BerandaPasar Kreatif
Jumat, 3 Sep 2020 13:05

Bengok Craft, Upaya Kembalikan Ekosistem Rawa Pening dengan Ubah Gulma Jadi Berguna

Salah satu produk Bengok Craft berupa tas dari eceng gondok (Inibaru.id/ Bayu N)

Miris dengan kondisi Rawa Pening, Firman Setyaji mengajak masyarakat untuk membangun usaha berbasis kerajinan dari gulma air, eceng gondok. Harapannya, selain menyelamatkan ekosistem Rawa Pening, juga untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat sekitar.

Inibaru.id - Kreativitas memang nggak mengenal batas. Bahkan, gulma yang dianggap merugikan pun bisa menjadi barang-barang berkelas di tangan-tangan terampil dengan kepala penuh ide. Hal ini seperti yang dilakukan Firman Setyaji.

Merasa prihatin dengan kondisi Rawa Pening yang tertutup eceng gondok, lelaki 29 tahun ini berpikir, usaha apa yang bisa dilakukan. Hingga, tercetuslah ide membuat kerajianan dari tumbuhan air tersebut agar bernilai jual.

"Waktu kecil, banyak orang yang cari ikan di Rawa Pening. Nah, pas balik ke sini lagi, saya miris lihat rawa yang hampir nggak kelihatan airnya. Isinya eceng gondok semua," kenang Aji, sapaan akrabnya, saat ditemui di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Minggu (30/8/2020) sore.

Pada saat yang sama, alumnus Jurusan Kriminologi Universitas Indonesia ini juga menyayangkan kondisi masyarakat yang menurutnya stagnan. Aji menuturkan, sebagian masyarakat di sekitar Rawa Pening telah sejak lama jadi petani eceng gondok, tapi dengan bayaran yang murah.

Nah, dari sinilah Aji mendirikan usaha kerajinan eceng gondok yang dia namai Bengok Craft. “Bengok” merupakan sebutan warga setempat untuk eceng gondok. Dalam menjalani bisnis, dia menggandeng masyarakat sekitar.

"Saya harap, (usaha) ini bisa mengembalikan Rawa Pening ke keadaannya semula, juga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar," tutur lelaki yang selalu terlihat santai ini.

Harga Terjangkau, Kualitas Tetap Memukau

Firman Setyaji bersama kerajinan eceng gondok garapannya (Inibaru.d/ Bayu N)

Nggak kurang dari 70 jenis kerajinan eceng gondok telah ditelurkan Bengok Craft, mulai dari gelang, tas, pembungkus hp, buku, hingga perabot rumah tangga. Harganya pun beragam, dari puluhan hingga ratusan ribu.

"Kami hadir dengan harga yang terjangkau, tapi kualitas tetap oke," ungkapnya, “Harga terendah gelang, kalau yang termahal, sih, biasanya (kerajinan) yang custom, Mas."

Barang custom, lanjutnya, dibanderol cukup mahal lantaran dia harus trial and error dulu minimal tiga kali, baru berani produksi.

"Dulu, yang paling mahal custom karpet dua meter. Harganya Rp 750 ribu,” aku Aji, lalu menambahkan bahwa dari segi harga, Bengok Craft lebih banyak menyasar kalangan menengah ke atas.

Kendati demikian, Aji mengaku pengin membentuk pasar sendiri dengan Bengok Craft. Menurutnya, kalau ikut pasar yang sudah ada dengan hanya membuat perabotan rumah tangga, dia akan kalah saing dengan pengrajin lain yang sudah lebih dulu memanfaatkan eceng gondok.

Dilirik Pasar Internasional

Kerajinan eceng gondok berupa totebag dan jaket (Inibaru.id/ Bayu N)

Selain pasar lokal, usaha yang baru dijalani Aji selama dua tahun ini belakangan sudah mulai dilirik pasar internasional. Saat ini, Bengok Craft tengah menerima pesanan berupa tas dan sandal dari Italia.

Menerima pesanan dari luar negeri, menurutnya, bukanlah perkara mudah. Banyak hal yang harus diurus untuk mengekspor barang. Kendati demikian, dirinya mengaku memberanikan diri untuk menerima pesanan dalam upaya mengembangkan usahanya.

“Kalo problem, banyak. Tapi, kan kalau nggak berani ngambil ya kita nggak akan berkembang,” tuturnya, lalu menyesap kopi.

Lantaran baru dua tahun, Bengok Craft saat ini belum memiliki galeri sendiri. Namun, dia berencana memilikinya suatu saat, agar ada etalase untuk memajang produk-produk tersebut, sekaligus melakukan transaksi.

Sandal dari eceng gondok (Instagram/bengokcraft)

Nah, untuk kamu yang tertarik atau kepo dengan kreasi Aji, silakan kunjungi "galeri" virtualnya di Instagram @bengokcraft. Yakin deh, kamu bakal menemukan barang-barang berkualitas untuk menunjang fesyen sehari-harimu. (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024