BerandaPasar Kreatif
Senin, 4 Sep 2022 14:15

Persawahan Semakin Sepi, Kicau Gelatik Jawa Nggak Ada Lagi

Gelatik Jawa berada di ambang kepunahan. Meski sudah ada aturan yang melarang eksploitasi si mungil ini, permintaan pasar yang tinggi bikin populasi gelatik jawa kian kecil. (Petpintar)

Kicau gelatik jawa adalah lagu penyemangat para petani di sawah. Sayangnya, perburuan si kecil bermata belong yang masif telah membuatnya berada di ambang kepunahan.

Inibaru.id - Gelatik Jawa berada di ambang kepunahan, padahal belasan tahun lalu, burung pemakan biji-bijian ini masih dianggap sebagai “musuh” petani. Saat ini, secara keseluruhan diperkirakan hanya tersisa ribuan gelatik jawa dewasa di alam bebas.

Situasi ini kian parah lantaran burung pengicau itu terus diburu kolektor untuk dijadikan satwa peliharaan. Kondisi ini memaksa International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) melabeli burung bernama Latin Padda oryzivora tersebut dengan status genting.

Kicauan gelatik jawa memang sangat memukau. Para petani tentu tahu gimana asyiknya mendengarkan gelatik bernyanyi, mengoceh saling bersaut di antara dahan-dahan rimbun pada siang hari. Sembari menikmati makan siang, kicau gelatik adalah lagu penenang yang bikin hati petani senang.

Namun, situasi ini berkebalikan menjelang musim panen. Saat itu, kicauan gelatik adalah ancaman karena burung berwarna dominan abu-abu tersebut senantiasa menggasak bulir padi yang siap panen. Mereka memangsa berkelompok, membuat petani harus senantiasa waspada, seharian mengusiri mereka.

Gelatik dan Tradisi Mitoni

Dalam beberapa tahun terakhir, populasi gelatik jawa mengalami penurunan hingga 60 persen. (Burung Indonesia/Eko PrastioRamadhan)

Penurunan populasi gelatik jawa yang cukup drastis hingga mencapai 60 persen memaksa pemerintah melindungi satwa endemik Jawa ini dari perburuan liar. Saat itu, harga gelatik dewasa sudah berkisar pada angka ratusan ribu Rupiah.

Warna bulu yang menawan, suara bagus, dan harganya yang mahal, khususnya untuk gelatik yang suaranya sudah gacor, membuat perburuan burung pemakan biji, buah, dan kadang serangga ini semakin masif. Bersama dengan kakatua, gelatik menjadi salah satu burung yang paling banyak diselundupkan.

Hal ini tentu sangat disayangkan, karena berarti nggak ada lagi tradisi yang akan melibatkan si molek tersebut. Perlu kamu tahu, gelatik adalah bagian penting dalam budaya Jawa. Keberadaannya yang selalu berkelindan dengan masyarakat setempat membuat gelatik menjadi bagian penting bagi mereka.

Di Magelang, Jawa Tengah, misalnya, ada satu motif batik Gelatik yang cukup terkenal dan biasa dipakai untuk perhelatan khusus. Sifat gelatik yang setia pada satu pasangan juga membuat burung berukuran 15 sentimeter ini kerap dijadikan simbol kesetiaan oleh masyarakat Jawa.

Gelatik juga menjadi simbol keindahan. Saat memperingati mitoni atau selamatan bulan ketujuh kehamilan, salah satu tradisi orang Jawa yang dulu sering dilakukan adalah melepas burung gelatik jawa, sembari berharap anak yang mereka lahirkan akan secantik burung gelatik.

Si Kecil Bermata Belong

Satu atau dua dekade lalu, gelatik jawa bukanlah burung yang sulit ditemukan di alam liar. Mereka suka berkoloni dan berpindah-pindah untuk mencari makan, dengan habitat alami di padang rumput, hutan, perkebunan, persawahan, dan permukiman berpohon rindang.

Mereka mudah dikenali dengan tubuhnya yang mungil tapi bersuara lantang. Ciri fisiknya, gelatik berkepala hitam, pipi putih, dan paruh besar khas burung pemakan biji berwarna gradasi merah ke putih.

Burung gelatik muda berwarna cokelat, tapi menjadi dominan abu-abu begitu dewasa, kecuali bagian perutnya yang tetap cokelat kemerahan. Kaki gelatik berukuran agak panjang, ramping, berwarna merah muda senada dengan paruhnya.

Oya, satu ciri khas yang paling mudah dikenali dari gelatik jawa adalah lingkaran merah pada sekitar matanya, yang membuatnya seperti tengah melotot atau “belong” dalam bahasa Jawa. Karena ciri fisik inilah masyarakat Jawa juga kerap menyebut burung ini sebagai Gelatik Belong.

Gelatik terbilang mudah ditangkap karena terbiasa hidup berkelompok. Ini pula yang membuat populasi gelatik jawa terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tanpa aturan yang tegas, bukan nggak mungkin burung molek ini mengalami kepunahan. Dilindungi bareng-bareng yuk, Millens! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024