Inibaru.id – Harimau Sumatra, Bonita kembali muncul di perkebunan kelapa sawit di Riau. Setelah menerkam Jumiati pada Minggu (3/1/2018) dan Yusri Effendi pada Sabtu (10/3), Bonita menjadi target penangkapan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Warga setempat juga merasa resah atas kehadiran Bonita. Bahkan mereka meminta BBKSDA untuk membunuh Bonita lantaran dianggap mengancam jiwa.
Pada Jumat (16/3), Bonita sempat ditembak petugas. Namun, harimau Sumatra ini kembali bangkit dan lari tunggang langgang sebelum dievakuasi. Setelah menghilang lebih dari dua pekan, Bonita kembali mengejutkan para warga yang tengah bekerja di kebun kelapa sawit.
Untuk mengantisipasi jatuhnya korban, pihak BBKSDA mengimbau warga agar menggunakan topeng berbentuk wajah manusia. Topeng itu nggak dipasang di bagian depan wajah melainkan di bagian belakang kepala. Hal ini karena Bonita acap kali menerkam korban dari sisi belakang dan menyasar urat nadi korbannya. Dengan menggunakan topeng ini, diharapkan Bonita enggan menyerng korban karena memiliki dua wajah. Wah, caranya cukup unik ya, Millens.
Selain memberikan edukasi kepada warga, BBKSDA juga menggunakan cara lain untuk mendeteksi kehadiran Bonita. Kompas.com, Rabu (4/4), menulis, kepala BBKSDA Riau Suharyono mengatakan timnya sudah memasang kamera trap di jalur perlintasan harimau Sumatra di batas konsesi HTI PT SPA. Nggak hanya itu, tim patroli BBKSDA juga intensif berjaga siang dan malam demi memberikan rasa aman kepada masyarakat Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil, Riau.
“Kami juga bakal menggelar ritual Sema Kampung dengan warga Desa Pulau Muda di posko Estate Eboni” imbuh Suharyono.
Ritual Sema Kampung itu berupa pemberian sesaji yang berisi daging dan buah-buahan. Para warga juga menyalakan lilin di sekitar sesaji. Ritual itu dipercaya dapat memberikan keselamatan bagi warga termasuk harimau Sumatra.
Bagaimanapun, Bonita juga harus dilindungi karena termasuk binatang yang mendekati punah. Semoga harimau Bonita dan warga dapat hidup berdampingan tanpa merugikan satu sama lain ya, Millens. (UMU/IF)