BerandaHits
Rabu, 19 Nov 2024 16:43

Ugly Fruits dan Potensi Tersembunyi di Balik Buah Berpenampilan 'Jelek'

Buah berpenampilan nggak sempurna sering ditolak supermarket. (Shutterstock)

Meski tampilannya nggak menarik, ugly fruits atau buah "cacat" memiliki kandungan gizi yang sama dengan buah sempurna. Sayangnya, buah ini nggak banyak mendapat tempat di mata konsumen.

Inibaru.id - Di balik kulit yang nggak mulus, bentuk yang tak simetris, atau warna yang kurang cerah, buah-buahan berpenampilan "jelek" atau yang dikenal dengan istilah ugly fruits, ternyata menyimpan nilai gizi dan rasa yang sama dengan buah yang tampil sempurna. Sayangnya, stigma buruk terhadap penampilan buah ini membuat banyak di antaranya nggak lolos ke rak supermarket dan akhirnya terbuang percuma.

Buah-buahan yang nggak terjual ini kerap dianggap sebagai limbah, padahal sebenarnya masih layak konsumsi. Ketika dibuang dan dibiarkan membusuk di tempat pembuangan, buah-buahan tersebut menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global.

Banyak hasil pertanian global terbuang sia-sia setiap tahun, dan sebagian besar berasal dari buah dan sayur yang nggak memenuhi standar estetika pasar.

Penolakan terhadap ugly fruits ini sebenarnya menyisakan ironi besar. Di satu sisi, dunia sedang menghadapi tantangan krisis pangan, sementara di sisi lain, potensi pangan yang melimpah justru terabaikan hanya karena alasan estetika.

Membuka Peluang Ekonomi Baru

Buah-buahan berbentuk unik yang nggak lolos sortiran supermarket bisa dibuat minuman atau selai. (vecteezy)

Di balik stigma yang melekat pada ugly fruits, terdapat peluang ekonomi yang menjanjikan. Beberapa negara telah memanfaatkan buah "jelek" ini untuk menciptakan produk bernilai tambah seperti jus, selai, smoothies, atau produk olahan lainnya. Langkah ini nggak hanya mengurangi limbah pangan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan sumber pendapatan tambahan bagi petani.

Di Indonesia, dengan keberagaman hasil pertanian yang melimpah, pengolahan ugly fruits bisa menjadi solusi cerdas untuk meningkatkan nilai ekonomi. Gerakan yang mendorong masyarakat untuk menerima buah berpenampilan kurang menarik ini juga berpotensi menciptakan pasar baru yang inklusif dan ramah lingkungan.

Mengubah Persepsi Publik

Penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa kualitas sebuah buah tidak ditentukan oleh tampilannya. Kampanye edukasi tentang nilai gizi dan rasa dari ugly fruits perlu digencarkan, baik melalui media sosial, program komunitas, maupun kolaborasi dengan pelaku usaha di bidang kuliner dan retail.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Menciptakan branding positif untuk ugly fruits, misalnya dengan menyebutnya sebagai “buah unik” atau “buah natural”.

2. Menghadirkan diskon khusus untuk konsumen yang membeli buah dengan tampilan nggak sempurna.

3. Mengembangkan inovasi produk olahan berbahan dasar ugly fruits.

Dari Buah “Jelek” Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Menerima ugly fruits bukan hanya soal menyelamatkan pangan, tetapi juga soal menyelamatkan lingkungan dan memperbaiki sistem ekonomi. Dengan mengubah cara pandang terhadap buah-buahan ini, kita dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan: mengurangi limbah pangan, menekan emisi gas rumah kaca, serta meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha lokal.

Pada akhirnya, apa yang terlihat nggak sempurna justru menyimpan potensi besar untuk membawa perubahan baik. Mari jadikan ugly fruits sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar limbah yang terlupakan.

Sebenarnya di luar negeri ada beberapa supermarket yang menjual ugly fruits di rak khusus seperti di Australia. Sayangnya jumlahnya masih sedikit. Semoga akan ada lebih banyak yang mengambil langkah ini biar nggak banyak yang terbuang. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025