BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 30 Des 2019 09:00

Andy Sueb Imbau Seniman Berani Berkesenian di Semarang

Andy sueb berhasil menjejakkan kaki di Semarang yang terkenal sebagai "kuburan seni". (Inibaru.id/ Audrian F)

Andy Sueb adalah seorang desainer visual yang namanya cukup beken di Kota Semarang. Kamu mungkin nggak menyadari karya-karyanya sudah tersebar di tempat-tempat kamu nongkrong lo.<br>

Inibaru.id - Awalnya saya tahu Andy Sueb adalah personel dari grup musik eksperimental “Tridhatu”. Saya iseng membuka akun Instagramnya, ternyata dia bukan musikus seperti yang saya kira. Dia lebih seperti pelukis dan desainer visual. Beberapa produk besar bahkan terlihat menggunakan jasanya. Kemudian saya mengunjungi kediamannya pada Kamis (19/12).

Hidup di Semarang dan menjadi seniman menurut saya jauh dari berkecukupan. Tapi hal ini dibantah oleh Andy.

“Bisa saja. Nyatanya hidup saya baik-baik saja. Masih bisa ngopi duduk-duduk tenang dan mencukupi kehidupan keluarga,” kata Andy Sueb. Jujur, saya nggak langsung percaya dengan omongan pria ini. Sesusah apa pun, kalau untuk orang yang bersyukur tentu saja akan bilang hidupnya baik-baik saja.

Andy Sueb bersama alat musik bikinananya yang dinamai dengan "Layur". (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Namun setelah obrolan panjang, dia menyebutkan produk dan tempat mana saja yang pernah menggunakan jasanya. Merk kaus PRGL, desain album musik dari Figura Renata, The Last Theree dan Dendy Nata merupakan hasil tangan dinginnya. Nggak cuma itu. Kafe Atlas & Co., Bawa Daku Pergi, Kafe Manakala dan beberapa kafe lain juga memakai jasanya.

Andy Sueb nggak menyebutkan harga secara konkrit. Dia hanya bilang berbeda-beda. Tergantung bagaimana negoisasinya. Lalu untuk memuaskan rasa penasaran yang masih gatal, saya nanya saja berapa harga lukisannya.

“Paling murah Rp 8 sampai 10 juta,” ujar Andy Sueb sambil menunjuk lukisan yang ada di studionya. Mulai dari sini saya jadi sepenuhnya percaya terhadap perkataannya “hidupnya baik-baik saja” tadi. He

Andy Sueb dalam penampilannya bersama Tridhatu. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Menurut Andy Sueb, genre lukisannya bernama “Art Brut”. Yang saya tangkap, teknik menggambarnya nggak kaku.

“Menurut saya idealis dan realistis itu nggak ada bedanya. Tinggal bagaimana kita menempatkannya. Misal klien saya meminta gambar yang seperti ini, ya saya akan memberikan gambar dengan ciri khas saya. Dari semua hasil desain saya untuk klien, pasti ada yang menunjukan ciri khas saya,” jelasnya.

Dalam menapaki kehidupan sebagai seniman di Semarang, dia mengaku nggak mudah. Namun, kesulitan itu pun patut disyukuri, karena secara nggak langsung akan memberi tempaan tersendiri.

“Ingat saja kata Tan Malaka, ‘Terbentur, terbentur, terbentuk’. Itulah yang selama ini saya lakoni. Dengan segala keterbatasan Semarang, malah akan menempa. Sehingga kalau di luar sana kita bisa jadi lebih hebat. Orang biasa hidup terbatas kok. Beda kalau di Jogja yang serba ada. Terlalu nyaman,” ujarnya.

Salah satu karya Andy Sueb. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Satu hal yang bikin saya tercengang, selepas SMA Andy Sueb sebetulnya sudah bekerja di sebuah perusahan Real Estate. Di sana dia sebagai desainer bangunan. Namun dia memutuskan untuk resign dan kuliah di jurusan Seni Rupa Unnes pada 2010.

“Sebetulnya waktu itu gajinya lumayan besar. Tapi hidup saya jadi terlalu nyaman. Akhirnya saya milih kuliah saja,” ungkapnya.

Menjadi seniman di Semarang yang konon katanya “kuburan seni” ini mungkin cukup berat. Namun Andy Sueb berpesan kepada para seniman muda agar jangan takut berkesenian di Semarang.

“Jangan pernah khawatir berkesenian di Semarang. Kamu akan tertempa. Dan bagi orang yang sudah memiliki bakat, jangan bangga. Karena bakat akan kalah dengan seseorang yang punya tekad,” tandasnya.

Dengerin tuh, Millens, apa kata Andy Sueb. Jadi, jangan takut berkesenian di Semarang ya. (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: