BerandaKulinary
Senin, 4 Agu 2024 09:25

Eksis Sejak 1700-an, Begini Kisah Roti Kembang Waru Khas Kotagede

Roti kembang waru Pak Bas di Kotagede Yogyakarta. (Budaya.jogjaprov)

Siapa sangka, roti kembang waru khas Kotagede Yogyakarta sudah eksi sejak masa Kerajaan Mataram Islam. Seperti apa ya kisah dari roti yang unik ini?

Inibaru.id – Kisah Kerajaan Mataram Islam memang berakhir pada 1755, tepatnya setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani sehingga membuat Mataram terbagi menjadi dua. Tapi, masih ada banyak peninggalannya yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Salah satunya adalah roti kembang waru.

Sekilas, roti kembang waru mirip seperti roti-roti sederhana buatan industri rumahan yang dijual di pasar-pasar tradisional. Apalagi, roti dengan rasa manis ini juga dibuat dari bahan-bahan yang cukup umum seperti telur ayam, gula, terigu, mentega, vanili, dan susu. Tapi, siapa sangka jika roti ini ternyata sudah eksis selama ratusan tahun?

Kalau menurut keterangan situs Jogjaprov, (1/8/2022), nggak ada yang tahu pasti siapa yang menemukan atau memperkenalkan roti dengan warna cokelat dan delapan lekukan di bagian pinggir ini. Yang pasti, roti ini kerap hadir dalam acara-acara adat penting atau hajatan yang digelar di lingkungan keraton.

Selain itu, ada cerita yang menyebut pada masa Kerajaan Mataram Islam, dulu di kawasan Pasar Legi Kotagede terdapat banyak pohon gayam, pohon beringin, dan pohon waru. Nah, bunga waru dengan warna cokelat kemerahan inilah yang disebut-sebut jadi inspirasi bentuk roti kembang waru. Alasannya, bentuknya lebih mudah dibuat oleh siapa saja.

Lebih dari itu, delapan lekukan pada bagian sisi roti kembang waru melambangkan delapan elemen alam yaitu tanah, air, api, udara, matahari, bulan, bintang, dan langit. FYI aja nih, delapan elemen ala ini harus dterapkan pemimpin agar bisa mengayomi rakyatnya.

Roti kembang waru punya kisah dan nilai filosofinya sendiri. (Kompasiana/Thomas Panji)

Yang pasti, dulu roti ini hanya bisa dikonsumsi kalangan keluarga kerajaan atau para bangsawan. Untungnya, lambat laun roti ini bisa dikonsumsi siapa saja, termasuk kalangan rakyat biasa. Yang membuat juga nggak harus dari kalangan keraton.

Nah, nggak jauh dari Pasar Legi Kotagede, ada pembuat roti kembang waru legendaris yang sudah membuat roti kembang waru sejak 1983, yaitu pasangan Pak Basiran Basis Hargito (Pak Bas) dan Bu Gidah. Keduanya sudah berusia 80 dan 77 tahun.

“Saya generasi ketiga dari keluarga yang membuat roti ini dan masih mempertahankan cara tradisional dari membuat adonan, mencetaknya dengan cetakan besi, hingga memakai oven arang. Kami memang masih mempertahankan cara pembuatannya yang asli” ucap Pak Bas sebagaimana dinukil dari Radarjogja, Rabu (24/7/2024).

Karena masih memakai cara tradisional, jangan heran kalau tempat produksi roti kembang waru selalu dijejali wiatawan. Mereka nggak hanya pengin mencicipi kelezatan roti kembang waru, melainkan mendengarkan kisah dari tempat yang legendaris tersebut.

Omong-omong, tempat Roti Kembang Waru Pak Bas ada di Purbayan, Kecamatan Kotagede, sekitar 600 meter ke arah timur laut dari Pasar Legi Kotagede. Tempatnya buka dari pukul 08.00 WIB sampai 20.00 WIB. Yuk kapan kita wisata kuliner ke sana, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Jokowi dalam Jajaran Tokoh Terkorup di Dunia

1 Jan 2025

Menko Pangan Zulhas: 2025, Bulog akan Serap Hasil Pertanian Indonesia

1 Jan 2025

Untuk Perikanan Jateng, Menteri KKP Revitalisasi Tambak di Pantura Jawa

1 Jan 2025

Tahun Baru 2025, Begini Tantangan Berat Pers di Masa Depan Menurut Dewan Pers

1 Jan 2025

Tentang Dua Film 'Last Letter' yang Digarap Seorang Sutradara

1 Jan 2025

Libur Sekolah Selama Ramadan 2025; Mendikdasmen: Belum Jadi Keputusan

1 Jan 2025

AQ, Faktor Penting Penentu Kesuksesan Selain IQ

1 Jan 2025

Pemerintah Revisi Aturan PPN 12 Persen, Apa yang Terjadi?

1 Jan 2025

Kata Guru dan Orang Tua Siswa tentang Rencana UN yang Akan Diadakan Kembali

2 Jan 2025

Ttangkkeut, Tempat Warga Korea Melihat Matahari Terbit Pertama di Awal Tahun

2 Jan 2025

YOLO; Filosofi Hidup Sekali yang Memacu Kebahagiaan Plus Risiko

2 Jan 2025

Ada Sampah di Planet Mars, Arkeolog: Jangan Dibuang tapi Dilestarikan!

2 Jan 2025

Hari Pertama 2025: KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 25 Ribu Penumpang, Paling Banyak di Stasiun Tawang

2 Jan 2025

Memagari Kicau Merdu Burung Pleci di Pegunungan Muria

2 Jan 2025

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

2 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025