BerandaKulinary
Kamis, 3 Jul 2019 11:21

Manis dan Pedas, Sensasi Rasa Teh Kawi Khas Pasar Jaten Pinggir Kali Semarang

Secangkir teh kawi yang disajikan dalam cangkir tanah liat. (inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Jika berkunjung ke Pasar Jaten Pinggir Kali, jangan lupa mampir di lapak teh kawi. Rasanya tambah istimewa dengan beberapa potong getuk yang juga tersaji. Beginilah cara saya menikmati teh kawi yang berkhasiat ini!

Inibaru.id - Penasaran dengan Pasar Jaten Pinggir Kali di Semarang, akhir pekan lalu saya menyempatkan diri menyambangi lokawisata belanja yang berada di Dusun Kalialang Lama, Desa Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, itu. Bertujuan mencicipi kuliner unik, mata saya langsung tertuju pada satu lapak bertuliskan: Teh Kawi + Getuk 3 Kepeng.

Wah enak nih pagi-pagi ngeteh sambil makan getuk, batin saya.

Setunggal (satu), Bu,” pinta saya kepada ibu penjual berbaju lurik yang duduk di balik meja lapak tersebut.

Setelah mengiyakan, dengan cekatan ibu tersebut meladeni pesanan saya. Nggak lama, seporsi getuk dan teh kawi telah tersaji di hadapan, yang kemudian saya tebus dengan tiga kepeng, "mata uang" yang berlaku di pasar tematik tersebut.

Oya, tiga kepeng setara dengan Rp 6.000. Ini terbilang murah, karena kamu sudah mendapat secangkir teh kawi, salah satu primadona di Pasar Jaten Pinggir Kali, dan tiga potong getuk.

Sutar, penjual teh ini, mengaku meracik sendiri teh tersebut di rumahnya, yang sayang sekali nggak bisa saya saksikan secara langsung pembuatannya.

Teh kawi jadi salah satu kuliner yang dinimati pengunjung. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Teh Kawi buatan Sutar disajikan dalam cangkir kecil yang terbuat dari tanah liat. Rasanya hampir sama dengan  wedang rempah yang lazim dijual. Aroma jahenya sudah tercium meski tehnya belum saya sesap.

Benar saja, begitu masuk mulut rasa pedas jahe dan manis gula hampir bikin saya berpikir kalau minuman ini adalah wedang jahe biasa.

Seluruh bahan teh kawi turut dipamerkan Sutar dalam sebuah tampah. Saya mencoba mengidentifikasi satu per satu.

“Kayu manis, teh, bunga cengkih, serai, limau, gula batu, gula Jawa, dan jahe, ya, Bu?,” tebak saya, yang segera dikoreksi Bu Sutar, “Jahe emprit bakar, Mbak!”

Yap, semua bahan ini dimasak bersamaan dalam satu kuali agar semua aromanya keluar. Khusus untuk jahe emprit, Sutar mengaku sengaja membakarnya dahulu agar aromanya lebih kuat.

Perlakuan Khusus

Menurut saya, selain paduan rempah yang beragam, rasa nikmat pada teh kawi juga tercipta oleh cangkirnya yang terbuat dari tanah liat. Sutar mengatakan, cangkir itu memang mendapat perlakuan khusus. Dia bahkan mengaku nggak pernah mencuci cangkir tersebut dengan sabun. Hah?

"Kalau pakai sabun, tehnya jadi bau sabun," sanggah Sutar begitu melihat mimik keheranan yang saya tunjukkan, "Jadi, cuma pakai air lalu (permukaan cangkir) digosok dengan lemon.”

Jangan langsung ditenggak habis, sesap perlahan tehmu sambil menikmati getuk yang nggak terlalu manis. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Meski banyak bahan yang dia pakai untuk membuat secangkir teh istimewa ini, saya agak kecewa dengan cita rasanya yang menurut saya terlalu manis. Lidah saya pun kesulitan mengenali rempah lainnya selain jahe. Tehnya pun sudah dalam keadaan hampir dingin. Ah kurang mantul, batin saya.

Namun, rupanya saya keliru! Bukan tanpa alasan teh kawi disajikan dengan getuk, Millens. Seharusnya, teh supermanis itu memang kudu disesap perlahan sembari menikmati getuk yang tidak terlalu manis. Ha-ha. Sayang, teh kawi saya sudah terlanjur habis. Heu-heu!

Buatmu yang penasaran dengan teh yang bikin tubuh langsung jadi hangat ini, silakan datang ke Pasar Jaten Pinggir Kali setiap Minggu Legi pagi. Kalau nggak sabar nunggunya, kamu juga bisa menyambangi pasar ini tiap malam hingga pukul 23.00 WIB.

Jangan lupa, nikmati teh dan getukmu perlahan-lahan ya agar rasanya lebih mantul! Jangan sok tahu seperti saya! Ha-ha. (Zulfa Anisah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Kisaran Gaji Ketua RT di Jawa Tengah; Semarang Masih Tertinggi

29 Jan 2025

Ngrancasi, Upaya Petani Mawar di Sumowono Mempersiapkan Panen Raya menjelang Lebaran

29 Jan 2025

Begini Cara Nonton Drakor 'The Trauma Code: Heroes on Call' Sub Indo Termudah

29 Jan 2025

Perihal Imlek yang Selalu Identik dengan Hujan

29 Jan 2025

Indonesia-India Perkuat Kerja Sama Digital, Siap Bersaing di Pasar Global

29 Jan 2025

Mengapa Orang Rela Terjebak Macet Berjam-Jam Demi Liburan?

29 Jan 2025

Satu Abad Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah: Puri Gedeh Semarang

30 Jan 2025

Proyek Mendulang Oksigen di Bulan, Sejauh Mana?

30 Jan 2025

Kontroversi Penggunaan Kecerdasan Buatan di Film 'The Brutalist'

30 Jan 2025

Perayaan Imlek dan Isra Mikraj, Lestari Moerdijat: Cermin Keberagaman yang Makin Kuat

30 Jan 2025

Sampai Kapan Puncak Musim Hujan di Jawa Tengah Berlangsung?

30 Jan 2025

Maraknya Pembunuhan Bermotif Sepele: Mengapa Masyarakat Kian Impulsif?

30 Jan 2025

Kampanye Darurat Gadget, Kampung Budaya Piji Wetan Perkenalkan Dolanan Tradisional

31 Jan 2025

Ranking Kampus Terbaik Dunia versi Webometrics, Undip Peringkat ke-4 Nasional

31 Jan 2025

Gelar Tradisi Kawalu per 1 Februari 2025, Baduy Dalam Ditutup 3 Bulan

31 Jan 2025

Keluarga Marlot Bruggeman, Meninggalkan Belanda demi Pulau Kei Kecil di Maluku

31 Jan 2025

Tiga Kapal Tongkang Kandas di Perairan Tanjung Emas Semarang, Polda Terjunkan Tim Pengawas

31 Jan 2025

Punahnya Tradisi 'Ganti Jeneng Tuwa' di Kalangan Laki-laki Wonogiri

31 Jan 2025

Candi Gunung Wukir, Prasasti Canggal, dan Jejak Sejarah Kerajaan Medang

31 Jan 2025

Coffee Morning, PMI Kota Semarang Simulasikan Cara Menolong Korban Kecelakaan

31 Jan 2025