Inibaru.id - Pernah mendengar nama Nasida Ria? Itu lo grup kasidah modern yang salah satu klip videonya memperlihatkan saat mereka nyanyi dengan latar cuplikan manuver pesawat tempur dan letusan bom. Ya, dengarkan dendangan mereka: "Bila bom nuklir diledakkan, akan musnah kehidupan di dunia….”
Sobat Millens pasti tahu dong, karena videonya sering muncul di media sosial. Video-video lagu Nasida Ria biasanya disebar sebagai meme.
Penampilan dan lirik-lirik lagunya yang tak biasa bahkan terkadang futuristik, rupanya memberi kesan berbeda pada grup kasidah asal Kota Semarang itu. Lirik-liriknya kadang terlalu cult disebut lagu islami, tapi terlalu islami pula untuk dijuluki cult. Menyanyikan lirik tentang otomatisasi mesin yang menggeregoti buruh kerah biru, pentingnya jurnalisme yang akuntabel dan independen, hingga anjuran agar tidak terisap ke dalam dunia siber, hampir bisa dipastikan akan membuat pendengarnya tertarik. Seenggak-enggaknya jika kamu mendengarkannya akan mengernyitkan dahi. Nggak mengherankan banyak yang akhirnya kepincut saat mendengar lagu-lagu mereka.
Jika dulu lagu-lagu Nasida Ria hanya akrab di telinga ibu-ibu pengajian, kini lagu-lagu mereka juga nggak asing bagi kawula muda. Berawal dari bahan lelucon di media sosial, mereka bahkan diundang ke berbagai acara musik indie populer.
Selalu beranggotakan 9 orang perempuan, Nasida Ria sekarang sudah sampai pada generasi ketiga sejak dibentuk pada 1975. Wow, ternyata sudah sangat lama sekali yah!
Baca juga:
The Overtunes Janji Lunaskan Kerinduan The Tunist
ADA Band yang Selalu Mampu Bertahan
Terkait nama, Nasida Ria artinya lagu-lagu dakwah gembira yang berasal dari kata "nasyid" dan "ria". Adapun untuk anggotanya saat ini terdiri atas Hj Rien Jamain, Hj Muthoharoh, Hj Afuwah, Hj Nur Janah, Hj Hamidah, Hj Nadhiroh, Hj Nur Hayati, Sofiatun, dan Tantowitah. Di antara 9 personel itu, hanya ada dua orang yang berasal dari generasi pertama yang masih aktif manggung hingga sekarang.
Mengutip dari Vice.com, pada mulanya mereka sebenarnya adalah kelompok belajar mengaji yang dikumpulkan oleh H M Zain dan selanjutnya menjadi kelompok kasidah rebana. Sampai akhirnya setelah semakin populer, Walikota Semarang pada waktu itu memberi organ sebagai alat musik pertama mereka.
Tampil dengan alat musik modern lengkap itu akhirnya jadi ciri khas menonjol dari Nasida Ria. Maklum saja, saat itu di Indonesia belum ada krup qasidah dengan dominasi perempuan yang memainkan alat musik modern lengkap. Berkat alat musik modern pula mereka nggak perlu terpatok pakem irama gambus padang pasir.
Album pertama mereka Alabaladil Makabul dirilis pada 1978. Setelah itu mereka pun makin terkenal. Popularitas mereka pun bertahan sepanjang dekade 1980-1990-an berkat lagu “Kota Santri”, “Bom Nuklir”, “Nabi Muhammad Mataharinya Dunia”, dan “Perdamaian”. Dan kini Nasida Ria sedang proses akhir menyelesaikan album ke-35 mereka.
Lalu bagaimana dengan jam terbang manggung Nasida Ria? Untuk soal itu, nggak perlu dipertanyakan lagi. Asal kamu tahu saja nih, mereka nggak hanya menyanyi di pengajian, hajatan pernikahan atau khitanan saja. Mereka juga mendapatkan orderan menyanyi di festival Jazz, acara musik indie, sampai festival musik Islam internasional seperti Die Garten des Islam di Berlin, Jerman pada 1994 dan Festival Heimatklange pada 1996.
Menghadapi audiens yang berbeda-beda di panggung, bukanlah hal yang perlu dirisaukan oleh Nasida Ria. Tentunya nggak berlebihan jika Nasida Ria dianggap sebagai petualang panggung sejati.
Eh, tapi kamu penasaran nggak sih, apa rahasia Nasida Ria bisa tetap eksis hingga sekarang? Ternyata kuncinya satu yaitu regenerasi personel Nasida Ria yang terus berjalan dan sudah disiapkan dengan saksama dalam jangka panjang. Oya, selain Nasida Ria, di dalam manajemen mereka terdapat grup kasidah perempuan lainnya yaitu Ezzura dan Qasidah Tanpa Nama.
Baca juga:
Endank Soekamti Tetap di Jalurnya
Ninin Si Perempuan Terkaya di Indonesia
Grup qasidah Ezzura memiliki personel dengan umur berkisar 20-an tahun. Biasanya empat personel Ezzura menjadi additional player saat Nasida Ria manggung. Lalu di bawahnya, ada Qasidah Tanpa Nama yang anggotanya anak-anak SD dan SMP. Seperti sistem naik kelas, merekalah yang nantinya akan menjadi personel Nasida Ria ketika waktunya telah tiba. Dengan adanya sistem naik kelas inilah, para calon personel Nasida Ria bisa mengasah pengalaman dan penampilan mereka.
Hmm…kalau sudah begitu ceritanya, wajar saja jika Nasida Ria bisa tetap bertahan hingga sekarang. Jika nggak dipersiapkan sedari dini, tentu hasilnya akan lain. Sama halnya seperti apakah nantinya generasi mendatang, semuanya berawal dari bagaimana mereka dididik dari sekarang. Setuju nggak? (ALE/SA)