BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 8 Des 2022 15:44

Sore yang Sendu bersama Petikan Gitar dan Lagu Pop 'Ambyar' KAI Acoustic

KAI Acoustic saat tampil di Mazio Coffe Bistro. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Kepiawaian KAI Acoustic menyandingkan lagu pop 'ambyar' dengan petikan gitar rupanya berhasil menjadi hiburan yang menyenangkan untuk suasana sore yang sendu di sebuah kafe yang saya kunjungi belum lama ini.

Inibaru.id - Genjrengan gitar samar-samar terdengar dari music corner Mazio Coffe Bistro, sebuah kafe hits di Margoyoso, Kabupaten Pati, belum lama ini. Suasana sore yang sendu semakin terasa saat alunan lagu pop "ambyar" milik Denny Caknan makin jelas terdengar. Suaranya merdu, dibawakan dengan musik akustik.

Empunya suara merdu itu adalah Moh Faizal Iqbal Hakim, sementara sang pemetik gitar yang duduk di sebelahnya adalah Abdul Kosim. Mereka tergabung dalam grup band duo bertajuk KAI Acoustic, sebagaimana tertera di banner yang ada di sisi kiri mereka.

Kali pertama mendengar nama band tersebut, siapa pun pasti akan mengernyitkan dahi; KAI? Kereta Api Indonesia? Ha-ha. Ini pula yang saya tanyakan begitu mereka kelar manggung, yang segera dibantah Kosim, sang gitaris.

"Nggak ada hubungannya (dengan PT KAI), Mbak!" sambut lelaki 26 tahun tersebut ringan, lalu tertawa.

'Ngambyar' bareng KAI Acoustic untuk meluapkan isi hati. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Pemuda berkucir itu mengatakan, KAI Acoustic merupakan nama yang diambil dari huruf depan panggilan ketiga personelnya, yakni Kosim, Alfin, dan Iqbal. Nama band akustik asal Pati yang dibentuk pada 2019 itu, lanjutnya, adalah ide dari dia.

“Semula kami memang bertiga; vokal, gitar, dan kajon (alat perkusi yang juga disebut drum box)," terang pemuda yang hari itu tampak kasual dengan balutan kaus, outer, dan celana denim biru muda. "Namun, karena suatu alasan, saat ini tinggal saya dan Iqbal.”

Musikus Akustik Banyak Dicari

Kendati hanya dua orang yang kini memotori KAI Acoustic, Kosim mengaku nggak ada masalah sama sekali. Menurut dia, kans musikus akustik untuk diterima masyarakat kini sedang tinggi-tingginya. Pasarnya ada.

"KAI Acoustic bahkan sudah punya jadwal manggung tetap saban akhir pekan. Ada lima kafe dengan durasi masing-masing dua jam," akunya. "Itu belum termasuk tawaran tampil di event seperti acara pernikahan, ulang tahun, reuni, dan lain-lain."

Penampilan panggung itu, selalu mereka garap berdua. Namun, Iqbal yang baru saja bergabung mengimbuhi, untuk tampil di acara yang lebih besar, mereka biasanya akan membawa additional player agar formasinya lengkap.

"Lengkap itu ada dua vokalis, cowok dan cewek. Terus, ada gitaris, kibordis, dan basis. Sifat mereka sekadar tambahan dengan bayaran fee menyesuaikan. Saat manggung ya tetap atas nama KAI Acoustic," jelasnya.

Kosim dan Iqbal latihan bareng sebelum manggung untuk menyesuaikan nada. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Nah, untuk pilihan lagu, pemuda ramah tersebut mengatakan, KAI Acoustic saat ini lebih suka mengusung genre pop "ambyar" berbahasa Jawa yang dibawakan secara akustik. Selain mainnya santai, musik akustik sengaja mereka pilih karena "gaya" itu sedang banyak digemari anak muda.

"Dulu, anak muda mana suka lagu dangdut 'ambyar'. Namun, setelah mulai banyak yang mengemasnya dalam versi akustik, jenis musik ini mulai digandrungi," kata vokalis bersuara empuk tersebut.

Kompak dengan Komunikasi

Banyaknya tawaran manggung membuat para personel KAI Acoustic sangat sibuk. Terlebih, keduanya juga punya pekerjaan lain yang cukup menyita waktu dan tenaga. Namun, karena passion mereka memang di dunia musik, baik Iqbal maupun Kosim mengaku nggak pernah merasa kelelahan.

"Sesibuk apa pun, kami berdua selalu berusaha saling berkomunikasi biar nggak ada salah paham. Kami juga selalu menyempatkan waktu untuk latihan bareng agar kompak dan kemistri terjaga," papar Kosim, yang segera diiyakan Iqbal.

Senada dengan Kosim, Iqbal mengatakan, komunikasi dan latihan rutin sangatlah penting bagi mereka. Cowok yang saat ini juga tengah memperjuangkan gelar sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Terbuka Semarang itu mengatakan, penampilan bisa buyar tanpa kedua hal tersebut.

“Pernah pas awal-awal manggung, senar gitar Mas Kosim putus. Waktu itu saya belum bisa interaksi sama penonton. Karena belum terjalin komunikasi yang oke, kami kebingungan," kenang pemuda 22 tahun ini.

Dengan 'senjata' utama gitar akustik, KAI Acoustic siap tampil di berbagai event musik. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Iqbal ingat betul kejadian itu. Untungnya, sekarang dia dan Kosim sudah cukup kompak. Jadi, kalau salah satu dari mereka mengalami kendala teknis, personel lainnya akan meng-cover kekurangan tersebut.

"Misalkan Mas Kosim ada kendala teknis demgan alatnya, saya akan mengalihkan perhatian penonton sementara dia memperbaiki yang rusak,” tuturnya.

Nggak hanya menjalin kekompakan antar-personel, Iqbal mengungkapkan, menurutnya kunci kesuksesan KAI Acoustic di dunia musik nggak lepas dari peran para penonton mereka yang cukup loyal. Mereka menyebut para pendukung tersebut sebagai Dulur KAI.

"Dulur KAI ini keren banget. Mereka bakal menemani dan meramaikan suasana di mana pun KAI Acoustic manggung," serunya girang.

Untuk terus bisa berinteraksi dengan para penggemar, Iqbal mengatakan, mereka memanfaatkan platform media sosial Instagram. Di akun tersebut, mereka biasa mengunggah jadwal manggung dan bikin siaran langsung saat mereka tampil.

Selain itu, Iqbal menambahkan, saat ini mereka tengah mengurus perizinan di Spotify untuk tiga lagu mereka.

"Sekarang kami sedang mempertimbangkan Tik Tok juga," Kosim menugas, yang segera disambut gelak tawa keduanya. "Doakan kami!"

Melihat kedua anak muda ini begitu semangat bermusik, jadi merasa senang juga kan, Millens? Semoga perjalanan mereka di belantika musik Tanah Air dinaungi keberuntungan ya! (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024