waktu, banyak orang mencari barang bekas bukan lagi untuk idealisme "fesyen berkelanjutan", tapi menemukan barang branded dengan harga yang jauh lebih miring. Namun, justru inilah yang membuat bisnis thrifting kian menggoda.

Banyak bisnis thrifting yang berhasil bertahan, tapi nggak sedikit pula yang tumbang. Menurut pemilik thrift store Brand Hunter Irwan Setya Pambudi, selain keberuntungan, bisnis thrifting membutuhkan konsep yang jelas, niat yang besar, dan konsistensi, agar bisa bertahan dan terus berkembang.

"Bukan cuma untuk thrift, bisnis apa pun harus memiliki konsep yang jelas dan niat yang kuat. Terus, harus konsisten, misalnya untuk menentukan produk apa yang dijual, berapa rentang harganya, gimana kondisinya, dan lain sebagainya," tutur lelaki yang telah empat tahun membuka bisnis thrifting ini.

Sedikit informasi, Brand Hunter adalah salah satu thrift store terkenal di Jateng yang bermarkas di Kabupaten Pati. Di kalangan para pencari barang bekas, toko itu cukup dikenal karena menyediakan berbagai item fesyen branded yang dijual dengan harga mulai dari Rp10 ribu saja.

Tips Membuka Thrift Store

Pakaian yang dijual di Brand Hunter Pati ini semua dalam kondisi yang bagus dan layak pakai. (Dok Irwan Setya Pambudi)
Pakaian yang dijual di Brand Hunter Pati ini semua dalam kondisi yang bagus dan layak pakai. (Dok Irwan Setya Pambudi)

1. Konsisten dengan produk yang akan dijual

Menurut Irwan, hal pertama yang perlu diperhatikan setelah membulatkan niat untuk terjun ke dalam bisnis thrifting adalah menentukan produk apa yang ingin dijual. Untuk Brand Hunter, dia merintis usaha dengan fokus pada segala macam fesyen branded, yang dijual dengan harga miring.

"Menurut saya pakaian branded punya daya tarik tersendiri dan sudah pasti dicari banyak orang. Biar bersaing, harganya harus murah," tegas lelaki 29 tahun tersebut di tokonya, belum lama ini. "Sudah, saya konsisten saja di situ."

2. Pandai-pandai memilih supplier

Jika urusan menentukan barang apa yang ingin dijual kelar, Irwan melanjutkan, tahap selanjutnya adalah berburu supplier. Menurutnya, hal inilah yang akan menentukan barang seperti apa yang bakal didapatkan dan seberapa miring harga bisa diturunkan.

"Penting untuk membandingkan antara supplier satu dengan yang lain, karena bakal beda juga dalam hal harga, banyaknya barang yang didapat, dan fasilitas yang kita dapat," papar lelaki asli Pati tersebut. "Saya ada para supplier terpercaya dari banyak daerah; salah satu yang paling oke itu dari Batam."

3. Bekas, tapi harus layak pakai

Menurut Irwan, dengan memiliki banyak alternatif supplier, dia bisa memilih barang terbaik untuk dipajang di tokonya. Prinsipnya, barang yang dijual boleh bekas, tapi harus layak pakai, karena puas nggaknya pelanggan ditentukan melalui hal itu.

“Hanya barang terbaik yang kami display di toko. Semua wangi, sudah masuk laundry. Barang rusak atau cacat nggak dipajang. Setiap hari juga kami restok barang (bekas) baru," kata dia membeberkan panjang lebar rahasia perusahaannya.

4. Harga miring yang bersaing

Irwan memahami bahwa konsep thrifting adalah mencari barang bekas bermerek dengan harga yang murah. Karena itulah dia memilih konsisten di ranah tersebut, yakni menjual barang dengan harga miring yang bersaing.

"Kami buka pagi sampai jam sepuluh malam, jualan dari kaus, celana, outer, dan lain-lain untuk cewek dan cowok dengan harga mulai Rp10 ribu saja. Itu barang semua oke, sudah wangi, dan layak pakai. Itu sih kuncinya!" kelakar Irwan sekaligus promosi.

Nah, buat kamu yang kepikiran untuk bikin thrift store idaman, semoga tips dari Irwan yang dibagikan Inibaru.id ini bisa membantumu mewujudkan impian ya, Millens! Yuk, kuatkan niat dan modal! (Rizki Arganingsih/E03)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved