BerandaPasar Kreatif
Minggu, 7 Jun 2025 14:01

Wangi Kemenyan dalam Pusaran Tradisi dan Komoditas Ekspor Unggulan Indonesia

Ilustrasi: Merupakan bagian dari sejumlah tradisi di Tanah Air, getah kemenyan juga produk ekspor unggulan Indonesia yang mendominasi pasar global. (iStock via Seasia)

Tercatat sebagai pengekspor terbesar dunia, Indonesia menargetkan kemenyan yang telah lama menjadi bagian dari tradisi dan ritual spiritual di berbagai wilayah di Tanah Air sebagai komoditas ekspor unggulan. Tantangan apa yang dihadapi?

Inibaru.id - Berdasarkan data yang dirilis pada April 2025 lalu, Indonesia menjadi negara pengekspor kemenyan terbanyak sedunia. Ekspor komoditas yang dalam dunia perdagangan internasional dikenal sebagai benzoin gum atau getah kemenyan (Styrax) ini mengalahkan produk India dan Singapura.

Ada tiga perusahaan yang mendominasi ekspor kemenyan di Indonesia, yakni CV Aroma Co, PT Java Agro Timber Investama, dan PT Karimun Kencana Aromatics. Mereka menyumbang lebih dari setengah dari total ekspor benzoin dari Tanah Air.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, pada 2024 ekspor kemenyan Indonesia mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari 52 juta dolar AS (sekitar Rp847 miliar).

"Sekitar 30 persen masyarakat di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan menggantungkan hidup dari komoditas ini," kata Luhut di Instagram-nya, yang dikutip Inibaru.id pada Sabtu (7/6/2025). "Maka, kami berniat mendorong hilirisasi kemenyan karena potensi ekonominya tinggi."

Budi Daya Kemenyan

Indonesia memang telah lama dikenal sebagai penghasil dan eksportir utama kemenyan di dunia. Tanaman ini tumbuh subur di hutan-hutan Sumatra, khususnya di kawasan Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Menurut data dari Dinas Peternakan dan Perkebunan Sumatera Utara, produksi kemenyan pada 2021 mencapai 8.845 ton dengan luas lahan 23.172 hektare. Nilai ekonomi dari produksi tersebut diperkirakan mencapai Rp2,65 triliun di tingkat petani.

Kemenyan Indonesia diekspor ke berbagai negara, termasuk India, Tiongkok, Jepang, Malaysia, Uni Emirat Arab, Taiwan, dan Prancis . Dikenal dengan nama "benzoin" di pasar internasional, kemenyan biasanya digunakan dalam industri parfum, kosmetik, farmasi, serta sebagai bahan pengawet makanan dan minuman.

Pohon kemenyan mulai menghasilkan getah setelah berusia sekitar 10 tahun. Proses penyadapan dilakukan dengan membuat luka kecil pada batang pohon menggunakan alat khusus. Getah yang keluar kemudian mengeras dan dikumpulkan setelah 4-5 bulan.

Dalam satu tahun, sebatang pohon kemenyan dapat menghasilkan sekitar 1 kilogram getah. Petani biasanya menyadap hingga 150 pohon per periode, menghasilkan sekitar 150 kilogram getah per tahun.

Bagian dari Masyarakat Indonesia

Proses penyadapan getah kemenyan. (Kompas/Dewantoro)

Di Indonesia, kemenyan memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan. Masyarakat Batak, misalnya, memiliki tradisi "Marhottas", yaitu ritual memanen kemenyan yang dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap alam.

Selain itu, kemenyan juga acap menjadi bagian dari pelbagai ritual dan tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa. Wewangian kemenyan dianggap memiliki unsur magis di banyak tempat. Selain itu, kemenyan juga digunakan dalam pembuatan rokok tradisional seperti klembak menyan di Jawa Tengah.

Selain digunakan dalam upacara adat dan spiritual, kemenyan juga memiliki berbagai manfaat, antara lain:

  1. Industri Parfum dan Kosmetik: Kemenyan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan parfum dan kosmetik karena aromanya yang khas.
  2. Farmasi dan Pengobatan Tradisional: Dalam dunia medis, kemenyan diyakini bisa digunakan sebagai ekspektoran untuk penyakit bronkitis, antiseptik pada luka, dan sebagai bahan dalam pembuatan obat-obatan
  3. Pengawet Makanan dan Minuman: Kemenyan juga digunakan sebagai bahan pengawet alami dalam industri makanan dan minuman .

Benzoin vs Frankincense

Ilustrasi, Kemenyan dari Indonesia, yakni benzoin acap disamakan dengan Frankincense yang banyak diproduksi di wilayah Afrika dan Timur Tengah. (iStock via Detik)

Melihat potensi ekonominya, berbagai inovasi dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah kemenyan. Salah satunya adalah pengolahan kemenyan menjadi minyak atsiri yang digunakan dalam pembuatan parfum, misalnya yang tengah dikembangkan Lamitana Atsiri Medicamento di Sumatera Utara.

Oya, bicara tentang kemenyan, pasar internasional sebetulnya punya dua produk yang merujuk pada bahan pembuatan parfum ini. Yang pertama adalah benzoin, getah dari pohon styrax yang banyak tumbuh di Indonesia, memiliki karakter aroma yang manis, creamy, dan sering digunakan sebagai penstabil aroma.

Yang kedua adalah Frankincense yang berasal dari tumbuhan Boswellia (Boswellia spp). Produk ini telah digunakan sejak ribuan tahun lalu dalam upacara keagamaan dan pengobatan di wilayah Afrika dan Timur Tengah.

Sejumlah jenama parfum terkenal juga memakainya, misalnya "Sahara Noir" dari Tom Ford dan "Encens Mythique d’Orient" keluaran Guerlain.

Produk Parfum dari Kemenyan

Sedikit catatan, Indonesia nggak memproduksi frankincense secara massal, tapi mengekspor benzoin yang acap disamakan secara komersial, karena dianggap memiliki sensasi aroma yang lebih lembut dan hangat.

Beberapa produk parfum yang diyakini mengandung notes benzoin antara lain "Ombre Nomade" yang menjadi andalan Louis Vuitton, "Le Gemme Orom" Bvlgari, "Benjoin Bohème" Diptyque, "Soleil de Feu" Tom Ford, dan parfum vanilla andalan Prada, yakni "Prada Candy".

Melihat potensi besar dari kemenyan atau benzoin dalam industri parfum global serta terus meningkatnya aktivitas ekspor ini di Indonesia, bukan nggak mungkin kita akan terus menjadi supplier utama dari produk tersebut.

Namun, perlu diingat bahwa keberadaan kemenyan bagi masyarakat Indonesia bukanlah semata komoditas ekspor unggulan, tapi juga bagian integral dari budaya dan tradisi masyarakat setempat. Agar tetap lestari, pengelolaan yang berkelanjutan mungkin diperlukan agar kemenyan tetap menjadi produk kebanggaan masyarakat Indonesia. Bagaimana menurutmu? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: