BerandaKulinary
Sabtu, 18 Apr 2025 11:01

Beras Bisa Beracun; Hindari Potensi Kanker dengan Cara Menanak Nasi yang Tepat

Ilustrasi: Metode penanaman padi yang tergenang air berpotensi membuat beras beracun karena mengandung arsenik anorganik. (Shutterstock via Newyorker)

Penanaman padi di sawah yang tergenang air membuat beras beracun karena menyerap arsenik anorganik yang bisa memicu kanker. Dengan metode menanak nasi yang tepat, 80 persen kandungan arsenik bisa direduksi.

Inibaru.id - Padi telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun silam, bahkan jauh sebelum negeri ini terbentuk. Kita pun jadi terbiasa mengonsumsi nasi, produk olahan dari bulir beras hasil panen padi.

Jutaan hektare sawah telah dicetak untuk menanam tumbuhan budi daya terpenting dunia bernama latin Oryza sativa tersebut sejak zaman raja-raja Hindu-Buddha berkuasa di Tanah Air. Maka, nggak heran jika nasi pun menjadi salah satu bahan makanan terpenting di negeri ini.

Sejak menjadi tanaman budi daya, padi dan produk turunannya seperti beras dan nasi telah mendominasi sumber makanan utama kita, bahkan menjalar menjadi bagian dari budaya, tradisi, bahkan status sosial masyarakat.

Namun, padi yang ditanam kala itu tentu jauh berbeda dengan saat ini. Nasi memang masih menjadi sumber tenaga, tapi metode budi dayanya sudah jauh berbeda dengan zaman dulu. Dengan dalih optimalisasi hasil, budi daya padi kini begitu familiar dengan bahan-bahan kimia berbahaya.

Studi: Beras Mengandung Racun 

Sudah menjadi rahasia umum jika produk konsumsi massal selalu mengandalkan modifikasi, suplemen, dan antibodi tambahan untuk mendapatkan hasil maksimal. Nggak terkecuali padi di sawah.

Achmad Fachrizal, seorang petani di Batang mengungkapkan, aplikasi bahan kimia buatan sudah diberikan bahkan sebelum benih padi ditanam. Itu belum termasuk pemberian herbisida, insektisida, pestisida, dan lain-lain.

"Sekarang sudah lumayan, karena pupuk buatan mulai tergantikan oleh kohe (kotoran hewan) dan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Tapi, obat semprot (pengendali hama) dan anti-jamur masih pakai bahan pabrikan," terangnya, Jumat (18/4/2025).

Sedikit informasi, ada sebuah penelitian di Inggris yang menyebut, bahan kimia dari racun industri dan pestisida di tanah bisa membuat nasi menjadi sangat berbahaya. Penelitian oleh Universitas Queen Belfast itu mengungkapkan, dalam banyak kasus nasi bisa memicu keracunan arsenik.

Berdamai dengan 'Nasi Beracun'

Ilustrasi: Dengan mengesampingkan cara menanak beras yang tepat, kita bisa memakan 'nasi beracun'. (Shutterstock via Healthifyme)

Sebagai petani yang paham betul bagaimana beras diproduksi, Fachri, sapaan akrabnya, kadang merasa khawatir saat melihat keluarganya makan nasi hasil panennya sendiri. Dia mengaku pengin menanam padi organik yang ramah untuk tubuh dan lingkungan, tapi sulit.

"Selama petani lain masih pakai metode konvensional, saya nggak mungkin menerapkan metode itu (organik), lha wong pengairannya sama. Tetap terkontaminasi. Sudah keluar biaya mahal, hasil panen dihargai sama dengan beras umum, ya rugi!" keluhnya.

Mau nggak mau, Fachri pun mengikuti bagaimana dunia pertanian bergerak. Dia berdamai dengan tetap mengonsumsi nasi, tapi diimbangi dengan nutrisi yang lebih seimbang. Selain itu, beras yang akan dimasak direndam dulu agak lama, lalu dicuci berkali-kali agar residunya hilang.

"Orang dulu suka merendam beras cukup lama kalau mau bikin lontong atau ketupat biar lebih empuk. Saya pikir, itu juga bisa menghilangkan pestisida atau semacamnya. Habis direndam, dicuci berkali-kali," akunya.

Nasi, Arsenik, dan Kanker

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Universitas Queen Belfast Inggris, sebagian besar bahan kimia berbahaya pada beras bisa direduksi asalkan dimasak dengan cara yang tepat, nggak terkecuali arsenik. Salah satunya adalah dengan merendam beras cukup lama sebelum memasaknya.

Untuk diketahui, arsenik adalah unsur logam alami yang ada pada air, udara, dan tanah. Zat ini akan diserap tumbuhan. Business Times menyebut, ada dua jenis arsenik, yakni organik dan anorganik. Nah, jenis terakhir adalah yang dianggap beracun.

Beras yang kita konsumsi bisa terkontaminasi arsenik, khususnya jenis anorganik, cukup tinggi karena padi ditanam di sawah yang tanahnya tergenang air. Menurut International Agency for Research on Cancer, European Food Safety Authority, dan Food and Drug Administration, arsenik masuk kategori karsinogen.

Kita tahu bahwa karsinogen adalah senyawa yang menjadi penyebab atau meningkatkan risiko terjadinya kanker. Dalam penelitian disebutkan, tubuh yang terpapar arsenik dalam jangka panjang berpotensi memicu kanker kulit, kanker paru, dan kanker kandung kemih.

Menanak Beras yang Tepat

Mengutip dari Healthshots, salah satu cara untuk mereduksi kadar arsenik pada nasi adalah dengan merendam beras cukup lama. Berdasarkan hasil riset, merendam beras semalaman sebelum dimasak akan membuat kadar arsenik berkurang hingga 80 persen.

Setelah direndam, beras dicuci sebelum dimasak hingga benar-benar matang. Hm, terdengar familiar sebagaimana yang dilakukan Fachrizal ya? Jadi, kamu bisa melakukannya sendiri di rumah ya, Millens!

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang agaknya nggak akan bisa lepas dari nasi, metode ini tentu patut dicoba sebagai jalan tengah jika nggak pengin terpapar arsenik anorganik terus-menerus yang berpotensi memicu kanker.

Berbeda dengan roti atau mi yang bisa dikonsumsi sebagai makanan alternatif atau pelengkap, nasi adalah menu utama yang nggak tergantikan. Tentu saja ini membuat tuntutan "memproduksi beras lebih banyak" akan terus terjadi, yang berarti metode penanaman massal konvensional juga jalan terus.

Solusinya? Silakan bentengi diri dengan cara menanak beras yang tepat agar terhindar dari potensi mengonsumsi nasi yang beracun! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: