BerandaKulinary
Senin, 1 Nov 2020 12:00

Dangke, Keju Eksklusif Asli Indonesia yang Bermakna 'Terima Kasih'

Dangke, keju lokal Enrekang. (Idntimes/Instagram/KhasEnrekang)

Di Indonesia, ada keju bernama Dangke. Berbeda dengan keju buatan Eropa, Dangke bercita rasa gurih dan cocok sebagai teman nasi. Saking enaknya, pakar kuliner Bondan Winarno memasukkan dangke dalam daftar makanan favoritnya.

Inibaru.id – Mungkin masih banyak orang Indonesia yang belum mengenal keju Dangke. Tapi, kalau kamu pergi ke Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), dangke bukan jenis makanan asing. Keju ini terbuat dari fermentasi susu kerbau atau sapi.

Bisa dibilang makanan ini eksklusif karena pembuatannya yang masih tradisional dan dijual terbatas. Kamu bisa menemukan keju ini di Wilayah Enrekang, Toraja, dan Toraja Utara.

Saking terbatasnya, penduduk Makassar, Ibu Kota Sulsel, kerap kesulitan mendapatkan dangke. Mereka harus mencarinya langsung ke pasar atau pun pusat penjualan kuliner di Enrekang.

Sekilas, bentuk dangke menyerupai tahu berwarna putih. Teksturnya lumayan kenyal ketika disentuh. Dilihat dari bahan pembuatnya, dangke yang dibuat dari susu kerbau harganya lebih mahal dibanding sapi.

Proses Pembuatan Dangke

Proses pembuatan dangke sangat unik, Millens. Sapi atau kerbau yang mau diperah susunya harus dimandikan hingga bersih. Baru deh susu bisa diperah. Air susu yang dihasilkan harus disaring agar bersih dari kotoran. Kemudian fermentasi dilakukan.

Dalam pembuatannya, getah pepaya muda ditambahkan. Gunanya, memisahkan lemak, protein, dan air. Getah pepaya akan membuat susu menjadi padat sebelum dicetak. Air susu selanjutnya dimasak dengan suhu minimal 70 derajat Celcius. O ya, alat cetak dangke juga masih tradisional yaitu dengan tempurung kelapa.

Dangke bakar atau panggang cocok dijadikan lauk. (Palontaraq/mfaridwm)

Dangke dibiarkan dingin dan padat dalam tempurung kelapa. Karena keju ini dibuat rumahan, rasa dangke mungkin nggak akan selamanya sama antara penjual satu dengan yang lain. Maklum, proses pembuatannya rumit dan nggak semua penjual berhasil memberi takaran getah papaya yang pas dalam prosesnya. Jika prosesnya tepat, dangke akan gurih dan nggak kecut.

Satu buah dangke sama dengan 1-1.5 liter susu sapi atau kerbau lo. Mantap kan? Keju ini juga cocok untuk dikonsumsi anak-anak hingga dewasa. Dengan harga berkisar Rp 15.000-20.000, dangke bisa dinikmati dengan cara digoreng atau dipanggang.

Dangke boleh termasuk keju tapi rasanya beda lo sama keju buatan Eropa. Keju ini bakal terasa lebih nikmat jika menjadi lauk nasi. Warga Sulawesi, Kalimantan, hingga luar negeri seperti Malaysia dan Jepang sangat menyukai rasanya.

Mendiang Bondan Winarno bahkan pernah mengatakan kalau dangke merupakan salah satu makanan kegemarannya.

Sejarah Penamaan Dangke

Ada beragam versi soal sejarah dangke. Salah satunya, pada 1900-an, seorang turis Jerman dijamu peternak Enrekang dengan keju buatannya. Ketika sang turis hendak pamit, tuan rumah memberikan dangke. Turis itu kemudian berterima kasih dalam bahasa Jerman (Danke).

Sang peternak mengira kalau keju yang dia berikan bernama Dangke, sehingga nama tersebut melekat sampai sekarang.

Versi lainnya berkisah ketika orang-orang Belanda mengunjungi Enrekang. Mereka disuguhi dangke oleh warga Enrekang. Saat itu keju ini belum punya nama. Orang-orang Belanda itu kemudian mengucapkan terima kasih dalam bahasa mereka yaitu Dankjewel.

Karena kata itu lumayan rumit ketika masuk telinga, orang-orang Enrekang menyederhanakannya dengan dangke. Hingga kini, keju khas ini dikenal dengan dangke.

O ya, kalau kamu tertarik merasakan keju ini kamu benar-benar harus ke Enrekang. Pasalnya, hanya peternak di sana yang membuatnya. Direktorat paten Indonesia melalui hak cipta Depkumham ternyata sudah mematenkan dangke sebagai keju asli buatan peternak Enrekang.

Jadi, kamu tertarik nggak mencicipi keju eksklusif asli Indonesia ini, Millens? (Etnis/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: