BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 11 Apr 2018 13:21

Hario, Sosok Penting di Balik Platform "Lindungi Hutan"

Hario Laksito Ardi. (Hario Laksito Ardi)

Pemuda asal Kediri ini coba selamatkan hutan Indonesia dari kondisi miris akibat penebangan. Langkahnya kini membuahkan hasil. Sebanyak 12.863 pohon telah berhasil ditanam untuk mengembalikan kondisi hutan.

Inibaru.id – Hutan di Indonesia terus berkurang dari tahun ke tahun. Pada 2012, nggak kurang dari 928 ribu hektare hutan di negeri ini raib. Bukannya berkurang, keadaan ini justru terus bertambah pada tahun-tahun setelahnya. Inilah yang memantik keinginan Hario Laskito Ardi untuk menciptakan satu sistem yang mampu menggerakkan orang untuk bersama-sama "mengembalikan" hutan.

Bersama dua temannya, Chasif dan Miftachur Robbani, lelaki asli Kediri, Jawa Timur tersebut membuat sebuah perusahaan startup (rintisan) berbasis fintech yang memanfaatkan teknologi dan pemberdayaan anak muda untuk mengembalikan kelestarian hutan melalui penanaman pohon.

Usaha tersebut mereka rintis pada 18 Desember 2016 dengan nama "Lindungi Hutan". Hario mengaku, ide itu muncul kala dirinya melihat kondisi lingkungan yang buruk akibat kelestarian alam yang kurang terjaga. Dia kemudian mencontohkan Kota Semarang yang sejumlah daerahnya terendam air laut (rob) karena abrasi berkepanjangan.

“Ada usaha masyarakat untuk menanam mangrove, tapi terkendala dana. Lalu, lantaran nggak terpublikasi, masyarakat lain juga nggak banyak yang tahu. Jadi kurang dukungan,” jelas alumni S2 Sistem Informasi Undip tersebut kepada Inibaru.id belum lama ini.

Kendala itulah yang menjadi pijakan Hario untuk membuat satu platform yang bisa memfasilitasi segala kebutuhan aksi dibuat pemeliharaan dan penjagaan hutan, yaitu Lindungihutan.com. Platform nirlaba tersebut sengaja dibuat untuk memfasilitasi masyarakat mengampanyekan penghijauan hutan sekaligus mengajak mereka berpartisipasi (crowdsourching). 

Nggak berhenti di situ, platform tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan upaya penggalangan dana (crowdfunding) untuk usaha-usaha penanaman pohon atau pelestarian hutan.

“Ya, pada intinya memberikan menyediakan wadah untuk penggalangan dana dan publikasi aksi penghijauan hutan,” akunya.

Saat ini, Lindungi Hutan telah mengumpulkan Rp 54 juta donasi dan berhasil menanam 12.863 pohon di 28 hutan lindung dan konservasi. Pohon-pohon yang sudah tertanam itu telah terdata dan terus dipantau pertumbuhannya.

Lebih lanjut, Hario juga menjelaskan, kalau pohon-pohon yang sudah ditanam akan terus diinformasikan perkembangannya dan bisa dipantau langsung oleh masyarakat melalui Lindungihutan.com. Ada relawan atau partner kerja sama Lindungi Hutan yang melakukan pelaporan pertumbuhan pohon yang ditanam.

Relawan-relawan tersebut sebagian besar adalah anak muda. Hario berpendapat bahwa anak muda harus bisa jadi motor penggerak perubahan kondisi hutan agar lestari. Dukungan dari masyarakat juga amat penting dalam aksi ini. Menurutnya, hanya dengan berkolaborasilah tujuan Lindungi Hutan bisa tercapai.

“Konsep kami kontribusi kolektif untuk kelestarian hutan, orangnya bisa siapa saja,” kata dia.

Usaha Hario mendapat respons baik dari banyak kalangan. Lindungi Hutan terpilih sebagai startup pilihan Tempo tahun 2017 lalu. Bahkan, startup tersebut juga meraih juara pertama loma 1000 startup yang diadakan di Semarang.

Kendati demikian, mendirikan startup untuk tujuan sosial juga tidaklah mudah. Beberapa kendala sempat dialami oleh Lindungi Hutan. Menurut CEO sekaligus pendiri startup tersebut, pendanaan menjadi salah satu tantangan besar karena masyarakat banyak yang kurang peduli dengan keberadaan hutan. (Verawati Meidiana/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024