BerandaPasar Kreatif
Selasa, 9 Mar 2020 11:00

Bukan Anak Muda, Dulu Angkringan Pak Gik Jadi Tempat Favorit Orang Tua

Angkringan Pak Gik. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Angkringan Pak Gik buka pada menjelang tengah malam saat banyak orang beranjak ke tempat tidur. Jam buka bukan menjadi penghalang memperoleh rezeki bagi angkringan yang populer di kalangan anak muda Kota Semarang itu. Tahu nggak, dulu kedai ini lebih banyak dikunjungi orang tua?

Inibaru.id – Pada 1970-an, Kota Semarang masih sepi dari angkringan. Sosok Sugiyo atau kerap yang disapa Pak Gik membuat angkringan di sebuah gang kecil dekat dengan semacam kanal. Berbeda dengan angkringan-angkringan saat ini yang mayoritas buka pada waktu magrib hingga malam pukul 12, angkringan Pak Gik ini awalnya buka pukul dua dini hari.

Generasi kedua dari Sugiyo, yakni Purwanto menceritakan, angkringan dibuka pada malam dini hari karena dahulu minuman yang disediakan seperti ronde, jahe, dan teh sangat cocok untuk malam hari.

“Kenapa buka malam? Dulu awal mulai minuman yang disediakan berupa jahe, ronde, dan teh. Tempatnya sebenarnya biasa, yang bikin unik itu dulu sekitar sini kan belum ada nasi kucing. Pertama kan sini. Ada juga Mbahe di dekat Gereja Bethany,” katanya.

Lama-lama, orang jarang memesan jahe atau ronde. Karena itu, kedua minuman ini nggak lagi disediakan. Justru yang paling laris adalah teh. Menurut orang-orang, teh di sini sangat nikmat. Selain teh, ada juga minuman lain seperti kopi dan susu saset.

Rata-rata pengunjung Angkringan Pak Gik merupakan anak muda dan mahasiswa. Berbeda dengan era 60 hingga 70-an yang kata Purwanto mayoritas pembeli adalah orang tua. Hal ini nggak mengherankan sebab ronde banyak disukai orang tua.

Ramai dikunjungi anak-anak muda. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Menurut Purwanto, para anak muda yang datang dulunya diajak oleh orang tuanya. Karena merasa cocok lalu jadi langganan. Nggak cuma dari Semarang, orang dari luar kota pun datang.

“Dari luar kota hingga Jakarta juga datang. Untuk kumpul-kumpul hingga pinggir jalan, tanpa tikar, mungkin koran saja, atau duduk langsung. Yang datang pun dari beragam kota dan kalangan. Bahkan ada yang dari Gunungpati, antara ongkos kendaraan dan yang dibeli lebih besar ongkos transport,” tambah Purwanto.

Meski begitu, buka malam hari juga memiliki tantangannya tersendiri. Terlebih semenjak ada diskotek yang berdiri nggak jauh dari angkringan, kerap ada insiden makan lima tapi hanya mengaku dua. Purwanto menyiasatinya dengan menghitungnya dulu sebelum makan.

“Sekarang aman, kalau zaman dulu ada orang yang mabuk ke sini. Makan lima ngaku dua. Pernah malam itu tombok saking banyak yang nakal,” ucapnya.

Di sisi lain, saingan angkringan saat ini banyak dan di mana-mana berdampak pula pada jumlah pembeli yang berkurang. Zaman 70-an dulu full hingga trotoar, bahkan sebelum angkringan buka sudah banyak pembeli yang menunggu. Ini membuat para pekerja nggak bisa santai, salah satunya Surono.

“Dulu pegawai nggak bisa duduk-duduk santai seperti ini. Semenjak 2010 ke atas, pengunjung tinggal sekitar 65 persen. Sebelum angkringan lain banyak yang datang dengan fasilitas yang lengkap seperti wi-fi,” kata Surono pekerja serabutan yang ikut Angkringan Pak Gik sejak 2006 ini.

Kamu sudah pernah ke sini belum, Millens? (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: