BerandaHits
Selasa, 30 Mar 2020 14:15

WHO Ubah Istilah Social Distancing Jadi Physical Distancing, Apa Alasannya?

Physical Distancing (Dok. Pelindo III)

Istilah social distancing nggak lagi digunakan karena diganti dengan physical distancing. Apa sih tujuan dan maksud dari perubahan ini?

Inibaru.id – Organisasi Kesehatan Dunia dari PBB (WHO) sejak Jumat (20/3/2020) memutuskan untuk nggak lagi memakai istilah social distancing. Untuk menggantinya, WHO kini memakai istilah physical distancing. Apa alasan dari keputusan ini?

Penggunaan istilah physical distancing bermaksud untuk mengklarifikasi bahwa ada perintah untuk berdian diri di rumah demi memutus rantai penyebaran virus corona. Istilah ini juga berarti agar masyarakat menjaga jarak fisik satu sama lain. Dengan istilah ini, WHO berharap agar masyarakat nggak memutus hubungan sosial.

Physical distancing di angkutan umum (Antara/Aprillio Akbar)

Pemerhati Bahasa Indonesia Ivan Lanin lewat akun Twitter-nya @ivanlanin pada Minggu (23/3) menjelaskan tentang alasan WHO mengubah frasa tersebut. Dia juga mengartikan social distancing dengan pembatasan sosial sementara physical distancing dengan pembatasan fisik.

Dalam cuitannya, Ivan juga menyertakan gambar hasil tangkapan layar dokumen dari WHO untuk mendukung penjelasannya, lengkap dengan sebuah kalimat yang diberi warna khusus.

Kami mengubah frasa ini karena kami ingin masyarakat untuk tetap saling melakukan kontak,” tulis WHO di dokumen tersebut.

Physical distancing (detik.com)

Maria van Kerkhove, Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO yang juga sedang menangani respons wabah COVID-19 menjelaskan bahwa menghindari kerumunan atau keramaian bisa membantu mencegah penularan virus corona. Selain berada di rumah saja dan mengurangi aktivitas di luar rumah, masyarakat juga disarankan menjaga jarak dari orang lain.

“Namun, menjaga jarak fisik bukan berarti kita memutus hubungan sosial dengan orang yang kita cintai, dari keluarga kita,” terang van Kerkhove.

Meskipun secara fisik terpisah, kita juga tetap bisa berhubungan meskipun hanya dengan memakai peralatan berteknologi tinggi.

“Teknologi yang sering kita salahkan karena merusak tatanan sosial mungkin sekarang justru sangat berguna untuk menyatukan semua orang,” ucap Jamil Zaki, professor psikologi yang berasal dari Stanford University.

Kalau menurut Millens, perubahan frasa ini sebenarnya perlu atau nggak nih? (Kom/IB09/E06)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Gedung PGRI Kabupaten Semarang Dibangun dari Iuran Guru Sekabupaten

25 Apr 2024

Konser Sheila On 7 Lima Kota: Harga Tiket dan Cara Membeli

25 Apr 2024

Mencampur Minyak Kayu Putih dengan Bensin, Memang Boleh?

25 Apr 2024

Kata Kemenaker Soal Lulusan S2 Susah Dapat Kerja di Indonesia

25 Apr 2024

Penanggulangan Narkoba di Kalangan Anak-Anak, Guru BK dan Orang Tua Perlu Dilibatkan

25 Apr 2024

Peningkatan Gas Metana, Ancaman Serius bagi Lingkungan

25 Apr 2024

Menang atas Korsel, Peluang Timnas Indonesia ke Olimpiade 2024 Paris Makin Besar!

26 Apr 2024

Yang Perlu Kamu Lakukan saat Ditelpon Penagih Utang Pinjol; Jangan Diblok!

26 Apr 2024

Komentar Avenged Sevenfold Soal Lagu 'Dear God' yang Populer di Warnet Indonesia

26 Apr 2024

Kecanduan Gim Bisa Bikin Anak Tantrum

26 Apr 2024

Hari Ini, Nama Pratama Arhan Dielu-elukan Seantero Negeri!

26 Apr 2024

Singgung Kesetaraan Gender, Angela: Kesenjangan Gaji 20 Persen

26 Apr 2024

Ngalap Berkah Sunan Muria di Tengah Ribuan Peserta Sewu Kupatan Kudus

26 Apr 2024

Mengabadikan Sejarah Kota Semarang bersama Komunitas Blusuk.an

27 Apr 2024

Mengenal Songgo Buwono, Burger Asli Keraton Yogyakarta

27 Apr 2024

Polemik Warung Madura Dilarang Buka 24 Jam; Antara Keamanan dan Ekonomi

27 Apr 2024

Hana, Nama Perempuan yang Bisa Ditemui di Indonesia, Jepang, dan Korea

27 Apr 2024

Jangan Salah Pilih! Ini Warna Baju yang Bisa Membuat Kamu Terlihat Lebih Tua

27 Apr 2024

Uniknya Satai Ambal Khas Kebumen, Disiram Saus Tempe!

27 Apr 2024

World Water Forum ke-10: ESDM Upayakan Pengadaan Listrik Murah

27 Apr 2024