BerandaAdventurial
Sabtu, 31 Jan 2025 08:21

Kampanye Darurat Gadget, Kampung Budaya Piji Wetan Perkenalkan Dolanan Tradisional

Anak-anak sedang bermain dolanan tradisional di halaman Kampung Budaya Piji Wetan. (inibaru.id/ Imam Khanafi)

Dengan menawarkan dolanan tradisional yang digelar rutin tiap Selasa dan Jumat, Kampung Budaya Piji Wetan Kudus memulai kampanye darurat gadget.

Inibaru.id – Tawa riang anak-anak menggema di Dukuh Piji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, beberapa waktu lalu. Di bawah rindangnya pepohonan, di tanah lapang belasan anak terlihat saling berkejaran, berlari, kadang saling berlompatan. Di antara mereka, nggak ada satu pun yang bermain ponsel.

Hari itu, bocah-bocah tampak asyik terlibat dalam berbagai permainan tradisional yang diinisiasi oleh Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW). Ini anomali, mengingat hari-hari mereka sekarang hampir nggak lepas dari gawai.

Permainan tradisional seperti egrang bambu, egrang bathok, estafet kayu, dakon, lompat tali, hingga dino boi yang sebelumnya mungkin nggak pernah mereka kenal, kini ada dalam genggaman. Secara bergantian, mereka menjajal satu per satu permainan. Hangat sekali.

Sepertinya, Kampung Budaya Piji Wetan berhasil membawa anak-anak ini ke "dunia lain", menjauhkan sejenak dari gawai yang sebelumnya begitu sulit lepas dari tangan. Saat ini, komunitas tersenit memang tengah menggagas kampanye darurat gadget.

"Ini merupakan inisiatif yang dikonsep untuk mengurangi ketergantungan anak-anak pada perangkat elektronik dan media sosial," kata sang ketua komunitas, Muchamad Zaini. "Permainan tradisional kami pilih karena sarat dengan nilai edukasi, kreativitas, dan kebersamaan yang seringkali terabaikan pada era digital."

Masih Relevan Dimainkan

Lompat tali menjadi salah satu dolanan tradisional yang membutuhkan kekuatan fisik dan kelenturan tubuh. (inibaru.id/ Imam Khanafi)

Zaini berharap, kegiatan semacam ini bisa menginspirasi lebih banyak pihak untuk menjaga warisan budaya dan menghadirkan alternatif positif bagi anak-anak di tengah derasnya arus teknologi.

"Melalui permainan ini, kami ingin menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu ada di layar gadget. Ada dunia nyata yang lebih seru untuk dijelajahi," jelasnya. "Permainan ini juga masih relevan untuk dimainkan sekarang ini."

Antusiasme anak-anak dan dukungan orang tua menjadi bukti nyata bahwa permainan tradisional masih relevan sebagai sarana hiburan yang mendidik. Selain anak-anak, para orang tua juga dilibatkan dalam beberapa permainan.

Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, kegiatan ini sangat menarik. Dia bersyukur anaknya bisa mengenal dolanan tradisional sekaligus berterima kasih atas segala upaya yang dilakukan para penggawa KBPW.

"Anak-anak jadi lebih aktif bergerak dan belajar bekerja sama. Ini kegiatan yang sangat positif," ujarnya.

Alat Edukasi yang Kaya Nilai Budaya

Dengan riang, anak-anak bermain dolanan tradisional di Kampung Budaya Piji Wetan. (inibaru.id/ Imam Khanafi)

Koordinator kegiatan Freeda Jaharotun Nasisah mengungkapkan, selain sarana hiburan, permainan tradisional juga menjadi alat edukasi yang kaya nilai budaya. Dolanan seperti egrang, lompat tali, dan congklak misalnya, melatih anak berpikir strategis, bekerja sama, dan mengenal konsep matematika sederhana.

“Di dalamnya juga ada nilai gotong royong dan kejujuran yang diajarkan secara alami dalam permainan ini,” ujar Ida, sapaan karibnya.

Menurutnya, di tengah arus digitalisasi yang semakin pesat, anak-anak sangat mudah terpapar teknologi, bahkan hingga kecanduan. Kalau dibiarkan, dampaknya bisa serius, karena anak jadi lebih mudah marah, tantrum, bahkan kesehatan mental mereka terganggu.

“Karena itulah kami ingin memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Selain menyenangkan, permainan ini juga punya banyak manfaat untuk tumbuh kembang mereka, terutama dalam membangun hubungan sosial,” jelasnya.

Merangsang Kemampuan Motorik

Ida mengatakan, kegiatan ini akan diadakan secara rutin di kampung budaya ini setiap Selasa dan Jumat. Menurutnya, permainan tradisional perlu diperkenalkan terus-menerus karena bermanfaat untuk merangsang kemampuan motorik anak.

Berbeda dengan aktivitas di dunia digital yang cenderung pasif, permainan tradisional melibatkan gerakan fisik yang dapat memperkuat otot, meningkatkan koordinasi tubuh, dan melatih keseimbangan. Hal ini penting untuk mendukung perkembangan fisik anak, terutama selama masa tumbuh kembang mereka.

Lebih lanjut, dia juga menyoroti interaksi sosial yang terbangun dalam permainan tradisional, yang menurutnya sangat berharga. Anak-anak diajak untuk saling berbicara, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik kecil yang muncul selama bermain.

“Ini menjadi dasar dari keterampilan sosial yang akan mereka butuhkan saat dewasa nanti; berbeda dengan teknologi yang justru sering membuat anak-anak asyik sendiri di dunia maya,” jelasnya.

Belajar Mengelola Emosi

Egrang batok menjadi salah satu dolanan tradisional yang disambut antusias oleh bocah-bocah. (inibaru.id/ Imam Khanafi)

Ida menambahkan, permainan tradisional akan membantu anak-anak mengelola emosi, misalnya menerima kekalahan dalam permainan gobak sodor atau menyikapi kemenangan saat main petak umpet. Mereka akan belajar menghargai lawan main dan memahami pentingnya fair play.

“Ini semua bagian dari pendidikan karakter yang penting,” tukasnya. "Jadi, saya berharap (kegiatan) ini bukan sebatas nostalgia, tapi akan menjadi bagian dari kehidupan anak-anak masa kini."

Ida memang berpikir, permainan tradisional harus diperkenalkan kembali kepada generasi muda agar nggak kehilangan koneksi dengan warisan budaya lokal. Sebab, melalui permainan tradisional, kita sebetulnya telah menjaga identitas budaya serta merawat sejarah dan nilai-nilai leluhur.

Menurutnya, cara ini akan berterima karena permainan tradisional nggak kalah menyenangkan. Orang tua dan guru bisa ikut andil dengan mengajarkan dan melibatkan anak-anak dalam permainan ini. "Jika anak-anak punya lebih banyak pilihan, dengan sendirinya mereka nggak akan bergantung pada gawai,” tutupnya.

Kata Para Pendamping

Selain anak-anak, para pendamping juga merasakan kegembiraan bermain dolanan anak di halaman Kampung Budaya Piji Wetan (inibaru.id/ Imam Khanafi)

Permainan anak yang digelar di halaman Kampung Budaya Piji Wetan nggak hanya diperuntukkan bagi anak-anak. Pendamping yang mengantar para bocah itu pun turut menikmati keseruan memainkan dolanan yang mungkin mereka sendiri sudah lupa atau bahkan nggak pernah kenal.

Ika Lutfiati Putri, misalnya, mengaku turut terlarut dalam permainan tersebut. Pendamping berusia 20 tahun ini mengatakan, permainan tradisional benar-benar menyenangkan. Menurutnya, sangat penting untuk terus melestarikan dolanan-dolanan tersebut.

“Anak-anak sekarang terlalu sering bermain gadget yang sebetulnya berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Dengan begini (beraktivitas dengan permainan tradisional), mereka jadi bisa lebih aktif bergerak dan menjalin interaksi sosial,” simpulnya.

Hal senada juga diungkapkan Langlang Isaka. Seperti Ika, pendamping 21 tahun asal Blora ini juga merasakan bahwa dolanan tradisional sangat seru dan bisa untuk olahraga; misalnya dalam permainan lompat tali yang sangat melatih kekuatan fisik dan kelenturan tubuh.

"Ini sudah pasti lebih baik ketimbang hanya rebahan sambil memegang gadget,” lontarnya, lalu tertawa.

Kegiatan sederhana ini menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya mampu menjadi solusi kreatif untuk menghadapi tantangan modern. Untuk menghadapi masa depan, kita memang harus menilik masa lalu, bukan?(Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Brongkos di Warung Makan Sumowono, Melegenda Sejak Enam Dekade Silam

21 Jan 2025

Upaya Evakuasi Kapal Tugboat yang Kandas di Perairan Tanjung Emas Semarang

21 Jan 2025

Macam Tradisi Imlek: Dari Kimsin hingga Cheng Beng, Semua Penuh Filosofi

21 Jan 2025

'Teasing Master Takagi-San' Mengisahkan Kejahilan Guru yang Lucu dan Hangat

21 Jan 2025

Heboh Isu Plengkung Gading Akan Ditutup, Benarkah Sultan Nggak Pernah Melaluinya?

21 Jan 2025

Semuanya Seru, 73 Acara Siap Meriahkan 'Calendar of Event 2025' Wonosobo

21 Jan 2025

Dampak Banjir di Jalur Rel Kabupaten Grobogan, Dua Kereta Batal Berangkat

21 Jan 2025

Longsor di Petungkriyono Pekalongan: Korban Meninggal 17 Orang

22 Jan 2025

Info Resmi dari Pemerintah tentang Libur Sekolah pada Bulan Ramadan 2025

22 Jan 2025

Hanya Buka Sekali dalam 35 hari, Begini Keunikan Pasar Kramat Jumat Pahing Muntilan

22 Jan 2025

Di Jepang, Ada Cafe Cuddle yang Perbolehkan Pengunjung Peluk Pelayannya

22 Jan 2025

Pj Gubernur Jateng: Pemicu Banjir dan Tanah Longsor karena Alih Fungsi Lahan

22 Jan 2025

Pisahkan Nomor Pribadi dan Kantor untuk Work-Life Balance yang Lebih Baik!

22 Jan 2025

Viral Jam Tidur Siang di Sekolah Surabaya, Sudah Diterapkan di Jepang dan Tiongkok

22 Jan 2025

Apakah Memenuhi Semua Keinginan Pasangan Bisa Menjamin Kesetiaan?

22 Jan 2025

Temanggung Resmikan 8 TPS3R untuk Kelola Sampah Berbasis Masyarakat

22 Jan 2025

Lestari Moerdijat: Indonesia di BRICS Harus Berdampak Positif untuk Semua Sektor

22 Jan 2025

Erick Thohir: Tarif Tiket Kendaraan Umum Nggak Naik saat Lebaran 2025

23 Jan 2025

Nasi Goreng Pak Basiyo, Hidden Gem Kuliner Sukoharjo

23 Jan 2025

Mau Tinggal di Desa Albinen, Swiss? Pemerintah Bakal Siapkan Uang Rp540 Juta Buatmu!

23 Jan 2025