BerandaIndie Mania
Minggu, 9 Mei 2020 07:25

Dampak Pandemi untuk Festival Literasi; Jadwal Kacau hingga Ubah Semua Konsep Jadi Daring

Festival Literasi Patjar Merah; terdampak pandemi, tapi masih bisa bertahan dengan terus bergerak secara virtual. (Patjar Merah)

Dampak pandemi dirasakan hampir di seluruh lini, termasuk di dunia literasi. Beberapa dari mereka banting setir beralih ke daring. Masalahnya, jadwal offline yang telah disusun gimana?<br>

Inibaru.id - Hutomo Yoga, salah seorang pegawai Festival Patjar Merah, dalam beberapa waktu terakhir tampak sibuk mempromsikan buku dalam bentuk video yang dia unggah di Instagram. Ini dipilihnya untuk menyentuh pembaca, karena selama pandemi, Patjar Merah menjual bukunya secara daring.

Patjar Merah merupakan sebuah nama festival literasi di Tanah Air. Jika sebelumnya festival dilakukan secara offline dari satu kota ke kota lain, konsep tersebut diubah selama pandemi corona Saat ini mereka mencoba berdamai dengan pandemi dengan membuat festival secara virtual.

<i>Talk show</i> yang biasanya menjadi sesi khusus dalam festival literasi juga dialihkan secara virtual. (Patjar Merah)<br>

Direktur Operasional Patjar Merah Irwan Bajang mengatakan, industri perbukuan kian lesu selama pandemi. Bisnis tersebut, lanjutnya, kemungkinan menjadi sepi karena pembatasan orang untuk keluar rumah.

Via pesan singkat, lelaki yang biasa disapa Bajang kemudian bercerita, beberapa hari sebelum virus corona resmi menjadi ancaman serius di Indonesia, Patjar Merah sejatinya sudah berencana menggelar acara di Solo. Bahkan, pihaknya telah mem-booking tempat yang akan digunakan.

“Beberapa hari kemudian ada yang positif di Solo. Langsung kami batalkan dan putar otak untuk menyiasatinya,” ungkapnya, Sabtu (2/5/2020).

Perubahan yang Sungguh Tak Terduga

Dampak pandemi juga dirasakan festival sastra milik penerbit Mizan, Out Of Thee Boox. Meski tetap beroperasi via virtual laiknya Patjar Merah, Project Manager Out Of The Boox harus mengakui, perubahan yang terjadi sungguh nggak terduga.

Kendati saat ini pihaknya telah mencoba menyiasatinya dengan festival virtual, hal tersebut tetap nggak bisa dibandingkan dengan pergelaran festival pada hari-hari biasa.

“Kalau virtual, orang nggak bisa menyentuh buku secara langsung atau jalan-jalan di antara buku-buku. Serba terbatas!" terangnya.

Persoalan lain dihadapi festival literasi “Ketemu Buku”. Berbeda dengan Patjar Merah yang berkonsep festival, Ketemu Buku murni pameran buku, nggak dimiliki seseorang atau sekelompok pemilik buku online.

Hinu Os, Penanggung Jawab Ketemu Buku, mengatakan, karena nggak boleh ada pemusatan massa selama pandemi, Ketemu Buku pun terpaksa berhenti sepenuhnya.

Pascacorona, diprediksi masyarakat akan mengubah sikapnya terhadap keramaian. Itulah mengapa even Ketemu Buku nggak mau buru-buru bikin acara kembali. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

“Ini serba susah semua, terutama event organizer,” terangnya. “Semua rencana buyar seketika.”

Dia menambahkan, hingga saat ini Ketemu Buku memang nggak pengin ikut membuka lapak buku daring seperti kebanyakan usaha perbukuan. Hinu mengaku nggak pengin merebut lahan para penjual buku online.

Untuk mempertahankan eksistensi Ketemu Buku, dia dan rekan-rekannya memilih membuat siniar Ngosix: Ngobrol Asix, semacam talk show bersama para narasumber.

Ditanya rencana ke depan, Hinu memilih wait and see. Dia menilai, besar kemungkinan bakal ada pergeseran cara pandang masyarakat terhadap sebuah pergelaran yang mengumpulkan banyak orang.

"Lihat keadaan, seraya mematangkan konsep," tandasnya.

Yap, kecuali kamu "sultan", memang nggak ada yang bakal benar-benar terhindar dari dampak pandemi corona. Pertanyaannya sekarang, siapa yang bisa bertahan? Nah, jika sudah bertahan, pertanyaan selanjutnya: apa yang bakal kamu lakukan ke depan? (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: