Inibaru.id – Salah satu film yang mendapatkan nominasi penghargaan terbanyak pada ajang Academy Awards ke-97 alias Oscars 2025 adalah The Brutalist. Namun, film ini belakangan mendapatkan sorotan karena menggunakan kecerdasan buatan alias AI dalam proses produksinya.
Tayang sejak 1 September 2024, film yang disutradarai Brady Corbet ini dibintangi oleh aktor kawakan Adrien Brody. Beberapa pemeran lain yang ambil bagian dalam film yang menceritakan korban selamat holocaust yang pindah ke AS tersebut adalah Felicity Jones, Guye Pearce, dan Joe Alwyn.
Kabar tentang penggunaan AI yang kontroversial dalam film ini terungkap melalui sebuah wawancara yang digelar Red Shark News kepada David Jancso, editor The Brutalist. Jancso mengungkapkan, kecerdasan buatan dipakai untuk membuat dialog Magyar (bahasa Hungaria) pada film tersebut.
Tujuannya untuk membuat dialog natural, tapi justru memicu kontroversi. Alasannya, tentu saja karena adegan film, terutama dialog antarkarakter, seharusnya mengedepankan keahlian pemeran alih-alih mengandalkan AI.
Bukan yang Pertama
Teknologi kecerdasan buatan yang dipakai kreator film bergenre drama sejarah ini adalah Respeecher yang berbasis di Ukraina. Namun, sejatinya penggunaan perangkat ini pada film bukanlah yang pertama.
Sebelumnya, alat tersebut juga dipakai di untuk beberapa film Star Wars untuk memperbaiki suara Luke Skywalker dan Darth Vader. Kala itu, penggunaan AI ini juga mendapatkan banyak kritik. tapi nggak terlalu kentara karena penggunaannya nggak semasif di film The Brutalist.
Dialog Magyar dalam film yang menelan biaya sekitar 10 juta dolar AS itu memang cukup masif. Inilah yang membuat para kritikus bertanya, mengapa nggak menggunakan para aktor dari Hungaria sekalian alih-alih mempekerjakan Adrien Brody dan Felicity Jones yang jelas-jelas nggak fasih berbahasa Magyar?
Perlu kamu tahu, Brody lahir dan besar di Amerika Serikat, sedangkan Jones asli Inggris. Bahasa ibu mereka adalah Inggris, yang tentu saja berbeda dengan Magyar yang memiliki keunikan pelafalan dan kekhasan aksen sendiri. Produsen film merasa, semua itu bisa diperbaiki dengan AI.
Aktor yang Belajar Bahasa Lain
Menyewa aktor tertentu untuk memerankan karakter yang memakai bahasa berbeda sejatinya bukanlah sebuah masalah, justru menjadi nilai plus saat sang aktor mampu memerankannya dengan baik. Kita tahu banyak aktor yang belajar bahasa atau aksen tertentu dari pelatih dialog untuk mendalami peran.
Salah satu film yang banyak mendapatkan apresiasi adalah Pachinko yang memakai dua bahasa sekaligus, yakni Korea dan Jepang. Meski beberapa kritikus menyebut banyak aksen kurang pas, keputusan nggak memakai AI justru bikin film ini mendapatkan banyak respons positif.
Hingga kini, penggunaan AI dalam dunia seni memang masih dianggap sebagai hal negatif karena berpotensi bikin pekerja kreatif tersisih. Dalam The Brutalist, yang tersisih tentu saja aktor Hongaria atau pelatih dialog yang fasih dengan aksen dan pelafalan bahasa tersebut.
Menurut pendapatmu, penggunaan kecerdasan buatan dalam dunia perfilman ini sudah bisa berterima atau membuatnya kehilangan unsur seninya, Millens? (Arie Widodo/E10)