BerandaTradisinesia
Sabtu, 31 Jan 2025 15:12

Punahnya Tradisi 'Ganti Jeneng Tuwa' di Kalangan Laki-laki Wonogiri

Dulu, banyak laki-laki Wonogiri yang sudah menikah langsung berganti nama, Millens. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Ada filosofi dan alasan menarik di balik tradisi 'ganti jeneng tuwa' yang dilakukan laki-laki Wonogiri pada zaman dahulu. Apa sajakah alasan itu?

Inibaru.id – Wonogiri nggak hanya populer berkat mi ayam dan bakso dengan rasa yang nikmat. Di sana, terdapat tradisi yang sangat unik, yaitu ‘ganti jeneng tuwa’ yang pernah dilakoni banyak lelaki yang kini sudah berada di usia paruh baya atau lansia. Mereka melakukannya setelah menikah puluhan tahun lalu. Sayangnya, tradisi ini mulai punah karena nggak diikuti oleh laki-laki yang lebih muda.

Kalau kita artikan, ‘ganti jeneng tuwa’ dalam Bahasa Jawa bermakna mengganti nama tua. Nah, tradisi ganti nama ini dilakukan usai seorang laki-laki menggelar acara pernikahan.

Mantan kolega saya di sebuah tempat kerja di Semarang, Cahyo Wicaksono yang merupakan laki-laki kelahiran Wonogiri yang kini tinggal di Gubug, Kabupaten Grobogan, menyebut ayah dan kakeknya masih melakukan tradisi ‘ganti jeneng tuwa’ tersebut. Tapi, dia yang kini sudah berusia 39 tahun itu nggak ikutan mengganti nama meski sudah menikah selama lebih dari 12 tahun.

“Jadi ceritanya dulu banyak laki-laki di Wonogiri yang menikah lalu ganti nama. Kakek saya misalnya, nama aslinya adalah Suparman. Sampai sekarang di KTP-nya ya masih tertulis Suparman. Tapi setelah menikah, dia ganti nama jadi Trisno. Semua orang dari keluarganya, tetangganya, memanggilnya Mbah Trisno,” terang laki-laki yang lebih akrab dipanggil Yoyok pada Jumat (31/1/2025).

Memangnya, buat apa sih sampai ganti nama segala? Konon sih, biar jadi pengingat bagi laki-laki kalau statusnya sudah nggak lagi anak dari orang tuanya, melainkan jadi kepala keluarga. Dengan berganti nama, dia harus berubah jadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, khususnya dalam mengurus istri dan anaknya.

Nama baru nggak jarang berisi harapan untuk keluarganya di masa mendatang. (via Unair)

“Beberapa tetangga keluarga besar kakek saya di Wonogiri yang masih hidup juga melakukannya. Uniknya, nggak ada yang sampai mengganti nama di KTP. Tapi warga tahu kalau yang bersangkutan dipanggil dengan nama tuanya yang dipakai setelah menikah,” lanjut Yoyok.

Lebih dari sekadar pengingat laki-laki yang sudah berganti status, penggantian nama dianggap sebagai doa. Kakek Yoyok misalnya, berubah nama jadi Trisno dengan harapan bisa memberikan kasih sayang kepada keluarganya.

Biasanya sih, penggantian nama ini dilakukan saat usia pernikahan sudah sepasaran alias lima hari setelah tanggal pernikahan. Kalau alasan mengapa nggak ada yang mengganti namanya sekalian di KTP, hal itu disebabkan oleh pencatatan administrasi pada zaman dahulu nggak seketat pada zaman sekarang, Millens. Apalagi, dulu juga jarang orang punya akta lahir atau KTP. Jadi, tinggal semudah ganti nama dengan bilang ke semua orang saja.

Hm, menarik juga ya tradisi ‘ganti jeneng tuwa’ ini. Sayangnya, tradisi Jawa ini sepertinya bakal segera punah ya, Millens karena jarang yang masih melakukannya. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Brongkos di Warung Makan Sumowono, Melegenda Sejak Enam Dekade Silam

21 Jan 2025

Upaya Evakuasi Kapal Tugboat yang Kandas di Perairan Tanjung Emas Semarang

21 Jan 2025

Macam Tradisi Imlek: Dari Kimsin hingga Cheng Beng, Semua Penuh Filosofi

21 Jan 2025

'Teasing Master Takagi-San' Mengisahkan Kejahilan Guru yang Lucu dan Hangat

21 Jan 2025

Heboh Isu Plengkung Gading Akan Ditutup, Benarkah Sultan Nggak Pernah Melaluinya?

21 Jan 2025

Semuanya Seru, 73 Acara Siap Meriahkan 'Calendar of Event 2025' Wonosobo

21 Jan 2025

Dampak Banjir di Jalur Rel Kabupaten Grobogan, Dua Kereta Batal Berangkat

21 Jan 2025

Longsor di Petungkriyono Pekalongan: Korban Meninggal 17 Orang

22 Jan 2025

Info Resmi dari Pemerintah tentang Libur Sekolah pada Bulan Ramadan 2025

22 Jan 2025

Hanya Buka Sekali dalam 35 hari, Begini Keunikan Pasar Kramat Jumat Pahing Muntilan

22 Jan 2025

Di Jepang, Ada Cafe Cuddle yang Perbolehkan Pengunjung Peluk Pelayannya

22 Jan 2025

Pj Gubernur Jateng: Pemicu Banjir dan Tanah Longsor karena Alih Fungsi Lahan

22 Jan 2025

Pisahkan Nomor Pribadi dan Kantor untuk Work-Life Balance yang Lebih Baik!

22 Jan 2025

Viral Jam Tidur Siang di Sekolah Surabaya, Sudah Diterapkan di Jepang dan Tiongkok

22 Jan 2025

Apakah Memenuhi Semua Keinginan Pasangan Bisa Menjamin Kesetiaan?

22 Jan 2025

Temanggung Resmikan 8 TPS3R untuk Kelola Sampah Berbasis Masyarakat

22 Jan 2025

Lestari Moerdijat: Indonesia di BRICS Harus Berdampak Positif untuk Semua Sektor

22 Jan 2025

Erick Thohir: Tarif Tiket Kendaraan Umum Nggak Naik saat Lebaran 2025

23 Jan 2025

Nasi Goreng Pak Basiyo, Hidden Gem Kuliner Sukoharjo

23 Jan 2025

Mau Tinggal di Desa Albinen, Swiss? Pemerintah Bakal Siapkan Uang Rp540 Juta Buatmu!

23 Jan 2025