inibaru indonesia logo
Beranda
Pasar Kreatif
Alasan-Alasan yang Akan Membuatmu Melirik Thrift Shop
Jumat, 2 Agu 2024 19:10
Bagikan:
Brand Hunter Pati adalah tempat thrifting terlengkap di kota Pati dengan harga mulai dari Rp10 ribu rupiah. (Dok Irwan Setya Pambudi)

Brand Hunter Pati adalah tempat thrifting terlengkap di kota Pati dengan harga mulai dari Rp10 ribu rupiah. (Dok Irwan Setya Pambudi)

Melirik thrift shop, lalu memutuskan untuk membeli barang bekas berarti kita telah mencegahnya menjadi sampah.

Inibaru.id - Perkembangan teknologi dan kian rampingnya rantai pasokan di industri fesyen membuat harga pakaian terus turun, menjadikan kita lebih konsumtif untuk urusan busana. McKinsey, konsultan managemen kenamaan AS bahkan mengklaim, tiap orang di dunia rata-rata beli 14 pakaian per tahun.

Pertanyaannya, apakah semua pakaian yang dibeli itu dipakai? Dalam banyak kasus, nggak sedikit yang sekadar FOMO. Ujung-ujungnya, mereka berakhir sebagai sampah tekstil di lemari, TPA, bahkan lautan, karena dibuang secara nggak bertanggung jawab.

Nggak ingin terjebak di pusaran ini, sebagian orang pun mulai mengampanyekan istilah thrifting. Secara harfiah, "thrift" adalah berhemat, tapi ia mengalami pergeseran makna dalam dunia fesyen, menjadi semacam kegiatan berburu barang bekas seperti sepatu preloved atau baju second-hand.

Namun, nggak semua orang yang membeli barang bekas berarti anti-fast fashion (istilah untuk tren fesyen massal yang berganti dengan cepat), ya! Ada sebagian orang yang memilih barang bekas karena memang bagus, berkualitas, atau unik.

Sheila Salsabilah misalnya, sudah setahun terakhir memilih thrifting untuk kebutuhan jaket dan sepatu buah hatinya. Alasannya, karena jaket dan sepatu bekas biasanya berkualitas dan nggak pasaran. Modelnya juga lucu-lucu.

"Aku termasuk picky person untuk fesyen, jadi mending beli satu untuk waktu yang lama. Nah, produk thrift itu, kalau jeli dan beruntung, kita bisa dapat barang branded yang masih bagus, lo!" tutur ibu satu anak asal Salatiga ini.

Alasan yang sama juga diungkapkan Braja Nata. Menurut lelaki asal Kebumen yang masih berstatus mahasiswa di sebuah kampus di Semarang itu, kasta second-hand stuffs justru lebih tinggi dari pakaian di marketplace yang kebanyakan diproduksi massal.

"Kaus, jaket, sepatu, terus topi, saya beli second. Branded. Ori (asli). Bagus dan murah!" serunya sembari menunjukkan topi hitam berlogo sebuah brand terkenal asal Jerman yang dia kenakan. "Bisnis fesyen bekas yang sekarang banyak banget ini menurut saya sangat membantu, sih!"

Bagus dan Murah

Suasana pembeli yang ramai menyerbu pakaian di Brand Hunter Pati. (Dok Irwan Setya Pambudi)
Suasana pembeli yang ramai menyerbu pakaian di Brand Hunter Pati. (Dok Irwan Setya Pambudi)

Kriteria bagus di dunia fesyen bagi tiap orang tentu saja berbeda-beda. Ada yang mengutamakan merek, model, hingga kualitas. Namun, agaknya semua orang akan tertarik jika barang bagus itu harganya murah. Inilah yang ditawarkan pebisnis second-hand stuffs.

Harga sepasang sepatu bermerek yang diluncurkan dengan banderol jutaan rupiah bisa menjadi ratusan ribu saja dalam versi bekas. Pun demikian dengan jaket, topi, kaus, celana, atau produk garmen lain. Inilah yang membuat sebagian orang kemudian beralih ke thrifting.

Irwan Setya Pambudi, pemilik toko barang thrift di Kabupaten Pati, Brand Hunter mengakui, permintaan barang second memang luar biasa belakangan ini. Lelaki yang sudah empat tahun menjalankan bisnis fesyen bekas khusus barang impor itu mengatakan, sebagian besar peminatnya adalah anak muda.

"Saya jual pakaian impor berkualitas. Sudah empat tahun berjalan dan cukup mendapatkan respons positif dari masyarakat, terutama anak muda. Mungkin karena yang saya jual variatif dan lengkap, dari atasan sampai bawahan. Terus, murah juga!" serunya, berpromosi.

Di kalangan pencinta barang thrift di Pati, nama Brand Hunter memang cukup populer. Selain tempatnya yang strategis di sekitar pusat kota, harga barang di toko yang buka dari pagi hingga 22.00 WIB ini pun lumayan ramah di kantong dan tersedia untuk fesyen cewek maupun cowok.

"Kami mungkin termasuk toko dengan koleksi terlengkap di Pati. Kami ada mulai dari kaus, celana panjang dan pendek, outer, flannel, hoodie, polo, jaket, dan lain-lain," terang pemuda 29 tahun tersebut. "Kami jual mulai dari harga sepuluh ribuan sudah dapat yang oke dan layak pakai."

Terkait thrifting, mungkin ada orang yang memilih membeli barang bekas sebagai gaya hidup untuk "melawan" fast-fashion yang mengancam dunia; tapi nggak sedikit pula yang melakukannya karena alasan personal seperti lucu, murah, atau berkualitas.

Nggak perlu memperdebatkan alasan yang membawa kita pada keinginan untuk melirik thrift shop. Karena, yang lebih penting, saat memutuskan untuk membeli barang bekas, sejatinya kita telah mencegahnya menjadi sampah. Keren, bukan? (Rizki Arganingsih/E03)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved