BerandaHits
Senin, 10 Jul 2022 15:05

Terpapar Matahari ketika Distribusi, Amankah Minum Air Galon Isi Ulang?

Galon air isi ulang mengandung BPA. (via Tribunnews)

Pernah lihat kan ketika distributor air dalam kemasan berbentuk galon ketika mengangkut barang? Meskipun tertata rapi, tapi tetap saja terkena sinar matahari. Di jalanan, galon-galon ini juga terguncang-guncang mengingat kondisi jalan yang semuanya mulus. Pertanyaannya, masih amankah air galon ini diminum mengingat banyak BPA yang terlepas?

Inibaru.id – Eh, kamu pernah kepikiran nggak kalau cara distribusi galon isi ulang bisa berpengaruh pada kesehatan? Ternyata hal ini memang terkait lo! Pola distribusi galon isi ulang yang buruk bisa memperparah pelepasan (migrasi) bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA), kata seorang peneliti senior Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur. Duh!

Kata Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof. Junadi Khotib, ada penelitian tentang kinetika pelepasan BPA dari kemasan polikarbonat di mana semakin tinggi kadar BPA dalam kemasan polikarbonat, BPA yang dilepaskan juga semakin tinggi.

"Hanya saja, pelepasan ini sangat tergantung pada suhu dan tingkat keasaman. Ketika dalam distribusi dan produksi, kemasan galon air minum terpapar cahaya matahari langsung sehingga suhunya meningkat, tentu di sana sangat cepat terjadi migrasi," ujarnya melalui keterangan tertulis seperti dikutip dari Antara, Minggu (10/7/2022).

Menurut dia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) nggak boleh lagi membiarkan masyarakat terus-menerus terpapar bahan kimia BPA mengingat efeknya sangat buruk bagi kesehatan seperti menyebabkan gangguan perkembangan otak dan mental anak usia dini.

"BPOM bisa memperkecil peluang paparan risiko BPA melalui pemberian label pada kemasan makanan dan minuman. Itu bagian dari edukasi publik sekaligus bentuk perlindungan untuk masa depan anak-anak Indonesia," katanya.

Memang, saat ini masyarakat belum banyak mengetahui risiko BPA pada galon polikarbonat. Padahal pelepasan (migrasi) BPA ke dalam makanan atau minuman adalah sesuatu yang jamak pada kemasan pangan dari jenis plastik polikarbonat. Artinya, setiap hari manusia berkelindan dengan hal ini dan nggak bisa disepelekan.

Proses distribusi air galon turut andil dalam pelepasan BPA yang berbahaya. (Antara foto/Rivan Awal Lingga via Pikiran Rakyat)

Data BPOM menyebut 96,4 persen galon bermerek yang beredar luas di pasaran menggunakan kemasan polikarbonat. Ini merupakan jenis plastik keras yang pembuatannya menggunakan bahan campuran BPA. Sementara itu, penelitian mutakhir BPOM atas level migrasi BPA pada galon guna ulang, baik di fasilitas produksi, distribusi dan peredaran, menunjukkan pelepasan bahan kimia itu sudah sangat mengkhawatirkan.

Pendapat senada diungkapkan Guru Besar bidang pemrosesan pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro Prof. Andri Cahyo Kumoro. Menurutnya, produsen air minum dalam kemasan (AMDK) kerap mengangkut air galon dengan seenaknya; galon kerap terpapar sinar matahari langsung dan terguncang-guncang.

"Ini sangat berpotensi menjadikan BPA terlepas dengan cepat," katanya menanggapi penilaian produsen AMDK yang abai menjaga mutu dan kualitas air kemasan hingga sampai ke tangan konsumen.

Masih menurut Prof. Andri, pola distribusi yang seenaknya itu terjadi karena masyarakat banyak yang belum mengetahui bahaya paparan BPA. Karena itu, pelabelan BPA pada kemasan galon menjadi pilihan tepat untuk mendidik masyarakat. "Saran saya produsen beralih ke kemasan yang lebih aman, yang bebas BPA," katanya.

Hm, semoga ya para produsen menanggapi hal ini dengan cepat. Etapi menurutmu gimana, Millens? Mau tetap minum air dalam kemasan apa merebus air sendiri nih? (Kom/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024