Inibaru.id – Saya beberapa kali menonton pagelaran musik eksperimental. Selama itu, saya melihat ada satu hal yang menarik: selalu ada musikus dari luar negeri yang ikut tampil atau orang luar negeri yang menonton pagelaran eksperimental di Indonesia. Hal ini membuat saya bertanya-tanya: kok bisa?
Johanes Handjono, musikus dan penggiat Majelis, pagelaran eksperimental di Semarang, menyatakan bahwa memang terdapat jejaring yang kuat antarkelompok musik eksperimental. Dalam pagelaran Majelis, beberapa kali datang musikus eksperimental dari luar Semarang dan Indonesia. Hal itu dikarenakan jejaring kuat yang dia dan teman-temannya miliki.
“Majelis ketiga itu ada dari Filipina. Yang keempat itu banyak dari luar negeri karena ada Jogja Noise Bombing terus lewat Semarang dulu,” ucap Johan, Sabtu (14/03). Jogja Noise Bombing adalah pagelaran tahunan musik noise/eksperimental di Yogyakarta. Jejaring lokal antarpenggiat musik eksperimental di Indonesia ini yang memperkuat satu sama lain dalam membawa banyak musikus eksperimental dunia ke Indonesia.
Hal senada diucapkan oleh Indra Menus, salah satu pengorganisasi (organizer) Jogja Noise Bombing. Banyak penampil luar negeri yang hadir di acaranya karena mengertahui skena di Indonesia dari orang asing lain yang pernah tampil di Indonesia. Dari sana mereka dihubungkan dengan pengorganisasi di Indonesia. Dari sanalah para musikus dihubungkan dengan jaringan skena lokal.
Skena eksperimental/noise di Indonesia sudah cukup dikenal di lingkup global, Millens. Beberapa media global seperti Noisey, Vice, dan majalah khusus musik avant-garde The Wire asal Inggris pernah mengulas musikus dan skena eksperimental di Indonesia. Begitu juga dengan banyaknya musikus yang tur ke luar Indonesia, seperti Senyawa (Yogyakarta), Gabber Modus Operandi (Bali), Sarana (Samarinda), hingga Indra Menus sendiri yang sudah dua kali tur Eropa.
Salah satu yang menarik dari skena musik eksperimental Indonesia dibanding luar negeri adalah kolektivitas dan jejaring yang kuat. Sepengalaman Menus, skena musik eksperimental di luar negeri itu individualis. Hal itu berbeda dengan di Indonesia yang para pelakunya sangat mendukung satu sama lain. Terkadang hal tersebut cukup menyulitkan untuk musikus Indonesia mengadakan tur ke luar negeri.
Segala pengetahuan tersebut didapatkan ketika tur dan itulah mengapa tur menjadi penting.
“Biar tahu keadaan di lapangan gitu. Berjejaring secara langsung itu lebih dalem daripada cuma via internet,” ucap Indra Menus melalui pesan singkat, Kamis (19/3).
Bagaimana, hebat bukan, Millens? (Gregorius Manurung/E05)