Inibaru.id – Salah satu kuliner malam hari yang diburu banyak orang adalah pecel lele, apalagi kalau pecel lele-nya adalah khas Lamongan yang dikenal sangat lezat. Hanya, kamu pernah bertanya nggak mengapa namanya pecel lele? Maklum, meski ada embel-embel pecel, pecel lele sama sekali nggak memakai bumbu atau sambal pecel.
Nah, mari kita mulai membahas soal pecel lele Lamongan, Millens. Jadi gini, meski sekarang ada banyak penjual pecel lele dari daerah ini yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia, dulu ada pantangan unik di Lamongan, yakni warga daerah tersebut nggak boleh makan lele, lo. Kok, bisa?
Jadi, pada zaman dahulu, salah seorang Wali Songo, yakni Sunan Giri mengutus anak buahnya bernama Bayapati untuk mencari pusakanya di Lamongan. Pusaka ini sempat hilang di situ. Namun, usai menemukan pusaka ini, Bayapati justru dihadang penguasa Lamongan, Joko Luwuk.
Bayapati yang ingin lolos dari sergapan Joko Luwuk kemudian menceburkan diri ke dalam sungai yang dipenuhi ikan lele. Nah, karena jumlah ikan lelenya sangat banyak dan menggeliat, Joko Luwuk mengira Bayapati mati dimakan ikan-ikan tersebut. Ternyata, anggapan ini salah, Bayapati berhasil kabur membawa pusaka Sunan Giri.
Nah, Joko Luwuk yang kecewa nggak bisa mendapatkan pusaka tersebut akhirnya bersumpah kalau dirinya dan seluruh warga Lamongan nggak akan makan lele. Kalau dilanggar, orang yang memakannya bakal kena sial. Untungnya, sumpah ini nggak jadi nyata. Kini, siapa saja bisa makan lele di Lamongan tanpa rasa takut.
Lantas, kalau ada larangan itu, kok warga Lamongan malah jualan pecel lele? Jadi, dulu pada tahun 1960-an, banyak orang Lamongan yang merantau ke Jakarta dan memulai bisnis makanan. Mereka memilih ikan lele karena saat itu paling mudah didapat. Menariknya, awalnya pecel lele hanya jadi menu sampingan para penjual soto Lamongan di Ibu Kota.
Lambat laun, banyak pembeli yang lebih suka dengan pecel lele sehingga penjual soto benar-benar banting setir jadi penjual pecel lele pada 1970-an. Menunya pun makin banyak. Nggak hanya lele, daging-daging lain seperti ayam, bebek, hingga burung dara juga dijadikan pilihan. Semua rasanya enak sehingga popularitas warung pecel lele pun semakin meningkat.
Konon, orang Jakarta awalnya nggak suka dengan lele karena rasanya ada unsur tanahnya. Nah, begitu mereka merasakan pecel lele Lamongan, mereka justru bisa merasakan kenikmatan dari ikan ini. Nah, sejak itulah orang-orang Ibu Kota punya stigma kalau mencari lele yang enak, harus di pecel lele Lamongan.
Nah, kok namanya jadi pecel lele padahal sama sekali nggak memakai bumbu pecel? Ternyata, nama menu aslinya adalah pecek lele, Millens. Pecek ini sebenarnya adalah cara orang Jawa Timur dalam menyajikan makanan, yakni dengan cara memenyet lauk di atas sambal pedas.
Banyak orang Betawi yang bingung membedakan pecek dengan pecak, makanan khas Betawi yang juga dibuat dari daging ikan. Akhirnya, penjual pecek lele Lamongan mengganti nama makanannya jadi pecel lele mulai tahun 1980-an demi menghilangkan kebingungan ini.
Nah, sudah tahu kan fakta-fakta unik tentang pecel lele, Millens? Kapan nih terakhir beli? (Hip/IB09/E05)