BerandaHits
Minggu, 3 Sep 2022 17:10

Trem Uap Hindia-Belanda yang Melaju dari Semarang hingga Juwana

Trem Uap Hindia-Belanda yang Melaju dari Semarang hingga Juwana

Trem uap yang melintasi Jalan Pemuda Semarang di tahun 1911. (KITLV)

Dulu, masyarakat Nusantara pernah merasakan asyiknya naik trem, lo. Rute trem kali pertama yang ada di Tanah Air adalah Semarang - Juwana. Seperti apa ya cerita dari rute trem ini?

Inibaru.id – Dulu, pemerintah Hindia Belanda menganggap transportasi kereta api sebagai hal yang belum diperlukan. Untuk urusan angkutan penumpang dan barang, mereka masih memakai dokar atau pedati. Tapi, semua berubah sejak kebijakan liberal diterapkan. Mereka pun mulai menganggap serius masalah angkutan orang dan barang.

Kali pertama izin pembangunan rel kereta dikeluarkan pada tahun 1862 setelah melalui penelitian panjang yang matang. Setelah itu, jaringan kereta api pertama dari Semarang menuju Surakarta dan Yogyakarta pun terbentuk. Pelaksanaan pembangunannya dilakukan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg-maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda.

Trem Uap Rute Semarang-Juwana

Berawal dari pembangunan tersebut, pembangunan jalur rel kereta api pun semakin banyak dilakukan. Jenis kereta yang dipakai pun semakin beragam setelah pemerintah Hindia Belanda pada 1881 menyetujui konsesi Samarang-Joana Stoomtram-maatschappij (SJS) pada 1881. Betewe, SJS adalah perusahaan yang kali pertama membuka rute trem di Nusantara.

Berbeda dengan pembangunan jalur rel kereta api yang biasanya dilakukan dengan membuka jalur baru, jalur trem umumnya dibangun mengikuti jaringan jalan yang telah ada. Awalnya, SJS membangun jalur trem dalam kota pertama di Nusantara di Semarang dengan rute Jurnatan - Bulu - Banjir Kanal Barat. Setelah itu, dibuka pula rute trem lintas kota dengan rute Semarang - Juwana sejauh 87,6 kilometer.

Jangan bayangkan trem yang dipakai di rute Semarang - Juwana ini hanya dipenuhi oleh penumpang manusia. Nyatanya, jalur trem ini lebih banyak diisi oleh hasil perkebunan dan sejumlah bahan mentah yang diangkut dari setiap stasiun yang dilewati.

<i>Trem uap, moda transportasi murah yang membawa banyak manfaat di abad 18 dan 19. (KITLV)</i>

Contohlah, kapuk randu dan tanaman pangan seperti padi diangkut dari Demak. Saat trem berhenti di Kudus, bakal mengangkut gula dan beras. Sementara itu, di Juwana, Pati, barang yang diangkut adalah hasil perkebunan seperti kopi, karet, rempah-rempah, kayu jati, atau bahkan tras yang merupakan bahan dasar pembuatan semen.

Manfaat Trem Uap

Pembangunan jaringan trem pada masa itu memang erat kaitannya dengan kebutuhan pengangkutan hasil kebun ke Kota Semarang yang memiliki pelabuhan. Otomatis, sebagian besar jalur trem melintasi kawasan perkebunan.

Tapi, berkat keberadaan trem uap ini pula, mobilisasi penduduk di sepanjang pantai utara Jawa Tengah kala itu jadi lebih mudah. Terhitung pada periode 1884 hingga 1889, jumlah penumpang trem jalur Semarang-Juwana meningkat dari 213.596 hingga 463.007 penumpang atau sekitar dua kali lipat.

Sayangnya, pengoperasian trem semakin berkurang semenjak Indonesia merdeka. Alat transportasi ini bahkan semakin kalah bersaing dengan penggunaan mobil pribadi dan angkutan umum lainnya yang bisa menjangkau lebih banyak tempat strategis.

Untungnya sih, dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah kota (Pemkot) Semarang tertarik untuk kembali mengoperasikan jalur trem dalam kota. Rencana ini disambut baik oleh pemerintah Belanda yang sudah berencana untuk menghibahkan dua set trem yang masing-masing terdiri atas dua rangkaian gerbong kereta.

Semoga saja rencana kembalinya trem di Kota Semarang bakal benar-benar terwujud, ya, Millens. (Kel, Wik, Jur/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025