Inibaru.id – Pada April 2020, kolektif studi seni performans 69 Performance Club mengadakan pameran seni performans bertajuk “Domestic Formation”. Pameran ini menghadirkan 9 seniman yang bekarya dalam medium fotografi performans dengan mengangkat isu tubuh dan ruang domestik. Para seniman menangkap gerak performans tubuh mereka dalm fotografi.
Hal ini cukup menarik, Millens, karena biasanya seni performans itu bekerja dalam medium gerak tubuh secara langsung. Para penonton seni performans melihat bagaimana seniman menggerakkan tubuhnya dalam skala waktu tertentu di sebuah ruang. Sementara dalam pameran ini, yang dimunculkan adalah tangkapan fotografis dari gerak tubuh tersebut.
Taufiqqurahman, partisipan pameran asal Palu, menyatakan persiapan paling penting yang dia lakukan dalam kegiatan ini adalah seleksi. Seleksi yang dimaksud Kifu, nama panggilan Taufiqqurahman, bukanlah sebatas memilih karya yang akan ditampilkan.
Menyeleksi karya, bagi Kifu, adalah melihat seberapa dekat dan akrab dia dengan benda yang dihadirkan dalam karyanya. Hal ini yang akan muncul dalam karya fotografi performans tersebut dan dihadirkan ke publik.
“Bagaimana tubuh mampu merespon itu dengan kesesuaian dan kepantasan, dan bagaimana konteks yang muncul dari aktivitas itu,” tulis Kifu dalam surat elektronik, Jumat (24/4).
Selain itu, hal-hal teknis berupa kecepatan tangkap kamera, ukuran cahaya masuk, komposisi, sudut pengambilan gambar, dan jarak fokus lensa juga diperhitungkan oleh Kifu. Menurutnya, hal-hal teknis tersebut ikut mengonstruksi karya dan ide karya yang akan ditampilkan ke publik. Hal-hal teknis fotografi ini menjadi penting karena setiap medium memiliki batasan-batasan tertentu dan berbeda dari medium lainnya, kan, Millens?
Untuk urusan kurasi karya, Hafiz Rancajale, kurator “Domestic Formation”, mengatakan bahwa proses kurasi nggak terlalu sulit meskipun dilakukan dalam jarak yang jauh. Para partisipan adalah anggota 69 Performance Club yang sebelumnya sudah belajar dan berproses di Milisi Filem, kegiatan eksperimentasi visual.
Mereka telah berproses bersama sejak 2016 dan terlibat dalam beberapa projek bersama. Proses selama empat tahun tersebut telah memunculkan karakteristik dan metode kerjanya masing-masing. Semua hal itu memudahkan proses kurasi dan komunikasi pameran ini.
Baca Juga:
Mengintip Sejarah Mixtape di Indonesia“Persoalannya tinggal bagaimana para partisipan mengeksplor ruang domestik/privat itu menjadi hal-hal yang performative,” tulis Hafiz dalam surat elektronik, Jumat (24/4).
Kalau kamu ikut pameran ini, apa yang akan kamu persiapkan, Millens? (Gregorius Manurung/E05)