BerandaPasar Kreatif
Senin, 4 Jul 2021 07:00

Si Tokek, Penentu 'Ya atau Tidak' yang Jadi Komoditas Ekspor Super-mahal

Tokek berharga mahal dan jadi komoditas ekspor. Kok bisa, ya? (Pixabay/Christo Ras)

Bunyi tokek yang kerap bertalu-talu membuat orang menjadikannya sebagai 'penghitung kancing': bunyi pertama berarti 'ya', bunyi kedua berarti 'tidak'. Begitu terus hingga bunyi terakhir. Namun, siapa menyangka reptil totol-totol itu kini dibanderol sangat mahal, bahkan menjadi komoditas ekspor?

Inibaru.id – Perihal tokek dihargai mahal dan menjadi komoditas ekspor di Indonesia sejatinya bukanlah sesuatu yang baru. Namun begitu, masih banyak orang yang nggak percaya dengan fakta tersebut. Bagi sebagian orang, reptil yang menyerupai cicak ini nggak lebih dari sekadar penentu "ya atau tidak".

Ya, jauh sebelum dikenal karena harganya yang fantastis, tokek hanyalah hewan rumahan yang punya derajat nggak lebih tinggi dari cicak atau kadal. Kalau pun ada yang percaya binatang yang juga sering disebut gecko itu membawa keberuntungan, jumlahnya sedikit. Ia jadi mahal juga bukan karena ini.

Lantas, apa yang membuat tokek dibanderol mahal?

Perlu kamu tahu, salah satu negara pengimpor tokek terbesar dari Indonesia adalah Tiongkok. Eits, bukan untuk dipelihara atau biar menghuni belakang lemari di sana kok. Tokek-tokek itu dibeli untuk dijadikan obat. Jadi, tokek yang diimpor sudah mati dan kering, bukannya yang masih hidup.

Pada 2020 lalu, Karantina Pertanian Surabaya di bawah Kementerian Pertanian mengaku mengekspor 2,9 ton tokek kering selama 2020. Selain Tiongkok, negara-negara lain yang juga mengimpor tokek dari Indonesia adalah Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan.

Dipercaya Berkhasiat

Tokek bisa dijadikan obat. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Harga tokek dihitung dari seberapa berat binatang melata tersebut saat masih hidup. Semakin berat, tokek bakal dibeli dengan harga yang semakin tinggi. Lalu, berapakah harganya?

Di Pasar Jatinegara Jakarta, tokek dengan berat lebih ringan dari 1,5 ons dihargai Rp 200 ribu. Kalau sudah 2 ons dan dianggap berumur, harganya bisa mencapai Rp 5 juta! Terus, dalam beberapa kasus, tokek dengan berat lebih dari 3 ons bisa dijual sampai Rp 100 juta.

Sementara itu, meski sangat jarang, tokek yang berukuran jumbo dengan berat 1 kilogram bisa dihargai sampai Rp 200 juta. Mahal banget, kan?

Nah, tokek dihargai mahal karena dipercaya memiliki khasiat. Banyak orang yang percaya tokek bisa membantu menyembuhkan HIV/AIDS. Konon, lidah dan darah tokek memiliki kandungan yang bisa melawan HIV, virus yang memang belum ditemukan obatnya itu.

Masalahnya, tokek yang memberikan khasiat ini adalah tokek dengan berat lebih dari 3 ons, sedangkan yang berukuran kecil dianggap belum mempunyai khasiat itu. Permintaan yang tinggi yang berbanding terbalik dengan jumlahnya yang terbatas inilah yang membuat harga tokek membumbung tinggi.

Selain obat AIDS, tokek juga disebut-sebut bisa mengatasi kanker dan penyakit kulit. Empedunya dipercaya memiliki kandungan anti-kanker. Sementara, dagingnya, baik yang dibakar atau digoreng, dianggap bisa menyembuhkan gatal-gatal yang parah.

Apakah saat ini tokek masih menjadi peluang bisnis? Tentu saja! Jadi, segera amati sekitar rumahmu. Pasang telinga, kalau mendengar suara "tokeeek!" dari kejauhan, saatnya berburu! Eits, tapi jangan terlalu dieksploitasi ya. Kalau bisa, sih, ditangkarkan saja! (Boo/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: