BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 11 Jun 2020 13:33

Renjana Komunitas Kopi Muria: Petani Kopi Tak Lagi Jual Green Bean!

Komunitas Kopi Muria tengah berkumpul di basecampnya yang terletak di Jl. Colo Japan KM 1 No. 4, Desa Colo 003/001, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Keberadaan Komunitas Kopi Muria telah menggerakkan ekonomi petani kopi di Kudus. Petani yang semula menjual biji kopi mentah mulai menjual produk jadi yang bahkan telah menyentuh pasar internasional.

Inibaru.id – Perkebunan kopi di Kudus harusnya sudah ditiadakan pada 1925, nggak lama setelah sistem tanam paksa dihapuskan dan kawasan tersebut dinormalisasi jadi hutan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Kebun kopi kian meluas, khususnya di kawasan hutan di Desa Japan dan Colo.

Bahkan, penetapan sebagai hutan lindung pada 1972 nggak membuat perkebunan kopi lenyap dari desa yang berlokasi di Kecamatan Dawe ini. Tanaman kopi sudah terlanjur menjadi sumber kehidupan masyarakat.

Sayang, keberadaan kebun kopi yang tumbuh di bawah naungan hutan lindung tersebut kini justru terancam karena sebagian anak muda kurang tertarik menjadi petani kopi. Di sisi lain, para petani mengeluhkan harga biji kopi mentah alias green bean yang dibeli tengkulak dengan harga rendah.

Nah, berangkat dari kegalauan itulah pada 28 Maret 2018 lalu Komunitas Kopi Muria (KKM) berdiri. Ato Pujiharto, sang ketua, menuturkan, komunitas ini dibuat agar kopi lereng Muria yang sudah ada dari zaman ke zaman bisa terus dirasakan oleh generasi berikutnya.

“Bagaimana agar kopi (Muria) ini punya nilai tambah, jadi bisa memupuk semangat para petani dan generasi penerus nanti,” ujar Ato, sapaan akrabnya.

Mesin <i>roasting</i> yang disediakan oleh Komunitas Kopi Muria. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Dalam memenuhi tujuan itu, KKM mencoba mengedukasi petani gimana cara mengelola biji kopi pascapanen. Menurut Ato, hal ini penting dilakukan agar para petani nggak lagi sekadar menjual hasil panen dalam bentuk biji mentah.

“Selama ini, setelah panen raya, mereka buru-buru menjual (biji kopi mentah) ke tengkulak," kata dia. "Kalau begitu terus, nggak ada nilai tambah.”

Selain edukasi, Ato menambahkan, KKM juga menyediakan alat pendukung seperti mesin roasting dan penggiling kopi. Nggak lupa, komunitas itu juga mengajarkan cara mengemas produk yang baik. Dengan begitu, lanjutnya, para petani bisa merasakan nilai lebih.

Menaungi Ratusan Petani

Hingga saat ini, KKM telah sudah memiliki puluhan anggota serta menaungi ratusan petani. Ato mengatakan, nggak kurang dari 430 petani kopi di Desa Japan dan Colo berada di bawah komunitas tersebut.

"Ya, banyak, meski (anggota) yang hanya mungkin sekitar 10 orang," akunya.

Dari kebun mereka, imbuhnya, para petani kini mulai membuat jenama sendiri. Kurang lebih ada 10 produk yang ada di bawah naungan KKM, di antaranya Kopi Maura, Kopi Tjolo, Kopi Moelyo, Kopi Zayna, Kopi Otentik, Kopi Nyampleng, Kopi Aiss, Kopi Tawang, Kopi Muraco, Kopiloso, dan Kopi Ndaoleng.

Kebun kopi robusta milik anggota Komunitas Kopi Muria. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Kendati sama-sama menjual kopi, Ato mengatakan, masing-masing produk memiliki karakter berbeda dengan aftertaste yang juga unik. Produk-produk tersebut, lanjutnya, ada yang mempunyai aftertaste caramel, cokelat, spicy, winery, woody, nutty bahkan durian.

Jadi, meski sama-sama memproduksi kopi kemasan, para anggota komunitas nggak khawatir akan persaingan, karena setiap produk sudah memiliki penggemar dan pasar masing-masing.

Oya, bicara kualitas, KKM juga pernah melakukan uji cupping yang diadakan Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (SCAI-Specialty Coffee Association of Indonesia). Ritual cupping ini untuk biasa dilakukan menentukan seberapa optimal karakter rasa suatu biji kopi. Hasilnya? Kualitas Excellent, lo!

Dikenal Lebih Luas

Humas Komunitas Kopi Muria Aris Yulianto berharap, keberadaan komunitas yang diikutinya itu mampu menjadikan kopi Muria dikenal lebih luas dan dilirik dunia.

Lelaki yang juga menjabat sebagai pengurus Kelompok Tani Hutan Muria Koentjen Rejo ini berangan-angan, nama kopi Muria nantinya bisa sejajar dengan kopi Gayo dan Toraja.

“Visi kami, bagaimana mengembangkan kopi Muria sebagai produk wisata dunia,” ungkapnya.

Basecamp Komunitas Kopi Muria, menjadi tempat favorit menghabiskan sore bersama. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Perlahan, angan-angan itu sepertinya mulai terwujud. Selain sempat mengikuti pameran di Singapura, produk kopi mereka juga mulai masuk pasar Asia. Kini, pekerjaan besar yang mungkin masih menanti KKM adalah membuat anak muda tertarik mengenal kopi dari hulu ke hilir.

Anak muda, tantangan buat kamu nih! Kalau ngaku penikmat kopi, jangan sekadar menjadi barista, apalagi sekadar jadi penikmat kopi di kala senja, di kafe-kafe temaram, dan berteman dengan musik indie! Ha-ha.(Rafida Azzundhani/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: