Inibaru.id - Saya kurang suka mengonsumsi obat saat sakit, pun demikian dengan jamu. Namun, nggak demikian dengan bubur jamu coro. Saat badan ada tanda-tanda mau nge-drop atau meriang, biasanya saya menyempatkan diri mencari menu kuliner tradisional Kabupaten Demak, Jawa Tengah, ini.
Bubur jamu coro langganan saya terletak di Jalan Bhayangkara, Kecamatan Kota, Kabupaten Demak. Lokasinya nggak jauh dari perempatan Kali Tuntang, berada di antara gerobak dan kedai penganan lain yang banyak berderet di situ.
Kamu yang baru kali pertama menyambangi tempat ini mungkin akan kesulitan menemukan gerobak bubur jamu coro milik Sri Puji Utami tersebut karena tempatnya agak menjorok ke dalam dan tertutup gerobak lain. Namun, kamu bisa mengenalinya dari banyaknya pembeli yang datang.
Yap, di antara sekian banyak penjual, bubur jamu coro yang dijual dengan menggunakan gerobak dorong warna kemerahan itu biasanya memang paling ramai pembeli. Umumnya mereka adalah pelanggan seperti saya yang sudah merasakan khasiat dari minuman kaya rempah tersebut.
Berjualan Sejak 2010
Sedikit informasi, Sri Puji Utami sudah berjualan bubur jamu coro di tempat tersebut sejak 2010. Saat ini usaha tersebut dikelola sang anak, yakni Muhammad Latif Awaludin. Tiap berjualan, Latif biasanya memarkirkan gerobaknya di dekat jembatan.
Kendati terlihat sederhana karena hanya memakai gerobak dorong, jualan Latif selalu laris manis diburu pembeli, lo! Dalam sehari, dia bisa menghabiskan satu kuali penuh berisi bubur yang diletakkan dalam gerobak laiknnya berjualan bubur kacang hijau.
Oya, saya hampir selalu mengantre saat datang ke situ, bahkan terkadang nomor tunggunya bisa sangat panjang. Namun, sejauh yang saya ketahui, semua pelanggan kayaknya nggak ada yang kabur karena malas mengantre, deh!
Latif mengatakan, antrean mungkin terjadi karena dirinya hanya berjualan pada sore hari. Biasanya, dia mulai dasaran dan melayani pembeli pukul 15.00 WIB, lalu menutupnya menjelang Magrib atau sekitar pukul 17.00 WIB.
Lembut dan Kaya Rempah
Saya menyukai bubur jamu coro karena teksturnya yang lembut saat disesap dan ada sensasi hangat yang kentara begitu bubur masuk mulut. Latif pun menjelaskan, sensasi hangat itu muncul karena kuah bubur jamu coro kaya akan rempah-rempah.
"Ada sekitar 15 jenis rempah dan herbal dalam racikan jamu ini, di antaranya serai, akar wangi, jahe, kayu manis, puyang (cabai jawa)," jelas Latif di tengah kesibukannya melayani pembeli, belum lama ini.
Seperti namanya, jamu bubur coro dibuat dengan "coro", kata bahasa Jawa yang berarti "cara". Artinya, jamu ini dibuat dengan cara khusus yang rumit dengan kondimen yang banyak. Secara garis besar, ada tiga hal yang disajikan, yakni bubur, kuah, dan topping.
Untuk buburnya, Latif memakai beras yang dihaluskan sehingga teksturnya sangat lembut. Dalam penyajiannya, bubur diguyur kuah rempah, lalu diberi toping berupa cairan gula jawa dan bubuk lada. Jadi, sensasi hangatnya nggak hanya dari kuah rempah, tapi juga bubuk lada pada bagian akhir.
Menjaga Imunitas Tubuh
Saya menyukai bubur jamu coro karena sensasi hangat yang segera terasa begitu makanan ini masuk mulut. Tubuh jadi rileks dan rasa meriang yang saya rasakan seolah mereda seketika itu juga. Mungkin, ini pula yang dirasakan sebagian besar pembeli yang sekarang jadi pelanggan di situ.
"Bubur jamu coro ini memang bisa menjaga imunitas tubuh, menambah nafsu makan, dan meredakan asam lambung karena kandungan rempah di dalamnya," sambut Latif saat saya menanyakan manfaat makanan tersebut.
Selain bermanfaat, porsi jamu ini juga pas untuk saya. Harganya pun ramah di kantong, karena seporsinya hanya dibanderol Rp3.000. Dengan harga yang terbilang murah ini, nggak heran kalau dagangan Latif ini hampir nggak pernah bersisa saban hari.
"Alhamdulillah. Dalam sehari, kami bisa menjual sekitar 300-400 porsi," aku pemuda 23 tahun tersebut semringah. "Selain warga lokal, pembelinya juga para peziarah (yang datang) dari luar kota."
Perlu kamu tahu, salah satu hal yang membuat bubur jamu coro dikenal masyarakat luas adalah karena lokasinya yang nggak jauh dari Makam Sunan Kalijaga. Jadi, belum lengkap rasanya kalau kita berziarah tanpa menikmati jamu khas Kabupaten Demak ini sepulangnya dari sana.
Kalau kebetulan kamu bertandang ke Demak, khususnya berziarah ke Sunan Kalijaga, nggak ada salahnya menjajal bubur jamu coro ini ya, Millens! Siapa tahu rasa pegal dan capai selama di perjalanan langsung terobati setelah menikmatinya. (Ayu Sasmita/E10)