BerandaHits
Jumat, 8 Des 2022 12:08

Tiga Kemampuan Konten Kreator yang Nggak Bisa Ditandingi AI

Banyak yang berpendapat bahwa pesatnya perkembangan AI bisa mengancam keberadaan berbagai profesi, terutama konten kreator. (Ekrut)

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) sangat pesat. Hal itu dianggap mengancam keberadaan profesi konten kreator. Tapi, ada tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki konten kreator sehingga nggak bisa ditandingi oleh kemajuan AI. Apa saja itu?

Inibaru.id - Beberapa hari ini, netizen terutama kalangan konten kreator kerap memperbincangkan kecanggihan ChatGPT. Mereka terpukau dengan kemampuan ChatGPT dalam menjawab berbagai pertanyaan dengan sangat luwes.

Kalau kamu sebelumnya terbiasa dengan Google Assistant, tentu paham jika jawaban yang diberikan atas pertanyaanmu sangat terasa seperti jawaban robot. Nah, ChatGPT nggak demikian. Produk kecerdasan buatan itu bisa memahami konteks percakapan dan memberi jawaban yang luwes sehingga nggak kaku seperti robot.

"ChatGPT berhasil menemukan beberapa kesalahan dalam penulisanku. Lengkap dengan alasan kesalahan," cuit @huedaya dalam satu utasnya, ketika "menantang" chatGPT untuk mengoreksi tata Bahasa Inggris.

Kamu penasaran apa itu ChatGPT? Akun Instagram @bigalphaid menjelaskan ChatGPT sebenarnya merupakan chatbot buatan Open AI, perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan teknologi AI, yang bisa menjawab berbagai pertanyaan seperti search engine Google. Yang membedakan, ChatGPT muncul dengan format percakapan. Jadi, kamu bisa berinteraksi dengan chatbot tersebut.

Mengancam Profesi Konten Kreator?

ChatGPT merupakan chatbot buatan Open AI, perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan teknologi AI, yang bisa menjawab berbagai pertanyaan seperti search engine Google. (Kompas)

Saking cerdasnya ChatGPT, banyak warganet yang berpendapat bahwa pesatnya perkembangan AI ini bisa mengancam keberadaan berbagai profesi, terutama konten kreator. Bagaimana tidak, chatGPT memiliki gaya penulisan manusia secara natural dan dapat menerima instruksi kita dengan akurat. Saking naturalnya, ChatGPT bisa diminta untuk membuat puisi, lo.

Tapi, jika kamu bekerja di bidang konten kreator, nggak perlu merasa khawatir berlebihan dengan adanya ChatGPT ini ya, Millens! Ada beberap hal basic tapi penting yang perlu kamu miliki sebagai pekerja kreatif agar profesimu nggak tergeser oleh robot. Apa saja itu?

Miliki Ciri Khas

Modal utama menjadi konten kreator adalah ciri khas dalam membuat konten. Biasanya setiap kreator memiliki cara sendiri yang digunakan untuk mempromosikan diri.

Ciri khas inilah yang bakal menjadi daya tarikmu. Jika punya ciri khas, tentu keberadaanmu nggak akan tergerus pesaing ataupun robot.

Konten Menarik

Bikinlah konten yang menarik, berkualitas tinggi, kreatif, out of the box, dan mengundang banyak perhatian orang. (Istimewa)

Kreator memiliki otoritas penuh untuk mengisi kanalnya dengan konten pilihannya sendiri. Oleh karena itu, kamu nggak boleh sembarangan membuat konten. Bikinlah konten yang menarik, berkualitas tinggi, kreatif, out of the box, dan mengundang banyak perhatian orang.

Itu semua merupakan kemampuan personal yang harus diasah. Baik orang lain maupun robot nggak bisa meniru kepintaranmu menemukan ide konten yang menarik. Ingat, ChatGPT hanya bisa menerima instruksi. Kamulah yang berperan memberikan instruksinya.

Ketelitian

ChatGPT masih rentan memunculkan misinformasi dan bias. Terkadang ia bisa menuliskan jawaban yang salah dan nggak masuk akal. Tentunya kamu nggak mau kalah dan bergantung dengan robot yang masih memiliki potensi error dan salah, kan?

Sebagai kreator, kamu harus memiliki ketelitian yang tinggi untuk memastikan nggak ada kesalahan dalam setiap karya yang kamu bikin. Mungkin ini terkesan sepele. Tapi, nyatanya ketelitian dalam bekerja nggak mudah, lo. Teliti jadi salah satu kunci kesuksesan di bidang industri kreatif.

Dengan adanya ChatGPT kamu nggak perlu merasa tersaingi, ya! Sebaliknya, kamu bisa memanfaatkan perkembangan kecerdasan buatan itu untuk menunjang profesimu, Millens. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024