Inibaru.id – Kota Wonosobo, Jawa Tengah merupakan kota indah dengan pemandangan alam nan eksotis. Tapi, perlu Millens ketahui, daerah itu dulu hutan belantara, lo.
Ada tiga tokoh yang berpengaruh dalam merintis Wonosobo, yakni Kiai Kolodete, Kiai Karim, dan Kiai Walik. Ketiganya membangun Wonosobo sekaligus menyebarluaskan ajaran Islam.
Kala itu, Kiai Walik berperan sebagai perancang kota. Kiai Karim menginisasi dasar-dasar pemerintahan. Sementara, Kiai Kolodete membuka wilayah di kawasan Dieng. Mereka dibantu sanak saudara untuk membabat sebagian wilayah menjadi lahan pertanian sebagai sumber pangan.
Konon, di antara ketiganya, Kiai Walik merupakan sosok yang paling dekat dengan rakyat. Meskipun menjadi tokoh yang berpengaruh besar, nggak ada pernyataan pasti mengenai makam kiai yang berasal dari Yaman itu. Ini disebabkan karena Kiai Walik ditahan oleh Belanda sampai dia meninggal dunia.
Baca juga:
Jejak Islam di Masjid Kauman Sragen
Masjid Agung Keraton Surakarta dan Pusat Kegiatan Tradisi Keislaman
Akibatnya, beragam keyakinan mengenai lokasi makam Kiai Walik pun bermunculan, Millens. Ada yang berpendapat bahwa makam Kiai Walik ada di dalam penjara kompleks lembaga pemasyarakatan. Tapi, mayoritas masyarakat meyakini bahwa makam tokoh tersebut berada di belakang Masjid Al Manshur Kauman, masjid tertua di Wonosobo.
“Dulu tempat itu hanya dipercaya sebagai pekaringan atau tempat berjemur para wali. Kemudian KH Chabib Lutfi mengatakan bahwa pekaringan itu adalah makam Kiai Walik. Itu dikatakan tanggal 27 Juli 1996,” kata Imam Masjid Al Manshur KH Haidar Idris, seperti ditulis way4x.wordpress.com.
Selain itu, disebutkan bahwa pernah ada orang dari Kasunanan Surakarta yang datang untuk salat di Masjid Al Mansur. Orang tersebut mengatakan bahwa dia juga sedang mencari makam Kiai Wonosobo. Ketika mendengar bahwa di belakang masjid terdapat makam kuno, dia pun berziarah. Setelah melihat makam tersebut, orang itu yakin bahwa makam tersebut adalah makam Kiai Wonosobo yang dia cari.
Kini, di Masjid Al Manshur, ada pengajian yang rutin dilaksanakan tiap Sabtu, yang disebut setonan. Pada beberapa kesempatan, lebih dari 1.500 orang hadir dalam pengajian tersebut. Mengutip radarsemarang.com (2/9/2017), pengajian juga diisi dengan kegiatan tafsir, fikih, dan kajian lainnya. Seusai mengikuti pengajian, masyarakat berziarah ke makam Kiai Walik.
Nah, keistimewaan masjid yang dibangun pada 1800-an ini nggak hanya itu saja. Masyarakat juga menjadikan masjid tersebut sebagai patokan waktu salat karena di sana terdapat jam matahari. Banyak warga yang datang untuk mencocokkan jam mereka.
Baca juga:
Melongok Penyebaran Islam di Solo dari Masjid-Masjid Bersejarah
Sunan Bonang dan Dakwah yang Akrab dengan Tradisi
Bangunan Masjid Al Manshur dibagi menjadi dua ruang besar. Di dalamnya, tampak interior bangunan kuno berupa tiang-tiang kayu tinggi yang dihiasi ukiran. Walaupun jauh dari kesan mewah, Masjid Al Manshur memiliki suasana yang tenang dan nyaman. Saat bulan Ramadan, pelataran masjid dijadikan lahan untuk melaksanakan bazar untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat
Kalau ingin beribadah sekaligus berkunjung, kamu bisa datang ke masjid yang berada di Jalan Masjid Nomor 13, Kauman Utara, Wonosobo ini. Ayo, menengok bangunan bersejarah dalam penyebaran Islam di Wonosobo. (AYU/SA)