Inibaru.id - Menyusul lagu "Despacito, lagu milik Payung Teduh yang berjudul "Akad" menjadi lagu yang paling populer di Google Indonesia sepanjang 2017. Demam “Akad” di Indonesia menghipnosis para pencinta musik dari berbagai kalangan. Bahkan setelah dirilis pada Juni 2017, lagu itu banyak dibawakan dalam versi cover di Youtube.
Video musik lagu tersebut yang diunggah di Youtube oleh band yang besar dari Universitas Indonesia (UI) itu kini telah ditonton lebih dari 56 juta kali. Wow, untuk ukuran band yang lahir dari kancah independen tentu itu jumlah yang fantastis.
Namun ironisnya, di tengah puncak kesuksesannya, sang vokalis Mohammad Istiqamah Djamad memilih hengkang dari band yang telah membesarkannya tersebut. Publik tentu saja dibuat terkejut, terlebih selama ini band yang lahir pada 2007 itu tak pernah tertimpa kabar miring.
Alasannya? Is sapaan akrab Istiqamah berpendapat, dia dan personel lainnya sudah nggak lagi memiliki visi yang sama.
Mengutip Kompas.com (15/11/2017), ayah empat anak itu mengaku sudah nggak lagi menemukan jiwa berkarya sebagai seniman di dalam tubuh Payung Teduh.
"Saya merasa Payung Teduh seperti kehilangan spirit untuk tetap berkarya, lebih ke, sekarang sibuk di off-air gitu," ungkapnya kala itu.
Is menginginkan Payung Teduh lebih banyak berkarya daripada manggung.
Baca juga:
Kisah Minang dalam Koreografi Nan Jombang
OM Monata, Nggak Ada Hari Tanpa Manggung
Ya, selama beberapa tahun terakhir, Payung Teduh menjadi salah satu band dengan jadwal paling intens. Mereka bisa bermain di lebih dari 15 panggung dalam sebulan. Permintaan pun semakin meningkat setelah lagu "Akad" dirilis. Namun sepertinya hal tersebut malah menjadi bumerang bagi band beranggotakan empat personel itu.
Diinisiasi oleh Is dan Comi, dua orang sahabat masa kuliah di Fakultas Ilmu Budaya UI, mereka melahirkan band beraliran fusi antara folk, keroncong dan jazz itu. Berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon sampai ke kantin, akhirnya keduanya memiliki karakter dalam memainkan musik.
Is dan Comi lalu mengajak Cito, si penabuh drum untuk melengkapi permainan musik mereka pada 2008. Sedangkan Ivan pemain gitar lele bergabung pada 2010.
Adapun, nama Payung Teduh yang dipakai hingga sekarang diberikan oleh orang lain. Sebelumnya saat manggung, mereka lebih sering dikenal dengan sebutan Is Comi hingga salah seorang teman ada yang mengusulkan memakai nama Payung Teduh.
Lagu "Angin pujaan Hujan" menjadi lagu pertama dengan warna musk mereka sendiri. Disusul dengan sejumlah lagu yang nggak kalah asyik untuk didengar seperti “Kucari Kamu”, “Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan”, “Amy”, dan juga termasuk karya-karyanya yang dimainkan dalam pementasan teater di antaranya “Resah”, “Cerita Tentang Gunung dan Laut.” Sampai akhirnya Payung Teduh memutuskan membuat album indie pertamanya pada 2010 berjudul Self-Titled.
Dilanjutkan pada 2012, mereka merilis album kedua berjudul Dunia Batas. Melalui album ini, nama Payung Teduh pun kian diperhitungkan di blantika musik Indonesia. Bahkan mereka pun sempat mengadakan tur ke Jepang untuk kali pertama pada 2013.
Lalu akan seperti apakah Payung Teduh selanjutnya?
Baca juga:
The Overtunes Janji Lunaskan Kerinduan The Tunist
ADA Band yang Selalu Mampu Bertahan
Is memastikan band akan tetap berjalan karena hanya dia yang meninggalkan band. Is juga menekankan bahwa hubungannya dengan personel lain masih sangat baik. Dia juga tetap berkomitmen menyelesaikan album ketiga karena masih memiliki kontrak hingga 31 Desember 2017.
Berencana untuk kembali ke alam, menulis lagi dan membuat banyak CSR setelah mundur dari band, Is menuturkan bahwa dia sangat bersyukur dengan segala kesuksesan Payung Teduh. Lantas, apakah Payung Teduh tanpa Istiqamah akan tetap memiliki magis? (ALE/SA)