BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 3 Mei 2022 17:00

Musimin, Pelestari Anggrek Hutan Gunung Merapi Pasca-Erupsi

Merapi menjadi rumah bagi Anggrek Vanda Tricolor. (Flickr/ Chris Waits)

Erupsi Gunung Merapi sempat membuat habitat anggrek hutan rusak. Nggak ingin bunga yang indah ini lenyap dari gunung tersebut, seorang pria di Yogyakarta berusaha untuk tetap melestarikan habitatnya.

Inibaru.id – Tahun 1994, Gunung Merapi mengalami erupsi yang cukup dahsyat. Nggak hanya membuat kerusakan dan memakan korban jiwa, erupsi ini juga ikut merusak habitat asli anggrek hutan di lereng selatan gunung yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.

Salah seorang pria asal Yogyakarta bernama Musimin ternyata nggak pengin anggrek hutan sampai hilang dari Gunung Merapi gara-gara hal ini. Sudah lebih dari 20 tahun dia membudidayakan anggrek hutan demi kembali melestarikannya.

Musimin membudidayakan anggrek hutan Gunung Merapi di halaman rumahnya yang terletak di Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Dia masih ingat betul betapa mudahnya melihat bunga ini saat kecil sehingga berusaha sebaik mungkin melestarikannya.

Usaha Musimin dalam Melestarikan Anggrek Hutan

Pada 1996, Musimin mulai mengembangbiakkan tujuh spesies anggrek. Setelah itu, tepatnya pasca-erupsi Merapi 2010, Musimin kembali belajar banyak tentang anggrek bersama dengan seorang peneliti bunga ini, Sulistyono.

Dia pun jadi tahu nama-nama latin dari anggrek, bagaimana mengembangbiakkannya di habitatnya dengan baik, hingga mengetahui jenis-jenis anggrek beserta cara hidupnya yang berbeda-beda.

Bapak Musimin, penyelamat anggrek hutan Gunung Merapi. (Merdeka/Ibrahim Hasan)

Bersama Sulistyono, selama tiga bulan pada 2011 Musimin melakukan pendataan anggrek di hutan Merapi. Dari hasil pendataan tersebut, Musimin berhasil menemukan 50-an spesies anggrek yang masih ada.

Omong-omong, nama-nama spesies anggrek yang Musimin data antara lain Vanda Tricolor (Anggrek Pandan), Densrobium Sagittatum (Anggrek Gergaji), Eria Retusa (Anggrek Gurem), Aerides Odoratus (Anggrek Kolojengking), Ceologyne Speciosa (Anggrek Kupu), Paphiophedilum Javanicum (Anggrek Lorek), dan Arundina Graminifolia (Anggrek Bambu).

Setelah lebih dari 20 tahun membudidayakan anggrek hutan, kini Musimin telah berhasil mengumpulkan sekitar 110 spesies anggrek. Beberapa di antaranya merupakan spesies khas kawasan Gunung Merapi. Sayangnya, dari 110 anggrek yang ditemukan, hanya sekitar 80-an spesies yang baru bisa ditangkar.

Adopsi Bunga Anggrek

Bunga anggrek terkenal akan kemampuannya hidup menempel pada inang, Hal ini pun sangat diperhatikan oleh Musimin. Di rumah tanamnya, kamu bisa menemukan rumah kaca berukuran sekitar 6x15 meter dengan ratusan inang untuk tumbuh kembang anggreknya. Inang ini berupa potongan batang kayu, potongan pohon pakis, hingga bahan arang dan pecahan genteng.

Bunga anggrek yang dia budidayakan tentu menarik perhatian para kolektor bunga. Tapi, Musimin punya kebijakan tegas menolak orang-orang yang mau membelinya meskipun harga yang ditawarkan fantastis.

Halaman Musimin yang menjadi 'rumah' bagi anggrek yang terancam punah. (Anggrekmerapi)

Yang menarik, meski menolak jual beli bungga anggrek, Musimin membuka adopsi anggrek bagi masyarakat sejak 2015. Tujuannya sih, mengajak masyarakat untuk turut serta berkontribusi dengan melakukan konservasi lingkungan.

Konsepnya pun cukup unik karena masyarakat diminta untuk memilih anggrek spesies Merapi yang akan dilepas di hutan dan memberikan dana perawatan kepada Musimin. Jadi, anggrek tidak dibawa pulang, tapi dikembalikan ke habitatnya dalam hutan biar tetap lestari, Millens.

O ya, paket adopsi untuk perawatan anggrekpun bervariasi tergantung jenis spesies anggrek yang diadopsi dan tingkat kelangkaannya. Ada yang Rp 1 juta untuk paket adopsi Platinum, Rp 850 ribu untuk Gold, dan Rp 650 ribu untuk Silver.

Tertarik mengadopsi anggrek hutan Gunung Merapi yang dibudidayakan Musimin ini, Millens? (Bbc, Mer/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: