Inibaru.id - Hutomo Yoga, salah seorang pegawai Festival Patjar Merah, dalam beberapa waktu terakhir tampak sibuk mempromsikan buku dalam bentuk video yang dia unggah di Instagram. Ini dipilihnya untuk menyentuh pembaca, karena selama pandemi, Patjar Merah menjual bukunya secara daring.
Patjar Merah merupakan sebuah nama festival literasi di Tanah Air. Jika sebelumnya festival dilakukan secara offline dari satu kota ke kota lain, konsep tersebut diubah selama pandemi corona Saat ini mereka mencoba berdamai dengan pandemi dengan membuat festival secara virtual.
Direktur Operasional Patjar Merah Irwan Bajang mengatakan, industri perbukuan kian lesu selama pandemi. Bisnis tersebut, lanjutnya, kemungkinan menjadi sepi karena pembatasan orang untuk keluar rumah.
Via pesan singkat, lelaki yang biasa disapa Bajang kemudian bercerita, beberapa hari sebelum virus corona resmi menjadi ancaman serius di Indonesia, Patjar Merah sejatinya sudah berencana menggelar acara di Solo. Bahkan, pihaknya telah mem-booking tempat yang akan digunakan.
“Beberapa hari kemudian ada yang positif di Solo. Langsung kami batalkan dan putar otak untuk menyiasatinya,” ungkapnya, Sabtu (2/5/2020).
Perubahan yang Sungguh Tak Terduga
Dampak pandemi juga dirasakan festival sastra milik penerbit Mizan, Out Of Thee Boox. Meski tetap beroperasi via virtual laiknya Patjar Merah, Project Manager Out Of The Boox harus mengakui, perubahan yang terjadi sungguh nggak terduga.
Kendati saat ini pihaknya telah mencoba menyiasatinya dengan festival virtual, hal tersebut tetap nggak bisa dibandingkan dengan pergelaran festival pada hari-hari biasa.
“Kalau virtual, orang nggak bisa menyentuh buku secara langsung atau jalan-jalan di antara buku-buku. Serba terbatas!" terangnya.
Persoalan lain dihadapi festival literasi “Ketemu Buku”. Berbeda dengan Patjar Merah yang berkonsep festival, Ketemu Buku murni pameran buku, nggak dimiliki seseorang atau sekelompok pemilik buku online.
Hinu Os, Penanggung Jawab Ketemu Buku, mengatakan, karena nggak boleh ada pemusatan massa selama pandemi, Ketemu Buku pun terpaksa berhenti sepenuhnya.
“Ini serba susah semua, terutama event organizer,” terangnya. “Semua rencana buyar seketika.”
Dia menambahkan, hingga saat ini Ketemu Buku memang nggak pengin ikut membuka lapak buku daring seperti kebanyakan usaha perbukuan. Hinu mengaku nggak pengin merebut lahan para penjual buku online.
Untuk mempertahankan eksistensi Ketemu Buku, dia dan rekan-rekannya memilih membuat siniar Ngosix: Ngobrol Asix, semacam talk show bersama para narasumber.
Ditanya rencana ke depan, Hinu memilih wait and see. Dia menilai, besar kemungkinan bakal ada pergeseran cara pandang masyarakat terhadap sebuah pergelaran yang mengumpulkan banyak orang.
"Lihat keadaan, seraya mematangkan konsep," tandasnya.
Yap, kecuali kamu "sultan", memang nggak ada yang bakal benar-benar terhindar dari dampak pandemi corona. Pertanyaannya sekarang, siapa yang bisa bertahan? Nah, jika sudah bertahan, pertanyaan selanjutnya: apa yang bakal kamu lakukan ke depan? (Audrian F/E03)