BerandaKulinary
Sabtu, 9 Des 2022 13:49

Mengenal Baguette, Roti Prancis yang Masuk Warisan Budaya UNESCO

Roti baguette juga sering disebut French stick merupakan roti berbentuk panjang dengan tekstur bagian luar keras tetapi lembut di dalam. (Shutterstock/Smspsy)

Baguette sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Prancis sejak dulu. Kini, roti itu telah resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO.

Inibaru.id - Roti khas Prancis, Baguette, resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.

Sebelumnya, Pemerintah Prancis dikabarkan telah melakukan permintaan agar Baguette diterima dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO pada awal 2021. Hal ini disebabkan karena popularitas roti tersebut terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Roti Baguette juga sering disebut French stick merupakan roti berbentuk panjang dengan tekstur bagian luar keras tetapi lembut di dalam.

Roti yang memiliki kerak berwarna cokelat keemasan ini nggak sekadar makanan pokok, namun telah menjadi bagian dari kebudayaan sehari-hari masyarakat Prancis. Biasanya Baguette akan disajikan sebagai hidangan pembuka atau menjadi pelengkap dari hidangan utama.

Melihat orang-orang keluar dari toko roti atau boulangerie sambil mengapit Baguette di lengan mereka adalah pemandangan yang umum dijumpai di Prancis. Menurut Federasi Nasional Toko Roti Prancis, lebih dari enam miliar baguette diproduksi setiap tahun di negara tersebut seperti dilansir dari Times of India (1/12/2022).

Sayangnya, roti kebanggaan masyarakat Prancis itu popularitasnya terus menurun. Penurunan ini disebabkan karena banyak toko roti di Prancis yang berjuang melawan meningkatnya supermarket luar kota di daerah pedesaan dan peningkatan popularitas terhadap adonan sourdough ham ke burger.

Hal ini membuat Perancis kehilangan sekitar 400 toko perajin roti per tahun, sejak 1970. Dari 55.000 toko roti (satu per 790 penduduk) menjadi 35.000 toko roti saat ini (satu per 2.000). Pemberian status "warisan budaya tak benda" ini tentu menjadi angin segar bagi komunitas pembuat roti artisan Prancis di tengah situasi yang penuh tantangan.

"Ini adalah pengakuan bagi komunitas pembuat roti dan koki patisserie," kata Presiden Federasi Nasional Toko Roti Perancis, Dominique Anract seperti dilansir dari AFP (30/11).

Ketentuan Baguette

Ada undang-undang yang mengatur spesifikasi khusus roti Baguette yaitu berat minimum 80 gram dengan panjang maksimum 40 sentimeter saat dipanggang. (AP Photo/Michael Euler)

Meskipun dianggap telah ada di Prancis sejak lama, namun nama "baguette" secara resmi baru dipergunakan pada 1920. Hal itu diawali dari pengesahan undang-undang yang mengatur spesifikasi khusus roti itu yaitu memiliki berat minimum 80 gram dengan panjang maksimum 40 sentimeter saat dipanggang.

Ukuran baguette ini membuat kokoh saat diangkat. Selain itu, ukuran ini juga dapat membuat baguette memiliki tekstur yang kenyal di bagian dalam.

Menurut hukum Prancis, baguette harus dibuat hanya dengan empat bahan yaitu tepung terigu, air, ragi, dan garam. Baguette juga wajib memiliki kerak, karena saat dikonsumsi akan membuat aroma semakin terasa.

Nggak hanya panjang dan berat roti saja yang ditetapkan, tapi harga roti baguette hingga tahun 1986 juga ditetapkan. Roti ini dianggap mewah karena dibuat dengan bahan-bahan yang mampu bertahan lebih lama dibandingkan jenis roti lainnya.

Barulah pada awal abad ke-20, banyak masyarakat Prancis yang sudah bisa melihat roti Baguette ini dijual di toko roti ataupun bistro Paris. Popularitasnya terus berkembang hingga roti Baguette populer tahun 1960 dan 1970-an.

Ya, masyarakat Prancis kini bisa berbangga karena Baguette sudah masuk dalam warisan UNESCO. Setelah ini mungkin tren membuat dan mengonsumsi roti ini di Prancis semakin meningkat. (Siti Khatijah/E05)

Artikel ini telah terbit di Media Indonesia dengan judul Asal-muasal Baguette, Roti Prancis yang Masuk dalam Warisan Budaya UNESCO.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: