BerandaIslampedia
Kamis, 6 Des 2017 15:18

Di Guluk-Guluk, Para Santri Menggaung-agungkan Puisi

Santri dari Markaz Annuqayah membaca puisi. (annuqayah.blogspot.com)

Selain mengkaji ilmu agama, santri-santri Ponpes Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, dibiasakan menulis setiap hari. Merekalah para santri plus.

Inibaru.id - Santri mendaras alias membaca Alquran, Hadis, dan kitab-kitab kuning itu biasa. Tapi santri-santri menulis dan membaca puisi? Temukan itu pada Pondok Pesantren Annuqayyah di Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Tentu saja, seperti kebanyakan ponpes salaf, di pesantren yang lebih dikenal sebagai Pesantren Guluk-Guluk itu santri diajari kitab-kitab klasik atau kitab kuning sebutan populernya.

Perlu Millens Inibaru.id ketahui, pendidikan di Pesantren Guluk-Guluk menganut sistem sorogan, bandhongan, dan halaqah. Dalam sorogan, seorang santri membaca kitab secara individual. Seorang santri nyorog, atau menghadap guru seorang demi seorang. Sang guru akan membacakan isi beberapa bagian kitab, lalu si murid akan menirukannya berulang-ulang.

Dalam bandhongan, kiai atau ustaz membacakan, menerjemahkan, dan menerangkan kitab. Santri atau murid mendengarkan, menyimak, dan mencatat. Sesuai dengan tradisi pesantren, kiai sering kali memerintahkan santri senior untuk mengajar.

Halaqah itu semacam pengajian secara berkelompok. Para santri melingkar, dan salah seorang berbicara sebelum nanti terjadi diksusi.

Tradisi Puitik

Namun, di balik itu semua, Ponpes Guluk-Guluk mengembangkan tradisi puitik. Jadi, kalau bertandang ke sana, kamu akan mendengar bait-bait nazam dari balik bilik-bilik pondok, di surau, atau di ruang-ruang kelas. Nazam itu syair-syair yang dilagukan. Nazam mempermudah mereka memahami berbagai macam ilmu, antara lain Tata Bahasa Arab atau Nahwu-Sharraf hingga ilmu akhlak atau akidah.

Hafalan dalam bentuk nazam semacam ini adalah santapan sehari-hari buat para santri. Mereka melantunkan nazam setiap saat, di setiap tempat, agar lebih mudah mengingat.

Seperti ditayangkan CNN Indonesia TV dalam Program Inside Indonesia bertajuk “Santri-Santri Mendaras Puisi” dan diunggah ke CNN Indonesia (16/7/2016), kehidupan di pondok klasik ini punya ruang nggak terbatas untuk membuka lembar demi lembar kajian yang bermula dari sastra Arab. Dari pesantren ini pula, gairah sastra lahir dan tumbuh sejalan dengan kebiasaan hidup mereka sehari-hari di dalam pondok.

Perlu kamu tahu, diskusi dan membaca puisi telah menjadi bagian hidup para santri Guluk-Guluk. Puisi menjadi semacam doa dan pengharapan. Itu semua dilengkapi dengan keyakinan yang kental terhadap Alquran dan hadis yang nggak pernah alpa dibaca dan diamalkan.

Ya, santri Guluk-guluk memang dibiasakan menulis setiap hari. Ini berasal dari kesadaran bahwa literasi itu penting banget.

“Kalau tidak bisa tiap hari, minimal tiga kali seminggu," tandas Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah KH M Faizi, Mfil.

Hmm, bagus banget apa yang dikembangkan di Ponpes Guluk-Guluk itu. Santri yang melek sastra tentu saja bisa disebut bernilai plus. Sepakat kan, Millens? (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024