BerandaTradisinesia
Senin, 12 Jun 2022 17:20

5 Teori Asal-usul Suku Jawa, Mana yang Kamu Percaya?

Asal-usul suku Jawa. (via Phinemo)

Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia. Meski begitu, masih ada tanda tanya mengenai asal-usul suku ini. Berikut 5 teori yang selama ini dipercaya sebagai asal-usul suku Jawa.

Inibaru.id – Dikenal bertata krama lemah lembut dan sopan, suku Jawa merupakan suku terbesar yang berada di Indonesia.

Masyarakat suku Jawa nggak menetap di pulau Jawa saja, melainkan tersebar ke seluruh pelosok Indonesia. Kebesaran suku Jawa nggak bisa dilepaskan dari sejarahnya yang panjang.

Hasil kebudayaan berupa peradaban suku Jawa ini menjadi salah satu yang paling maju lo. Ada banyak teori yang beredar mengenai asal-usul suku Jawa. Paling nggak, ada 5 teori yang memuat asal-usul suku Jawa. Kamu boleh percaya boleh nggak, Millens.

1. Keturunan penduduk pribumi

Teori mengenai asal-usul suku Jawa kali pertama dikemukakan oleh para arkeolog. Mereka berpendapat bahwa nenek moyang Suku Jawa merupakan penduduk pribumi yang tinggal jutaan tahun yang lalu di pulau Jawa ini.

Berdasarkan berbagai penelitian, para arkeolog ini menemukan beberapa fosil manusia purba yang dipercaya sebagai asal-usul Suku Jawa seperti Pithecanthropus Erectus dan Homo Erectus. Tes DNA dengan orang Jawa masa kini sudah dilakukan dan hasilnya nggak banyak perbedaannya. Artinya, ada kemungkinan bahwa suku Jawa merupakan penduduk pribumi.

2. Berasal dari Tiongkok

Lain dengan kesimpulan dari arkeolog, sejarawan meyakini bahwa asal-usul suku Jawa berasal dari orang-orang Yunan, yang kini ada di wilayah Tiongkok modern.

Sejarawan Belanda menyebut orang Jawa berasal dari tiongkok. (Tangkapan layar youtube DnA Motobike via Pikiran Rakyat)

Teori yang dikemukakan pada 1899 ini merupakan hasil penelitian sejarawan asal Belanda, Prof Dr. H. Kern. Dia menyebut bahwa bahasa daerah di Indonesia mirip satu sama lain sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa bahasa itu berasal dari akar rumpun yang sama. Adapun akar rumpun yang dimaksud adalah Austronesia.

3. Keturunan India

Ada teori lain yang mengatakan bahwa masyarakat Jawa berasal dari Kerajaan Keling atau Kalingga yang berada di daerah India Selatan. Konon, salah satu Pangeran Kerajaan Keling yang tersisih akibat perebutan kekuasaan pergi meninggalkan kerajaan dan diikuti dengan para pengikutnya.

Pangeran Keling tersebut pergi sangat jauh dari kerajaan dan membuka daerah yang belum berpenghuni. Kemudian, ia dan para pengikutnya tinggal dan memberi nama daerah itu sebagai Javacekwara.

Mengingat banyak orang yang suka dengan film India, mungkin nggak sih teori ini benar, Millens? Haha.

4. Keturunan Turki

Konon ada sebuah surat kuno yang memuat asal-usul penduduk Jawa berasal dari kerajaan Turki pada tahun 450 SM. Dikisahkan, Raja Turki mengirim rakyatnya untuk mengembara dan membangun daerah kekuasaan mereka yang belum berpenghuni.

Akhirnya, mereka menemukan daerah yang subur dan memiliki aneka bahan pangan. Semakin lama semakin banyak orang yang datang ke pulau ini dan akhirnya pulau tersebut diberi nama Tanah Jawi karena terdapat banyak tanaman jawi. Kalau kamu penasaran seperti apa rupa tanaman ini, coba deh googling.

5. Keturunan Aji Saka dari India

Teori terakhir mengatakan orang Jawa merupakan keturunan Aji Saka. Menurut cerita, ia adalah pangeran dari India. Dikisahkan, zaman dahulu beberapa pulau di kepulauan Nusantara menyatu dengan daratan Asia dan Australia. Kemudian terjadilah musibah yang menyebabkan meningkatnya permukaan air laut merendam beberapa daratan dan memisahkan pulau-pulau tersebut.

Nah, ada sebuah tulisan kuno dari India yang menyebutkan kalau Aji Saka menjadi orang pertama yang menemukan dan menginjakkan kakinya di tanah Jawa. Dengan kata lain, Aji Saka beserta para pengawal juga pengikutnya dianggap sebagai nenek moyang Suku Jawa.

Hm, menarik juga ya teori-teori mengenai asal-usul suku Jawa di atas. Betewe, mana yang kamu percaya, Millens? (Lip,Sol/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024