BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 15 Mei 2020 15:32

Awul-Awul, Penyedia Baju 'Preloved' untuk Mereka yang Berkantong Tipis

Bagi mereka yang berkantong tipis, awul-awul adalah surga fesyen. (Inibaru.id/ Audrian F)

Baju preloved bisa menjadi pilihan saat kamu menginginkan fesyen branded dengan harga yang agak bersahabat. Kalau pengin lebih miring, kamu bisa beli di awul-awul.<br>

Inibaru.id - Suatu ketika, saat saya SMA, ada salah seorang teman yang ke sekolah dengan mengenakan jaket keluaran salah satu brand ternama di dunia. Saya naksir, sekaligus penasaran dengan jaketnya.

Pakaian itu memang tampak bekas dan cukup terlihat sudah pernah dipakai sebelumnya. Namun, kualitas dan label di kerahnya menandakan jaket tersebut bukan barang abal-abal.

Singkat cerita, teman saya akhirnya mengatakan bahwa jaket itu dia beli di "awul-awul", semacam gerai pakaian bekas yang kebanyakan berbanderol cukup miring. Harga jaketnya bahkan jauh lebih murah dari perkiraan saya.

Sejak itu, awul-awul jadi tempat alternatif untuk fesyen saya. Namun, saya nggak bisa selalu mengandalkan tempat tersebut. Kendati punya peluang menemukan baju branded di sana, saya lebih sering kecewa dengan barang yang saya beli, meski beberapa kali sempat nemu barang bagus.

Di Semarang, tempat awul-awul favorit saya adalah di Jalan Ki Mangunsarkoro. Namun, lantaran pandemi corona, lapak yang biasa digelar tiap Minggu pagi itu tutup. Saya sejatinya penasaran, gimana pedagang awul mendapatkan pasokan barang bekas itu en gimana cara mereka jualan?

Edi Purwanto, sudah turun-temurun menjadi pedagang awul-awul. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Rasa penasaran itu kemudian membawa saya ke tempat awul-awul di Jalan MT Haryono pada Selasa (12/5/2020) lalu. Pada masa pandemi semacam ini, beberapa lapak awul-awul di Semarang memang banyak yang tutup, termasuk yang ada di sekitar Banyumanik dan bilangan Ngesrep.

Kebetulan, hari itu awul-awul di MT Haryono masih buka. Beberapa pedagang masih menggelar dagangan. Lokasinya sekitar sepelemparan tombak dari Bundaran Bubakan, Semarang Tengah.

Orang pertama yang saya sambangi adalah lapak Edi Purwanto yang mengaku sudah turun-temurun menjadi penjual awul-awul. Lelaki asal Sumatera Selatan itu mengatakan, dirinya mendapatkan barang dagangan dari pabrik-pabrik di Pekalongan.

“Sekali beli selusin. Per lusin berisi macam-macam, bisa celana denim atau kemeja," kata Edi. "Satu celana dihargai Rp 65 ribu.”

Dalam mendapatkan stok dagangan, para pedagang memiliki cara yang beragam. Begipula dengan penjualannya. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Nggak jauh dari Edi, ada Runiyem. Nenek berusia 69 tersebut mengaku sudah sejak 1985 dirinya menjadi pedagang awul-awul. Dia mengaku mendapatkan barang dagangan dari membeli baju dari pelbagai tempat, bahkan beli dari orang.

“Ada yang bajunya sudah nggak terpakai, jadi saya beli. Tapi, itu juga milih-milih. Nggak sembarangan!” ujarnya.

Berbeda dengan lapak Edi yang baju dagangannya tampak baru, lapak Runiyem justru terlihat lebih "random". Di tempat tersebut, ada baju-baju yang "unik" seperti seragam pekerja jalanan dinas kebersihan, pakaian dinas perhubungan, hingga baju PNS.

Nggak cuma pakaian, ada sepatu juga yang diperjualbelikan. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Harganya? Pakaian di lapak Runiyem punya rentang harga yang beragam, mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 75 ribu. Itu pun masih bisa ditawar, bukan harga pasti seperti kalau kamu beli di mal.

Selain baju bekas, Runiyem juga berjualan celana dari pabrik di Pekalongan seperti yang dipampang Edi di lapaknya. Untuk celana denim, dia menjelaskan, mendapat keuntungan Rp 10 ribu.

“Orang sekali beli biasanya lebih dari satu, bisa 2-3 potong,” pungkasnya.

Nah, buat kamu yang berkantong tipis, membeli baju "preloved" di awul-awul mungkin bisa jadi pilihan. Eits, tapi habis beli jangan langsung dipakai ya! Cuci dulu yang bersih! (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024