BerandaIndie Mania
Kamis, 20 Des 2017 01:58

Akankah Is dan Payung Teduh "Akad" Lagi?

Payung Teduh semasa Istiqamah belum keluar (linikini.id)

Lagu "Akad" miliki Payung Teduh tercatat banyak dicari dalam Google Indonesia selama 2017. Bagaimana nasib band itu setelah vokalisnya, Istiqamah atau Is, keluar?

Inibaru.id - Menyusul lagu "Despacito, lagu milik Payung Teduh yang berjudul "Akad" menjadi lagu yang paling populer di Google Indonesia sepanjang 2017. Demam “Akad” di Indonesia menghipnosis para pencinta musik dari berbagai kalangan. Bahkan setelah dirilis pada Juni 2017, lagu itu banyak dibawakan dalam versi cover di Youtube.

Video musik lagu tersebut yang diunggah di Youtube oleh band yang besar dari Universitas Indonesia (UI) itu kini telah ditonton lebih dari 56 juta kali. Wow, untuk ukuran band yang lahir dari kancah independen tentu itu jumlah yang fantastis.

Namun ironisnya, di tengah puncak kesuksesannya, sang vokalis Mohammad Istiqamah Djamad memilih hengkang dari band yang telah membesarkannya tersebut. Publik tentu saja dibuat terkejut, terlebih selama ini band yang lahir pada 2007 itu tak pernah tertimpa kabar miring.

Alasannya? Is sapaan akrab Istiqamah berpendapat, dia dan personel lainnya sudah nggak lagi memiliki visi yang sama.

Mengutip Kompas.com (15/11/2017), ayah empat anak itu mengaku sudah nggak lagi menemukan jiwa berkarya sebagai seniman di dalam tubuh Payung Teduh.

"Saya merasa Payung Teduh seperti kehilangan spirit untuk tetap berkarya, lebih ke, sekarang sibuk di off-air gitu," ungkapnya kala itu.

Is menginginkan Payung Teduh lebih banyak berkarya daripada manggung.

Baca juga:
Kisah Minang dalam Koreografi Nan Jombang
OM Monata, Nggak Ada Hari Tanpa Manggung

Ya, selama beberapa tahun terakhir, Payung Teduh menjadi salah satu band dengan jadwal paling intens. Mereka bisa bermain di lebih dari 15 panggung dalam sebulan. Permintaan pun semakin meningkat setelah lagu "Akad" dirilis. Namun sepertinya hal tersebut malah menjadi bumerang bagi band beranggotakan empat personel itu.

Diinisiasi oleh Is dan Comi, dua orang sahabat masa kuliah di Fakultas Ilmu Budaya UI, mereka melahirkan band beraliran fusi antara folk, keroncong dan jazz itu. Berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon sampai ke kantin, akhirnya keduanya memiliki karakter dalam memainkan musik.

Is dan Comi lalu mengajak Cito, si penabuh drum untuk melengkapi permainan musik mereka pada 2008. Sedangkan Ivan pemain gitar lele bergabung pada 2010.

Adapun, nama Payung Teduh yang dipakai hingga sekarang diberikan oleh orang lain. Sebelumnya saat manggung, mereka lebih sering dikenal dengan sebutan Is Comi hingga salah seorang teman ada yang mengusulkan memakai nama Payung Teduh.

Lagu "Angin pujaan Hujan" menjadi lagu pertama dengan warna musk mereka sendiri. Disusul dengan sejumlah lagu yang nggak kalah asyik untuk didengar seperti “Kucari Kamu”, “Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan”, “Amy”, dan juga termasuk karya-karyanya yang dimainkan dalam pementasan teater di antaranya “Resah”, “Cerita Tentang Gunung dan Laut.” Sampai akhirnya Payung Teduh memutuskan membuat album indie pertamanya pada 2010 berjudul Self-Titled.

Dilanjutkan pada 2012, mereka merilis album kedua berjudul Dunia Batas. Melalui album ini, nama Payung Teduh pun kian diperhitungkan di blantika musik Indonesia. Bahkan mereka pun sempat mengadakan tur ke Jepang untuk kali pertama pada 2013.

Lalu akan seperti apakah Payung Teduh selanjutnya?

Baca juga:
The Overtunes Janji Lunaskan Kerinduan The Tunist
ADA Band yang Selalu Mampu Bertahan

Is memastikan band akan tetap berjalan karena hanya dia yang meninggalkan band. Is juga menekankan bahwa hubungannya dengan personel lain masih sangat baik. Dia juga tetap berkomitmen menyelesaikan album ketiga karena masih memiliki kontrak hingga 31 Desember 2017.

Berencana untuk kembali ke alam, menulis lagi dan membuat banyak CSR setelah mundur dari band, Is menuturkan bahwa dia sangat bersyukur dengan segala kesuksesan Payung Teduh. Lantas, apakah Payung Teduh tanpa Istiqamah akan tetap memiliki magis? (ALE/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: