BerandaHits
Minggu, 12 Okt 2024 17:54

Ubasute, Tradisi Jepang Membuang Orang Tua yang Dianggap Menyusahkan ke Hutan

Tradisi ubasute alias membuang orang tua di Jepang. (Festival Cannes)

Saat ekonomi Jepang masih belum maju dan terjadi paceklik, banyak keluarga yang terpaksa membuang orang tua ke hutan. Praktik ini disebut sebagai ubasute.

Inibaru.id – Kita mengenal legenda Malin Kundang sebagai contoh anak yang durhaka kepada orang tua. Tapi, di Jepang, ternyata ada cukup banyak Malin Kundang yang bisa kamu temui. Mereka adalah orang-orang yang melakukan tradisi Jepang yang cukup tega dan mengerikan, yaitu ubasute.

Sebenarnya, ada istilah lain untuk menyebut tradisi ini, yaitu oyasute. Jika diartikan dalam Bahasa Jepang, ubasute berarti meninggalkan wanita tua, sementara oyasute bermakna meninggalkan orang tua. Tapi, seiring dengan waktu, istilah ubasute juga bisa bermakna meninggalkan orang tua.

Tapi, jangan kira meninggalkan orang tua yang dimaksud adalah sang anak merantau ke tempat yang jauh dan meninggalkan orang tuanya di kampung halaman, ya? Dalam tradisi ini, yang dilakukan adalah anak membuang orang tuanya ke hutan atau tempat terpencil lainnya agar kemudian mati sendirian karena nggak ada lagi yang memberikan makan atau mengurusnya. Tega banget, sih!

Salah satu lokasi yang diyakini jadi tempat praktik ubasute cukup sering dilakukan adalah di Hutan Aokigahara yang lokasinya ada di sisi barat laut Gunung Fuji. Di hutan yang juga kerap dijadikan lokasi bunuh diri ini, konon dulu banyak orang tua yang dibuang dan ditinggalkan anaknya karena sudah nggak sanggup lagi merawat lantaran himpitan ekonomi dan sudah mengalami kelaparan. Dengan membuang satu orang dari keluarganya, mereka pengin keuangan rumah tangga jadi sedikit lebih lega.

Meski nggak lagi dibuang ke hutan, banyak orang tua di Jepang yang ditinggalkan anaknya merantau dan hidup sendirian di usia senjanya. (Todayonline/NYT)

Bertahun-tahun setelah kalah perang, tepatnya pada 1978, Jepang yang masih belum menjadi kekuatan ekonomi besar dunia seperti sekarang masih sering dilanda masalah kelaparan dan kemiskinan ekstrem. Sebagai contoh, saat itu di kaki Gunung Asama, misalnya, gagal panen membuat warga setempat kesulitan mencari bahan pangan.

Keputusan berat pun diambil sejumlah keluarga, orang tua yang sudah dianggap nggak berkontribusi namun harus terus dirawat karena sudah sangat uzur atau sakit-sakitan akhirnya ditelantarkan ke hutan. Tujuannya, agar anggota keluarga lain bisa bertahan hidup dengan sisa-sisa yang masih dimiliki.

Meski terlihat kejam, menurut Easy Sociology (23/5/2024), praktik ini dipandang orang Jepang dari sisi lainnya, yaitu pengorbanan dan berbakti kepada keluarga yang sedang berada dalam kondisi berat. Saat akan dibuang ke hutan, orang tua tersebut bahkan menyadarinya dan ikhlas asalkan generasi penerusnya bisa tetap hidup.

Lantas, apakah praktik ini sudah berakhir? Meski sekarang sudah jarang bahkan hampir nggak ada lagi orang tua yang dibuang anaknya ke hutan, nyatanya banyak orang tua di Jepang yang tinggal sendirian di desa-desa atau kota kecil karena anaknya tinggal dan memiliki kesibukan di kota besar.

Orang-orang tua ini banyak yang sampai nggak lagi berhubungan dengan anaknya selama bertahun-tahun atau sekadar dikirimi uang untuk bertahan hidup. Tapi, mereka terlalu malu untuk meminta bantuan dan akhirnya meninggal dalam kesendirian. Fenomena kematian orang-orang tua ini disebut sebagai lonely deaths, Millens. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: