Inibaru.id – Satu atau dua dekade silam kita mengenal anoa sebagai satwa endemik Tanah Air. Mereka bisa dengan mudah dijumpai di Pulau Sulawesi. Namun, nggak untuk sekarang. Binatang sejenis kerbau bernama latin Bubalus sp itu berada di ambang kepunahan.
Ini kabar yang sungguh memilukan, Millens. Sebagaimana ditulis Tempo.co (8/2/2017), Tim Anoa Breeding Centre menyebutkan, jumlah populasi Anoa di Sulawesi saat ini cuma tersisa sekitar 2.469 ekor individu dewasa.
Advisor Program Satwa PPS Tasikoki, Simon Purser bahkan mengatakan populasi Anoa di tanah Minahasa hampir dipastikan sudah punah. Kepunahan itu merupakan dampak perilaku masyarakat yang melakukan perburuan secara masif. Duh, syedih!
Kerusakan lingkungan oleh ulah manusia juga membuat hewan bertanduk ini berada di ambang kepunahan. Habitat anoa telah bergeser ke kawasan Gunung Ambang di daerah Bolaang Mongondouw yang masih memiliki hutan perawan.
Irma, salah seorang dari tim Anoa Breeding Centre mengatakan, tipikal anoa memang sangat bergantung pada hutan. “Habitat yang terganggu bakal berakibat langsung pada populasi mereka,” ungkapnya.
Baca juga:
Yuk, Lihat Panda di Taman Safari Indonesia!
Jangan Cari Menteng di Kawasan Elite Menteng Jakarta
Anoa tergolong satwa liar yang langka. Keberadaannya dilindungi undang-undang sejak 1931 dan dipertegas dengan UU No 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Sejak 1986 hingga 2007, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan anoa sebagai satwa terancam punah.
Fauna Peralihan
Satwa yang tergolong dalam family bovidae ini sejatinya tersebar hampir ke seluruh Sulawesi. Anoa adalah salah satu fauna peralihan yang mendiami kawasan Wallacea seperti Sulawesi, Maluku, Halmahera, Kepulauan Flores, dan pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara.
Secara garis besar, ada dua spesies anoa, yakni Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya dibedakan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuhnya.
Anoa dataran rendah relatif lebih kecil dengan ekor yang lebih pendek serta lembut. Mereka memiliki tanduk melingkar. Sementara, anoa pegunungan berperawakan lebih besar, berekor panjang, berkaki putih, dan memiliki tanduk kasar dengan penampang segitiga.
Secara fisik, anoa mirip dengan kerbau dengan berat mencapai 150-300 kilogram dan tinggi 75 sentimeter. Anoa hanya bisa mendiami kawasan hutan yang nggak terjamah manusia. Mereka cukup agresif dan sulit dijinakkan. Inilah yang menjadikan satwa tersebut sulit untuk diternakkan.
Baca juga:
Macan Akar a.k.a Kucing Hutan kok Dipiara
Takokak: Kecil dan Pahit, Tapi…
Untuk menghindari kepunahan, konservasi anoa saat ini lebih difokuskan pada perlindungan kawasan hutan yang menjadi habitat alami anoa. Kendati agak sulit, penangkaran terhadap “kerbau kerdil” ini juga mulai dilakukan.
Duh, Millens, sayang ya kalau anoa sampai punah. Yuk, kita sama-sama jaga kelangsungan hidup mereka! (OS/SA)