BerandaPasar Kreatif
Minggu, 12 Des 2020 09:00

Desa Burung Hantu dan Para Petani yang Mengembalikan 'Mata' Rantai Makanan

Ilustrasi: Sebuah desa di Kabupaten Demak mendapat julukan "Desa Burung Hantu" karena mampu hidup berdampingan dengan burung predator tersebut. (Pixabay/Pexels)

Di Desa Burung Hantu, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sengaja hidup berdampingan dengan para burung predator itu untuk mengembalikan 'mata' rantai makanan yang telah lama hilang.

Inibaru.id – Soren adalah seekor burung hantu, anak dari Noctus dan Marella. Bersama kakaknya, Kludd, dan adiknya, Eglantine, ia dirawat ular berwarna ungu bernama Plithiver di sebuah pohon besar di Hutan Tyto.

Kisah tentang Soren yang pada akhirnya menjadi Penjaga Ga'Hoole itu ada dalam Legend of the Guardians: The Owls of Ga'Hoole (2010), film animasi besutan Warner Bros. Dalam kehidupan nyata, cerita tentang para burung hantu penjaga juga ada, tentu saja dengan tujuan berbeda. Jauh berbeda!

Adalah Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tempat para burung hantu tersebut tinggal. Saking banyaknya burung nokturnal tersebut, desa ini bahkan dijuluki sebagai desa burung hantu sejak bertahun-tahun lalu.

Burung hantu jadi solusi warga desa untuk membasmi hama tikus di pertanian. (Flickr/ Kevin Jones)

Warga setempat sengaja membangun "rumah" bagi para burung karnivora itu, berbentuk rumah panggung dengan tiang yang tinggi. Rumah-rumahan itu kemudian diletakkan di dekat permukiman penduduk atau di tengah sawah.

Para burung hantu kemudian dibiarkan tumbuh dan berkembang biak di tempat itu. Tujuannya, agar mereka memburu tikus, hama yang kerap menjadi ancaman penduduk setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

Selama puluhan tahun, warga Desa Tlogoweru memang punya masalah dengan tikus. Pelbagai cara telah dilakukan, mulai dari memasang perangkap hingga gopyokan. Namun, semuanya sia-sia. Hasil panen nggak pernah mencukupi hidup sehari-hari.

Pada 2010, seorang warga melihat bangkai tikus di atap puskesmas yang kemudian diketahui adalah sisa santapan burung hantu. Nah, dari situlah warga mencari cara agar binatang liar itu mau "tinggal" di desanya. Selain via internet, mereka juga mengunjungi pengelolaan burung hantu di Ngawi, Jawa Timur.

“(Dari Ngawi), kami kembangkan di sini. Hasilnya memang nggak langsung terlihat, tapi populasi tikus menurun drastis,” ucap Ketua Kelompok Tani Mintorogo Desa Tlogoweru Supardi, pada 2017 lalu.

Rumah burung hantu di Tlogoweru, Guntur, Demak. (Sochehsatriabangsa.wordpress)

Awalnya, burung-burung hantu ini dirawat di penangkaran dekat rumah warga. Setelah itu, burung dikenalkan dengan rumah-rumah khusus yang dipasang tinggi di tengah sawah. Burung-burung ini kemudian dilepas agar bisa berburu sebagaimana predator pada umumnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, para petani nggak lagi dipusingkan dengan hama tikus. Mereka pun bahagia melihat hasil panen yang terus melimpah. Bahkan, nggak sedikit kelompok tani dari luar negeri yang sengaja datang ke desa tersebut untuk belajar dari mereka.

Wah, keren ya warga desa yang bisa berdampingan dengan para burung hantu ini. Alam sejatinya selalu berhasil menyeimbangkan diri dengan membuat rantai makanan. Sayang, kita kerap serakah dan justru merusak rantai makanan. (Det/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: