BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 26 Jan 2023 17:00

Mengalami Kekerasan Seksual di Semarang? Beranikan Diri, Adukan ke Sini!

Ilustrasi: Dalam kasus kekerasan seksual, korban kerap memikul beban ganda. (Vanguardngr)

Untuk kamu yang pernah mengalami kekerasan seksual dan bingung harus berbuat apa, datang dan ceritakan apa yang kamu alami ke ruang-ruang aman di Kota Semarang ini!

Inibaru.id - Kekerasan seksual bisa dialami siapa saja. Yang menyedihkan, para korban, terutama perempuan, justru kerap memikul beban ganda saat mencoba mengungkapkan kasus yang menimpa dirinya. Alih-alih dibela atau dikuatkan, nggak jarang mereka mendapat stigma negatif.

Nggak berhenti di situ, pada banyak kasus, korban yang telah menanggung beban trauma juga acap mendapat ancaman dari pelaku saat dia memberanikan diri membuka suara. Teror nggak hanya menghampiri dirinya, tapi juga keluarganya.

Lantas, harus gimana? Kalau kamu mengalami kekerasan seksual, ada baiknya kamu mencari "ruang aman" untuk mendapatkan solusinya. Salah seorang pendiri gerakan kolektif Muda Bersuara Dewi Avivah mengatakan, kalau berada di Kota Semarang, korban bisa melapor ke tempatnya.

"Kami memberikan ruang aman sekaligus tempat aduan untuk para korban kekerasan seksual," janji perempuan lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu kepada Inibaru.id, belum lama ini.

Memberikan Pendampingan

Muda Bersuara bersama Jaringan Muda Setara menuntut kampus bebas dari kekerasan seksual pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021 (Instagram/_mudabersuara).

Perlu kamu tahu, dalam tiga tahun terakhir Muda Bersuara memang telah menjadi ruang aman yang bisa diandalkan bagi siapa pun yang menjadi korban kekerasan seksual. Dewi mengungkapkan, fokus gerakan kolektif tersebut adalah sebagai wadah pendampingan dan trauma healing.

"Saat korban datang, kami akan tawarkan, butuhnya apa? Didengarkan, ditampung, atau mau diberikan alternatif solusi," kata perempuan asal Mojokerto tersebut.

Sejak berdiri tiga tahun lalu, Dewi mengaku dirinya sudah mendampingi puluhan korban kekerasan seksual, yang kebanyakan adalah para mahasiswa. Jumlah itu, lanjutnya, belum termasuk korban yang melapor ke Alhiyatuz Zakiyah, teman seperjuangannya di Muda Bersuara.

"Pelaku kekerasan seksual kebanyakan pacarnya sendiri," beber Dewi dengan mimik muka sedih. "Saya sering nangis sendiri, dada sesak, bahkan mual dan muntah tiap menerima curhatan korban."

Ruang Aman yang Lain

Momen Muda Bersuara sedang melakukan koordinasi untuk persiapan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Instagram @_mudabersuara).

Awal berdiri, Dewi menjelaskan, Muda Bersuara fokus melakukan pendampingan korban kekerasan seksual di perguruan tinggi, khususnya di bekas kampusnya, yakni UIN Walisongo. Namun, saat ini gerakan tersebut telah mulai melebarkan sayap ke seluruh kampus di Semarang.

"Kami sadar, kota ini butuh wadah untuk pendampingan korban kekerasan seksual. Semoga kami bisa menjadi pionir ruang aman untuk para mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Semarang," harapnya.

Selain Muda Bersuara, perempuan 22 tahun itu menambahkan, dia juga punya beberapa rekomendasi ruang aman yang bisa dituju oleh para korban kekerasan seksual di Semarang, antara lain LRC-KJHAM, PKBI Jawa Tengah, PKBI Semarang, dan LBH Apik Semarang.

"Untuk layanan psikologis korban bisa datang ke LRC-KJHAM atau PKBI. Kalau bantuan hukum, silakan datang ke LBH Apik," jelasnya.

Dewi tahu betul, nggak mudah bagi korban untuk membuka suara karena mereka punya tingkat keberanian yang berbeda-beda. Namun, dia menyarankan agar korban nggak diam saja. Menurutnya, mereka bisa datang ke orang terpercaya atau lembaga yang menyatakan diri siap melindungi korban.

Nggak ada yang berharap menjadi korban kekerasan seksual. Namun, kalau kamu mengalaminya, cobalah beranikan diri untuk mengadukannya ke tempat-tempat itu ya, Millens! (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024